11

12.9K 433 14
                                        

"Markie itu.. Teman lama dan juga...






Partner sex-ku..."

Jeno mematung mendengar pernyataan frontal itu. Sedang Nala tersenyum manis lalu menarik Jeno kembali ke antrian dengan riang. Seakan tidak terjadi apa - apa. Sepanjang waktu mereka di dalam bioskop, Jeno hanya terdiam sambil berusaha mencerna informasi tadi. Dia bukan orang kolot yang tidak paham pergaulan, namun tetap saja hal itu membuatnya terkejut. Apalagi saat Nala mengucapkannya dengan ringan dan bangga tanpa beban. Nala yang dilihatnya begitu anggun dan tampak polos. Membawa shock tersendiri baginya melihat sisi lain dari sang pujaan hati.

Jeno masih asik dengan pikirannya. Bahkan tidak menyadari film telah selesai dan mengabaikan semua ocehan Nala selama film berlangsung. Sehingga Nala tersadar dan memukul tangannya cukup kencang.

"Nyebelin! Dari tadi aku ngoceh, kamu malah bengong!" Omel Nala sambil merengut lucu dan membuang muka dari si tampan di sebelahnya.

Jeno kaget karena pukulan itu dan mengerjap bingung. Menyadari ruang bioskop sudah kembali terang dan orang - orang mulai meninggalkan tempat.

"E-eh.. Maaf.. A-aku.. "

"Kenapa sih? Ko bengong aja? Ga suka ya jalan sama aku? Seharian ini kamu kaya ga fokus jalan sama aku? Dikit - dikit bengong.. Nyebelin banget.." Keluh Nala panjang lebar.

"Eh, engga.. Aku cuma-

"Maaf mas, ruangannya mau dibersihkan. Silahkan bisa ngobrol diluar ya. Mohon maaf sebelumnya.." Tegur seorang petugas kebersihan bioskop kepada mereka dengan sopan. Mereka balas dengan senyum sopan dan beranjak dari tempat duduk mereka menuju pintu keluar bioskop. Nala jalan menghentak mendahului Jeno dengan kesal. Meninggalkan Jeno di belakangnya yang berusaha mengejar pemuda manis itu.

Sebuah tarikan pelan dirasakannya disertai seruan pelan dari pria tampan itu.

"I'm sorry.. Aku cuma kaget karena pernyataan kamu. That's a new thing for me.."

Nala hanya menatap malas pria yang ada di depannya kini. Terlalu kesal karena moodnya yang terlanjur hancur.

Drrrt...

Ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Dengan kesal diangkatnya panggilan itu tanpa melihat si pemanggil.

"Halo.."

"Nala, kamu dimana?" Terdengar suara dalam yang sangat dikenalnya.

Tubuhnya mendadak menegang.

"Papi.."

"Katanya mau belajar ngurus agensi, masa ada acara begini kamu tidak ada inisiatif buat ngurus? Cuma mau dateng jadi tamu aja,hm?" Seruan tajam dari sang ayah membuatnya melemas. Tanpa sadar tangannya mengepal dan menggigit bibirnya menahan tangis.

"I'm sorry.." Jawabnya lirih.

"Tunjukkan kualitas kamu kalo kamu mau dianggep pantes untuk jadi penerus papi!" Ucapan tegas keluar dari sang ayah yang kemudian mematikan sambungan telfon tanpa menunggu jawaban.

Nala meremat ponselnya dan memukul dadanya pelan. Tiba - tiba sesak dirasanya. Perlahan dihembuskannya nafas pelan untuk menenangkan diri.

'It's okay, Nala.. You got this..' batin Nala.

"Nala, are you okay?" Tanya Jeno setelah beberapa saat. Nala terhentak sejenak. Tidak menyadari sedari tadi di sampingnya ada orang lain.

"I'm okay. I just need to go." Jawabnya singkat. Bersiap untuk pergi.

"Biar aku anter.." Tahan Jeno.

"No, gausah. Aku naik taksi aja."Jawab Nala.

"Please.. Biar kuanter. Kayanya kamu buru - buru.."

Sexy, Naughty,BitchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang