"Nala!"
Sebuah suara lantang memenuhi koridor yang mulai sepi itu. Hanya ada beberapa orang yang masih mondar - mandir atau sekedar duduk di sekitar koridor untuk bersenda gurau atau membaca jurnal mereka.
Nala terpaksa menghentikan langkahnya. Mengumpat dalam hati, jika saja koridor itu sepi mungkin dia tidak akan menggubris panggilan itu.
Beberapa saat kemudian terdengar derap kaki yang terburu - buru menghampirinya yang kini telah berdiri tepat di belakang tubuh Nala yang kemudian menghela nafas lega karena Nala tetap di tempat dan tidak beranjak pergi.
Pemuda yang memanggilnya membalik tubuh Nala yang masih enggan menatapnya.
"Nala, are you ignoring me?" Tanya pemuda itu tanpa basa - basi. Nala hanya menatapnya.
"Kamu ngindarin aku kan? Aku tau aku salah karena space out pas lagi ngedate sama kamu. I'm sorry for that.. Tapi bukan berarti kamu bisa ngindarin aku tanpa kejelasan gini.." Ucap Jeno menggebu.
Dengan keras Nala menepis tangan Jeno. Membuat sang pria tampan terhenyak sesaat melihat perubahan ekspresi Nala yang mengeras.
"I don't owe you anything. Jadi terserah gue. Lo ga punya hak buat ngatur gue harus gimana!" Tukas Nala tajam dan dingin. Membuat Jeno mematung kaget. Yang dihadapannya kini seperti bukan Nala yang biasanya. Kata - kata halus, senyum terukir dan ekspresi manis yang biasa ditunjukkannya menghilang tanpa jejak.
Karena terlalu kaget Jeno tidak menyadari Nala yang telah berlalu meninggalkannya sendiri. Hingga kemudian Jeno merasakan sebuah tepukan pelan di bahunya. Jeno menoleh pelan dan mendapati seorang pria manis mungil menatapnya dengan iba.
"Let him be. Lo ga tau apa yang sedang dia alamin. Dan lebih baik lo nyerah aja sih daripada lebih sakit hati.."
Ucap sang pemuda mungil kemudian beranjak mengejar Nala.
💋💋💋💋💋
"Na!"
Panggilan itu masih tidak digubris."Nala Jemima! Jangan sampe gue jambak ya!" Seruan tajam itu kembali terdengar. Dengan malas Nala memutar tubuhnya dan mendapati salah satu sahabatnya mengejarnya dengan terengah - engah.
"We need to talk.."
Sambungnya setelah mengambil nafas beberapa saat.Nala hanya mengangguk pelan dan mengikuti si pria mungil yang berjalan melewatinya menyusuri koridor dan berbelok sedikit menuju taman kecil di tengah gedung. Rendi duduk di salah satu kursi batu kosong yang berada di pinggir taman. Nala duduk di sebelahnya dan menghela nafas panjang.
Setelah beberapa saat terdiam, Rendi mulai membuka suara.
"Lo serius mau ngebuang dia gitu aja?" Tanya Rendi tanpa basa - basi.
"Who?" Tanya Nala tanpa mengalihkan pandangannya dari jari tangannya yang saat ini terlihat jauh lebih menarik.
"Jeno... Lo serius udah ga mau respon dia lagi?"
Perlahan Nala mengalihkan pandangannya kepada sang sahabat. Menatapnya penuh arti selama beberapa saat sebelum menjawab pelan.
"Yeah.. Gue masih pusing banget sama semua urusan gue.. Masalah gue sama papi, Jeffrey, juga Hyunjin.. Itu semua udah nguras tenaga dan emosi gue banget.. Gue juga ga bisa ngabisin tenaga gue untuk main - main sekarang ini. Udah beberapa hari ini gue ngediemin Jeffrey karena jujur gue bingung harus gimana. Beruntung Mark mau nemenin gue belakangan ini. Tau sendiri kan biasanya selalu ada Jeffrey.." Jawab Nala panjang lebar.
"Well, kalo menurut lo itu yang terbaik yaudah. Tapi menurut gue, he deserves an explanation. I mean, lo ga bisa tiba tiba ga ada kejelasan gitu." Nasehat Rendi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy, Naughty,Bitchy
FanfictionNala Jemima is a slut? No, dia hanya pemuda dengan hormon berlebih yang mudah terpancing gairahnya. Menganggap sex seperti hobby layaknya olahraga pada umumnya. He's shining and free. Bersikap polos di depan banyak orang namun menyimpan gairah yang...