Can't Tell Them

250 26 6
                                    

Zucca

Gue pernah baca salah satu quote yang gue lihat di salah satu postingan Instagram.

"Getting your first degree after 21 is still achievement. Being married after 30 is still beautiful. Starting a family after 35 is still possible. Buying a house after 40 is still a boss move. DON'T let people rush you with their timelines!"

Lalu gue jadi teringat waktu gue mengunjungi kota Paris untuk pertama kalinya. Lebih tepatnya, empat tahun lalu. Gue mengunjungi salah satu tempat yaitu Arc de Triomphe. Gue masih mengingat dengan jelas betapa perjuangan sekali untuk naik sampai ke atas sana karena rasanya tuh seperti nggak sampai-sampai. Ada 284 anak tangga yang harus gue lewati untuk sampai di puncak Arc de Triomphe. Tapi semuanya terbayar saat gue sudah sampai di atas sana.

Seringkali kita hidup dengan memiliki acuan pada anggapan sosial. Seolah berhasil tidaknya kehidupan kita dinilai dari apa yang umumnya terjadi. Padahal tau gak sih yang paling krusial dari beranjak dewasa adalah hidup untuk mendapatkan "approval" sekitar. Pengakuan dari masyarakat, teman, keluarga, dan semacamnya menjadi tolak ukur hidup seorang manusia Tapi sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, standard hidup manusia yang dibuat pada umumnya itu, membuat kita berada dalam sebuah kotak kekhawatiran.

Haruskah kita ikuti?

Haruskah kita nilai keberhasilan hidup kita dari sana?

Di umur 25, ada yang masih susah memejamkan matanya karena terjebak dengan pikirannya sendiri.

Di umur 25, ada yang masih berjuang mengubur mimpinya sendiri demi membahagiakan orang lain.

Di umur 25, ada yang lagi berusaha bangkit lagi setelah terlanjur jatuh karena gak ada pegangan.

Di umur 25, ada yang udah kehilangan banyak dan mulai menata hidupnya dari awal.

Di umur 25, ada yang menghadapi penghianatan dan mencoba lagi untuk percaya.

Di umur 25, ada yang duduk diam dirumahnya, baru merancang akan jadi apa dia nanti di masa depan.

Di umur 25, ada yang belum melakukan apa-apa dan itu nggak apa-apa.

Berlaku juga buat umur 15, 18, 20, 30, 40... berapapun.

This is your life.

You don't have to be 'this' or 'that' but YOU.

Kulit kita aja beda, wajah kita aja beda, begitu juga jalan hidup yang kita ambil. Padahal hidup itu bukanlah perlombaan. Kita selalu mencari "materi" yang sebenarnya fana dan membuat kita kehilangan sesuatu yg paling berharga yaitu WAKTU. Waktu bersama keluarga, bersama sahabat, teman, dan yang paling penting waktu untuk membuat diri kita sendiri bahagia. Jangan pernah biarkan orang lain membuat lo melakukan sesuatu yang belum lo rasa saatnya. Bersainglah dengan diri lo sendiri untuk lebih baik dari hari kemarin, karena lo adalah kekuatan terbesar untuk dunia ini. Apapun keinginan lo dalam hidup ini, visualisasikan secara jelas dan gue yakin lo akan mendapatkannya. Karena ketika lo bermimpi, mimpi lo akan selalu mengikuti.

Selamat menikmati perjalanan lo.

Ingat, lo sudah menaiki "tangga" sejauh ini.

Semoga lo bisa naik lebih jauh lagi.

Dan semoga lo akan berada di seluruh mimpi lo di waktu yg tepat.

Akhir-akhir ini gue mendapatkan kabar mengenai SBMPTN dari murid-murid gue. Ada yang berhasil lolos, ada yang nggak. Tapi kebanyakan yang cerita sama gue adalah mereka-mereka yang dipatahkan semangatnya padahal sudah berjuang setengah mati. Kalau udah kayak begini, pasti mereka biasanya gak jauh-jauh mendapat kata-kata, "sabar, belum rejeki kali" atau "ntar coba lagi" dan lain sebagainya yang mirip-mirip. Ya enggak salah juga sih berkata demikian. Sabar adalah sesuatu yang mahal tapi sangat worth it untuk dicoba dan dijalani. Cuma kadang banyak kalimat "sabar ya" yang merasa mengganjal terutama buat mereka yang lagi ngerasain di posisi down. Kata "sabar" kadang jadi terdengar seperti kata pada umumnya yang memang harus diucapin aja, gak ada makna, gak ada tujuan, nenangin juga gak sama sekali. Jadi selain bilang "sabar", ada banyak kalimat lain yang bisa lebih tepat untuk nemenin mereka-mereka yang ada di situasi serupa.

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang