Evening

364 41 43
                                    

Ian

Gue rasa setiap manusia pernah merasakan kehilangan. Kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup, entah apapun itu. Dan nggak ada satupun manusia yang siap akan kehilangan, karena gue pun begitu.

Di sebuah sore yang panjang, gue kehilangan seorang temen. Iya, kehilangan temen. Dan kata "temen" disini bukan cuma sekedar temen chat, temen seru-seruan, temen ghibah, atau temen main. Tapi temen yang.... Temen. Orang yang bener-bener tau siapa kita luar dalam tanpa harus kita jelasin panjang-panjang. Orang yang paham dengan setiap tindakan kita karena udah terlalu mengerti dengan alasan-alasan dibaliknya.

Pernah ada yang nanya sama gue, "Teman yang sesungguhnya tuh kayak gimana sih?"

Menurut gue sih orang yang kalian sebut temen itu cuma bisa didefiniskan dan ditemukan sama diri kalian sendiri. You'll know they are the ones setelah kalian udah lewatin semua hal 'baik dan buruk' sama-sama. Sampai akhirnya kalian secara gak sadar tumbuh bersama juga.

Teman, adalah seseorang yang bisa bikin lo ngomong sama dia, "Gila ya... Sampe gak sadar selama ini gue udah lewatin semua waktu itu sama lo... Dan sampe sekarang lo masih ada, kita masih ada buat satu sama lain. Gue liat lo tumbuh, lo liat gue tumbuh. Gue liat lo stuck, gue juga liat gue stuck. Tapi kita masih jalan dipijakan yang sama."

Sore ini gue kembali mengingat kejadian 10 tahun yang lalu. Sebuah kecelakaan mobil menyebabkan dia koma sampai dua hari, sempat sadar satu hari, tetapi di sore berikutnya gue dapet kabar kalau dia udah gak ada. Gue gak tau apa artinya seorang teman sampai akhirnya dia meninggalkan gue.

Udah 10 tahun berlalu, dan gue sering mendengar suaranya, bergena di setiap tidur gue sambil berkata, "Yan, lo gak sendirian."

Rasanya luar biasa waktu ada seseorang yang bisa mengerti lo tanpa menuntut penjelasan. Lo bisa bebas jadi siapapun, apapun yang lo mau tanpa takut dihakimi semesta.

Setiap bahas ini, semua orang selalu bilang, "Udahlah."

Udah lewat.
Hidup kan berjalan terus,
Semua orang akan terpanggil pada waktunya.

Rasa maklum gue berubah jadi rasa capek karena harus terus pura-pura kalau semua yang terjadi 10 tahun lalu udah gak pernah gue rasain lagi.

Dan ketika seseorang itu pergi, gue bilang sama diri sendiri, "Wah, life is shitty this way ya." Udah sesusah itu ketemu sama orang yang tepat, tapi malah segampang itu kehilangan mereka.

Oi, gue harap disana lo beneran dapet tempat terbaik kayak yang semua orang bilang. Karena lo pantes dapet tempat terbaik itu.
Gue masih ada disini, di dunia.
In this shitty place.
Tapi gue tau gue selalu punya lo, that's why i am staying strong.

Kayaknya sederhana ya "kehilangan temen". Tapi saat semua yang biasa kita lakukan bersama harus gue lakukan sendiri, rasanya gak cuma kosong. Hampa, gak sama lagi, tawar, hilang maknanya kehilangan orang yang begitu mengenal lo, memahami setiap tindakan lo, mendukung langkah demi langkah lo... Dan gak ada yang bisa deskripsiin rasanya.

Dan selagi mereka masih ada di samping lo, gue cuma mau bilang, 'setiap orang memang akan datang dan pergi' tapi kalau mereka masih tetap tinggal bersama lo padahal lo punya pilihan untuk pergi... Berarti mereka orangnya.

Semenjak itu hingga hari ini, sore gue selalu jadi nostalgia akan 10 tahun lalu.

Kenapa sih orang-orang hobi banget gangguin gue yang lagi asik tenggelam dalam lamunan gue sendiri. Kayak, gak bisa apa lo pada biarin gue hidup dengan tenang sehari aja. Gue kan capek, abis dari jogja terus lanjut kesana kesini. Gue kan juga manusia yang butuh istirahat.

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang