18 - Prasangka buruk

325 46 1
                                    

Happy reading🌷

🌟🌟🌟

"Mungkin lo memang anak kesayangan papah gue, tapi gue tetap anak darah dagingnya yang asli, Gabino!" Seru Chenle meluncurkan bogem mentah diwajah Bino.

Laki laki itu sudah tidak kuasa melawan Chenle lagi. Bahkan semua pasukan dan kawanannya sudah bubar sejak awal karna potensi mereka lebih kecil dari pasukan Chenle.

Mereka mungkin banyak, namun kekuatan tim Chenle lebih unggul dari pada Bino atau Raja sekalipun.

Dan tentunya pertempuran kali ini dimenangkan oleh Chenle dan Hyunjin serta kawanan mereka.

"Seandainya hati gue kotor kaya lo, mungkin hari ini lo pulang lebih dulu," ucap Chenle berjongkok agar Bino dapat mendengarnya. "Tapi sayang, Sarah pasti gak akan terima putra kesayangannya mati ditangan anak tirinya."

Chenle menghentakkan kakinya yang sudah diraih oleh Bino. Laki laki itu lantas meninggalkan kawasan lapangan bersama teman temannya yang lain.

Semuanya sudah usai, tidak akan ada lagi pertempuran seperti hari ini karna mereka sudah mengaku kalah.

Tidak akan ada lagi yang mengganggu geng Chenle ataupun Hyunjin. Mereka sudah menang.

"BU YATIII, ECHAN MAU ES BATU BIAR BANYAK YAA!" Ujar Haechan yang langsung mengambil tempat dikursi panjang dekat warung bu Yati.

"Astaghfirullah, kalian teh abis ngapain? Kenapa pada bonyok gini mukanya," panik bu Yati saat melihat Chenle dan teman temannya yang lain terluka.

"Ya elah bu luka gitu doang mah biasa buat cowok," ujar Jaemin diangguki yang lain.

Bu Yati lantas datang membawakan segala obat obatan yang dimilikinya untuk dibagikan pada kawanan laki laki itu. Setiap tawuran tempat ini memang cocok untuk dijadikan tempat istirahat.

Selain aman, mereka juga dapat pengobatan yang cepat seperti saat ini.

"Chan muka bonyok kaya gitu diomelin nanti sama enok!" goda Jeno.

"Ciaa takut pacar ternyata," gurau Changbin.

"Si anjir, jangan gitulah," sahut sang empunya.

"Perlu jasa telfon gratis gak nih? Lagi baik hati gue lapor ke Ryujin," imbuh Seungmin yang ikut menggoda Haechan.

"Gue tampol duluan," tajam Haechan disambung gelak tawa yang lain.

Chenle sendiri masih kesal dengan kejadian tadi siang. Bino memang sudah gila, dia berani menyerang sekolahnya tanpa aba aba. Itu akan menyebabkan dirinya masuk Bk besok hari.

"ARKA!" Seru seseorang yang baru saja datang menghampiri Chenle dan teman temannya sendirian.

Perempuan itu adalah, Laura.

Gadis itu menghampiri Chenle. "Ka, lo gak papa? Gue denger lo habis tawuran tadi," ujar Laura memeriksa wajah dan tangan Chenle.

Chenle melepaskan tangan Laura yang menyentuh tangannya. "Gak papa." jawab Chenle datar.

Semua teman teman Chenle menjadi terfokus melihat Laura yang hadir ditengah tengah mereka. Gadis secantik Laura berani menghampiri Chenle, sungguh sangat berani.

"Biar gue bantu obatin," ujar Laura langsung masuk ke dalam warung bu Yati untuk mengambil obat.

Laura kembali ke hadapan Chenle dengan cepat. Gadis itu langsung menyodorkan  obat merah ditangannya untuk menyentuh wajah Chenle menggunakan kapas.

(i) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ [ᶜʰᵉⁿˡᵉ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang