Dara masuk ke dalam mobil Saddam. Saddam tersenyum, cowok itu mengangkat ponsel miliknya yang tengah ia genggam. "Udah bener lagi."
Dara menggelengkan kepalanya pelan. Masih ingat saat di mana Saddam pergi ke Bandung dan malamnya langsung ke rumah Dara? Cowok itu bercerita perihal ponselnya yang mati karena ia banting.
"Dibawa ke konter?"
"Iya, sama si Nando. Ini tadi pagi dia yang anter." Saddam tersenyum lebar.
Dara menganggukkan kepalanya. Gadis itu memilih meraih ponselnya di dalam tas, kemudian memilih memainkannya.
Saddam mulai menyetir. "Oh iya, kemarin malem gue ketemu sama Anara. Gue makin ganteng ya, Dar? Anara kok kayak yang gak bisa move on dari gue, ya?"
"Ketemu di mana?" Tanya Dara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Di mini market."
"Lo seneng?"
"Seneng. Gila sih, mantan gue kok cantik-cantik banget, ya?" Saddam tertawa.
Dara langsung mendongak menatap Saddam. "Iya, mantan lo mah cantik semua. Gue doang yang gagal produk."
Saddam langsung menoleh. Cowok itu mengerutkan alisnya melihat Dara yang saat ini sudah kembali menatap ke arah ponsel. "Ya kan emang bener, Dar."
"Gue enggak bilang lo salah, Dam."
"Tapi lo kok kayak marah gitu, sih. Jutek banget ngomongnya, kayak gak ikhlas gitu gue bilang kalau mantan gue cantik-cantik." Saddam kembali fokus pada jalanan.
Dara tak menjawab. Tangan Saddam terulur meraih bahu Dara dan membawa gadis itu untuk bersandar pada bahunya. Bibirnya mencium lembut kening gadisnya. "Mantan gue emang cantik, Dar. Tapi mereka kalah manis sama pacar gue."
"Gak nanya. Gak perduli juga."
"Lo tuh lagi ngambek, cemburu, atau emang bener-bener bodoamat, sih?" Saddam mencubit gemas pipi milik Dara.
Dara mendongak. Tangannya terulur melingkar pada pinggang milik Saddam. "Beneran bodoamat."
Disepanjang perjalanan, Saddam terus menerus mengelus rambut panjang milik Dara. Sedangkan Dara, ia semakin nyaman saja bersandar pada bahu kekasihnya.
Ponsel Saddam berdering. Saddam meraihnya, kemudian ia memberikannya pada Dara. "Lihat dong, yang."
Dara menerimanya. Kemudian, ia membuka pesan yang entah dikirim dari siapa.
"Anara."
"Hah?" Saddam sontak menatap ke arah Dara. Tidak lama, karena setelahnya ia kembali menatap ke arah jalanan.
Tangan Saddam masih sibuk mengusap rambut Dara seolah tak merasa terganggu dengan pesan Anara. "Biarin aja. Tapi kalau lo mau bales ya terserah."
"Terserah lo, lah. Ini kan punya lo, bukan punya gue."
"Iya juga ya."
Dara menegakkan tubuhnya. Gadis itu masih menatap ponsel Saddam yang menunjukan room chat dengan Anara. "Bales aja deh, Dam. Takutnya penting."
"Yaudah bales aja."
Anara : Dam
Saddam : Iya
Anara : Besok gue ulang tahun. Bisa dateng gak? Jam 8 di rumah gue, atau ... Lo lagi sibuk gak? Mau gue kasih undangnya sekarang? Apart lo masih di situ kan?
Dara membaca pesan dari Anara. Saddam sontak saja menatap ke arah Dara. "Lo diundang?"
Dara menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara : Hello You! [End]
General FictionKamu sempurna jika bersama orang yang tepat. ••• Sequel Langit Dara!