Starla berjalan keluar kamarnya menuju balkon rumah kediaman keluarga Mahendra itu sembari menerima telfon dari sang kakak.
"Kakak dengar kamu nangis lagi hari ini," ucap sang kakak, Langit yang berbicara pada sang adiknya, Starla.
Starla menghembuskan nafas pelan. "Nggak kok, Star kan adik kakak yang paling kuat, mana mungkin Star nangis," ujar Starla berbohong.
Dia tidak mau membuat sang kakak khawatir pada dirinya. Sekejam apapun keluarga Starla, tetap saja Langit memihak pada adik bungsunya itu.
"Sampai kapan kamu terus bohong kaya gitu?" ujar sang kakak membuat Starla tertawa masam.
"Kak Langit masih matkul?" ujar Starla memcoba mengalihkan topik mereka.
"Nggak usah coba tuker topik. Kakak tau kamu rapuh, maka dari itu kakak ada disini, bantu kamu untuk terus berusaha."
"Makasih banyak kak," ucap Starla tersenyum tipis walaupun dirinya tahu bahwa Langit tidak akan melihatnya.
"Mama cuman mau kamu lebih giat belajar, minta bantuan Jane kalo kamu kesusahan belajar sendiri, kakak tau kamu bisa, yang paling penting jangan masukin hati semua omongan Papa sama Mama."
"Kakak bangga kok punya adik kaya Starla, so jangan merasa kalo gak ada orang yang bangga sama usaha kamu selama ini."
"Jangan nangis Star, kakak gak bisa peluk kamu sekarang, kalo kakak libur, kakak pasti langsung pulang, tetap semangat cantik, kamu gadis kakak yang paling kuat." ucapan Langit barusan berhasil membuat Starla merasa sedikit lega.
Hanya sosok langit yang bisa mengerti dirinya, setelah Renjun dan juga Ryujin. Bagi Starla, Langit adalah rumah tempatnya berlindung dari tekanan orang tuanya.
Langit yang selalu membela Starla jika kedua orang tuanya terus menyalahkan Starla, namun semenjak sang kakak sibuk didunia universitasnya, tidak ada lagi tameng yang kuat untuk melindungi sosok gadis rapuh itu sekarang.
"Besok sekolah bukan? Tidur gih, jangan lupa baca doa," ujar Langit mengingatkan.
"Makasih banyak kak, Star sayang sama kak Langit. Kakak jaga diri baik baik ya, Star selalu bersyukur punya kakak seperti kak Langit," ujar Starla tulus.
Sedangkan Langit tersenyum lebar ditempatnya. Senang bisa membuat adiknya merasa sedikit lega karna ucapannya.
Langit sungguh tidak bisa berbuat apa apa selama dirinya berada jauh disana, dan Langit sudah berjanji jika dirinya akan menyelesaikan kuliahnya demi melindungi sang adik satu satunya.
"Good night Star," ucap Langit langsung mematikan sambungan panggilannya sepihak.
Starla tersenyum tipis lantas menutup ponselnya hendak berjalan masuk ke dalam kamarnya namun tidak jadi karna melihat sosok laki laki berdiri disebelah balkonnya terkejut.
"CHENLE!" Pekik Starla terkejut sedangkan sang empunya nama hanya menoleh menatap Starla datar.
Starla berjalan mendekat ke arah balkon sebelahnya tempat Chenle duduk pun langsung membuang rokok yang dihisap Chenle setelah mematikan apinya.
"Jangan ngerokok! Chenle tau kan itu--"
"Bawel," potong Chenle langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya tanpa memperdulikan teriakan Starla pada dirinya.
Starla menghembuskan nafas panjang. "Pasti Chenle denger pembicaraan sama kak Langit," gumam Starla menyesal karna tidak melihat sekitarnya.
•●•
Chenle berjalan menuju kelasnya pagi ini. Laki laki itu baru saja tiba disekolah dengan motor ninjanya seperti biasa.
Lorong yang awalnya terlihat ramai siswi melewat disana pun langsung menjadi hening setelah laki laki itu melewat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
(i) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ [ᶜʰᵉⁿˡᵉ]
Teen Fictionˢᵉᵈⁱⁿᵍⁱⁿ ᵍᵘⁿᵘⁿᵍ ˢᵃˡʲᵘ ᵃᵏᵃⁿ ᵐᵉⁿᶜᵃⁱʳ ʲⁱᵏᵃ ˢᵘᵃᵗᵘ ˢᵃᵃᵗ ᵐᵉᵗᵉᵒʳ ᵐᵉⁿⁱᵐᵖᵃ ᵈⁱᵃᵗᵃˢⁿʸᵃ, ˢᵉʲᵃᵘʰ ᵇᵘᵐⁱ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᵍᵃˡᵃᵏˢⁱ ᵃⁿᵈʳᵒᵐᵉᵈᵃ ᵖᵃˢᵗⁱ ᵃᵏᵃⁿ ᵐᵉⁿʸᵃᵗᵘ ˢᵉᵖᵉʳᵗⁱ ᵖᵃⁿᵍᵉʳᵃⁿ ᵈᵃⁿ ᶜⁱⁿᵈᵉʳᵉˡˡᵃ. ᵂᵉ ᵃʳᵉ ⁿᵒᵗ ᵗʰᵉ ˡᵃˢᵗ. ⁻ˢᵃʳᵏᵃʳᵃ ᶜʰᵉⁿˡᵉ ᵐᵃʰᵉⁿᵈʳᵃ 🔱firasbluelight21 Happy reading💙 ˢᵗ...