People always leave.
Even those who
said they
never would.And in the end,
All we learned
Was how
To be strong
Alone.Cerita ini tentang seseorang -yang tetap tinggal namun ditinggalkan, yang kehilangan namun tak bisa mencari, yang belum cukup baik meski sudah berusaha, dan yang gak diberi kesempatan sekalipun sudah mencoba.
***
Zucca
Ketika gue bukan lagi tempat untuknya pulang...
"Lo harus pulang, temuin cewek lo, Bazu."
Tadinya kita hanya sibuk memandangi cangkir putih dengan ukiran-ukiran keemasan yang menjadi ciri khas di sebuah kafe yang berlokasi di pinggir kota London bernama Pacifio. Entah seberapa sering gue datang kesini, menghabiskan waktu berjam-jam di kafe berkonsep convent garden hanya untuk membaca buku atau mengerjakan tugas kuliah.
Gue membiarkan beberapa menit berlalu dalam hening, sibuk dengan pikiran gue sendiri. Sampai Kharel akhirnya memanggil gue untuk berhenti melamun.
"Bazu?"
"Gue gak bisa, Rel." Gue akhirnya buka suara. "Sebentar lagi mau ada ujian."
"Terus lo mau diem aja denger cewek lo selingkuh?"
"Alana gak selingkuh."
"Terus ngapain dia jalan sama cowok lain?" Balas Kharel tanpa jeda.
Selama ini gue gak pernah merasa ada yang salah dengan hubungan gue dan dia. Kita selalu baik-baik aja, bahkan sejak lima tahun lalu. Lantas apa yang terjadi sekarang? Gue juga masih nggak ngerti.
"Gue jauh-jauh nyamperin lo kesini, karena gue rasa lo perlu tau semuanya. Tadinya gue gak mau kasih tau lo, tapi sebagai adik yang berbakti, gue akan bocorin semuanya. Kata temennya, sekarang Alana kalau ngisi acara seminar selalu dianter cowok yang sama. Dan gak cuma itu aja, mereka kemana-mana pergi bareng."
Gue tau Kharel gak pernah berbohong.
Untuk kesekian kali, gue menatap keramaian jalanan di luar kafe dalam keheningan. Manusia sering kali berjalan lurus di jalan yang membuatnya sampai ke tujuan. Namun, kadang mereka lupa untuk menghindari lubang yang luput dari penglihatan, yang membuat mereka jatuh pada saat tak terduga. Gue jadi berpikir, apa sekarang gue sedang jatuh?
"Sadar gak sih ini kayak teguran buat lo? Teguran supaya lo bisa pilih. Alana atau gelar lo?"
Selama ini gue gak pernah ngerti kenapa manusia harus memilih? Karena sejujurnya semenjak gue mengenal Alana lima tahun lalu, jatuh cinta padanya satu tahun setelahnya, dan mencintainya sampai sekarang... Gue gak pernah benar-benar harus memilih. Semuanya cukup menjadi satu. Alana dan pendidikan gue sama-sama pentingnya, sama bahagianya. Gue gak pernah merasa pendidikan harus dijadikan nomor satu, begitu juga Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Familia
Narrativa generaleHome is where Umi and Abi is. Jika lelah, pulang lagi pada percaya. Karena orang rumah akan selalu merayakan kepulanganmu.