12

12.3K 444 24
                                        

Sepanjang perjalanan pulang, Nala hanya terdiam menatap jalanan. Tidak perduli ocehan sang adik di sebelahnya yang menceritakan kesehariannya selama di luar negeri karena selalu mengikuti sang ibu.
"... bosen banget sebenernya ka, aku belajar sendiri aja. Ga ada temen temen kaya dulu. Ya tapi seru sih, karena bisa pergi terus ikut mami. Terus aku-"

"Ih kakak dari tadi ga dengerin aku ya?" Omel Jizzy setelah sadar tidak ada tanggapan dari kakaknya. Ditepuk pelan lengan sang kakak agar mendapat respon. Nala tersentak kaget karenanya.

"E-eh.. Sorry.. Aku ngelamun.. Kenapa tadi,Ji?" Tanya Nala lembut. Sang adik hanya merengut sebal.

"Adek tadi abis curhat kak selama dia ikut mami ke singapore. He was bored soalnya suka mami tinggal.." Jelas sang mami yang duduk di bangku penumpang disebelah sang ayah. Sang ayah hanya mengemudi dengan tenang mendengar celotehan istri dan anaknya.

Nala hanya mengangguk mengerti dan kembali terdiam.

"Kakak gimana kuliahnya? Lancar? Apartement nya aman kan?" Tanya sang ibu kepada Nala sambil menoleh ke belakang menatap sang anak.

"Lancar - lancar aja mi.. Nilai kakak ga ada yang turun. Apartement juga aman aman aja. Kakak nyaman ko.." Jawab Nala seperlunya sambil tersenyum.

"Baguslah.. Mami kadang kepikiran. Kakak kan tinggal sendiri.. Jadi mami khawatir.. Kalo aja kakak tinggal dirumah kan-

"Ekhem" Terdengar dehaman dari sang ayah yang memotong pembicaraan.

"Kakak gapapa ko,mi.. I'm good.. Kan ada maid yang bersih - bersih 2 hari sekali, Kakak juga bisa masak, kalo males ya delivery. Atau pergi makan sama temen. Lagian enak di apartement mi, lebih deket juga ke kampus. Mau ke kantor juga lebih gampang kalo lagi disuruh papi.." Jelas Nala pada sang ibu.

Sang ibu hanya menghela nafas panjang dan menatap sendu kepada sang anak dan kembali menatap jalan di depan.

Suasana di dalam mobil mendadak hening. Tidak ada satu pun yang berbicara lagi. Masing - masing sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kamu udah berapa lama deket sama Jeffrey Jung?" Tanya sang ayah tiba - tiba.

"U-udah lumayan lama pi.." Jawab Nala tergagap. Kepanikan melandanya akibat pertanyaan sang ayah.

"Ch, ga nyangka orang kaya Jeffrey Jung ternyata sakit juga." Decih sang ayah dengan nada meremehkan. Hati Nala tercubit mendengarnya. Dia cukup paham maksud sang ayah.

"Pi.. Jangan ngomong kaya gitu.." Tegur sang istri pelan sambil diam - diam memeriksa ekspresi sang anak dari rear mirror.

"Padahal perempuan banyak.. Ngga abis pikir.." Lanjut Sigit sinis tidak memperdulikan sang anak yang sudah mengepalkan tangan kesal.

"Tapi bagus lah.. Apalagi keliatannya dia suka sama Nala. Jadi Nala ada gunanya juga-

"PAPI! Stop! Jangan ngomong kaya gitu lagi!" Teriakan terdengar dari sebelahnya. Sigit terperanjat kaget namun untungnya dia masih dapat fokus mengendarai mobilnya. Sigit menatap tajam sang istri lalu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Maafin mami,pi.. Tapi please,don't.." Lanjut sang istri lemah sambil terisak pelan. Nala hanya mampu terdiam. Menahan tangisnya yang mendesak ingin keluar.

"Pi.. Nala turun disini aja.. Pi,mi.. Nala duluan.." Pamit Nala lalu keluar dari mobil secepat mungkin. Menahan amarah dan sedih yang membuncah di dalam dirinya.

"Tapi ka-

"Biarin aja!" Tegas Sigit sesaat ketika melihat sang anak keluar dari mobil. Tanpa pikir panjang, Sigit kembali melajukan mobilnya tanpa memperdulikan anaknya yang kini berjalan berlawanan arah. Mengabaikan isakan sang istri dan gurat kaget bungsunya.

Sexy, Naughty,BitchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang