13 - King of streets & Circuits

323 46 0
                                    

Happy reading🌷

🌟🌟🌟

Besok siangnya, Chenle dan teman temannya tengah beristirahat di warung bu Yati sembari membicarakan sesuatu seperti biasanya.

"Kaiden Gabino ketua dari Wolves track," sebut Jaemin membuat keempat temannya itu mengangguk.

"Gue gak percaya, selama ini Bino itu saudara tiri lo dari emak lampir?" ujar laki laki itu dengan nada julid.

"Gila sih, sakit jiwa emang tu mak lampir, udah punya keluarga tapi malah rebut suami orang," imbuh Haechan yang mulai ikut menjulid.

"Udahlah, malam ini kita harus atur strategi supaya Chenle menang lawan Bino, kita gak bisa biarin mereka hancurin cafè, dan rebut wilayah Eagle dream," ujar Jeno dan diacungi jempol oleh jisung.

"Bener banget kata Jeno, gak usah pikirin itu yang ada nambah beban pikiran Chenle," ujar Jisung.

Sementara Chenle hanya diam sembari menatap ponselnya, kosong. Tidak ada pikiran yang ada didalam otaknya selain balapan dengan saudara tirinya itu.

"Gue cabut," ujar Chenle pada teman temannya.

"Eh lo mau kemana? Kalo Pak Yuta nyariin gimana?" ujar Jisung berteriak pada temannya yang hampir jauh itu.

"Suka suka dialah," gumam laki laki itu lantas melanjutkan aktifitas memakan kacangnya.

Jaemin menepuk bahu Jisung pelan. "Nanti malem juga dateng lagi, sans aja, dia cuman butuh hapus emosinya sekarang," ujar laki laki itu.

"Emangnya apa yang dibilang Bino waktu itu?" ujar Jisung yang tak paham dengan suasananya.

"Gue gak denger, soalnya dia ngebisikin Chenle waktu itu," ujar Jaemin.

"Udahlah kita juga balik kelas, diabsen pak Yuta baru tau rasa berdiri dilapangan," ujar Jeno langsung mengajak temannya kembali ke sekolah.

Setelah selesai istirahat Starla berjalan melewati lorong kelas bersama sahabatnya, Ryujin. Mereka baru saja selesai kembali dari ruang guru karna Starla diminta untuk menghadap pada Bu Joy.

"Tadi itu pendaftaran lombanya?" ujar Ryujin dan diangguki oleh Starla.

"Lo yakin ikut lomba itu Star? Nanti gimana kalo orang tua lo marah lagi?" ujar Ryujin tak yakin dengan usaha Starla.

"Gak papa, aku bisa minta kak Jane buat bantu perisiapan lombanya, kamu tenang aja," ujar Starla.

Ryujin hanya bisa pasrah saat keputusan Starla yang sudah bulat. Lagi pula memang tidak ada salahnya mencoba, beasiswa itu tidak akan datang dua kali pada mereka, jadi hanya perlu usaha yang sungguh sungguh.

"Selamat siang enok cantik," sapa Haechan menghampiri Ryujin.

Ryujin merotasikan mata malas dan melanjutkan jalannya ke dalam kelas. Sedangkan Starla yang masih berdiri diluar mencari keberadaan Chenle diantara teman temannya itu.

"Chenle kemana?" ucap Starla tanpa basa basi.

"Ada urusan, nanti juga balik lagi," jawab Jeno langsung diangguki oleh Starla.

"Star masuk dulu, dah," pamit Starla yang langsung masuk ke dalam kelasnya.

"Pantes aja Chenle suka, orang manis gitu," celetuk Jeno membuat semua temannya tertawa.

"Wah persiapan nikung nih?" sahut Jisung.

"Ya kali, gue gak mau mati muda." Jeno menoyor kepala Jisung lantas mengajak teman temannya itu kembali ke kelasnya masing masing.

(i) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ [ᶜʰᵉⁿˡᵉ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang