Bagian 22

12.5K 2.2K 425
                                    

Malam ini, Pandu, Selly, Dara, dan juga Saddam tengah berada di ruang tamu. Sedaritadi, Selly terus bercerita soal dirinya yang pergi bersama Pandu.

Pandu yang melihat itu berkali-kali berdecak pelan dan mengingatkan dirinya bahwa dia tidak boleh suka pada Selly. Umur mereka terlalu jauh, lagipula, mana mau Selly pada cowok yang lebih dewasa, kan?

"Tadi Selly enggak jadi jajan, A. Tapi ... Tadi Selly diajarin naik bawa motor punya A Pandu." Kedua bola mata itu berbinar senang.

"Adik gue emang gitu, Du. Kalau udah nyaman sama orang, cerita terus sampai mulut dia capek sendiri. Waktu pertama kenal Dara juga kayak gitu." Saddam mengacak gemas puncak kepala Selly.

Selly tersenyum lebar hingga matanya menyipit. "A Pandu baik, A. Tapi agak galak dikit, sih. Ngomongnya ketus banget daritadi. Padahal Selly kalau ngajak ngomong ke A Pandu baik-baik," ujar Selly.

"Di dalam diri si Pandu ada sosok gurita di film Spongebob," bisik Saddam.

"A Pandu, besok Selly mau minta diajarin bawa motor lagi, boleh?"

Pandu melirik ke arah Saddam. Saddam mengangguk menyetujui.

"Bayar ongkos bensin, ya. Motor enggak akan jalan kalau bensinnya gak ada! Nyari duit susah!"

Selly mengambil dompetnya di tas. Gadis itu mengambil uang lima puluh ribu di sana. "Ini cukup enggak, A?"

"Bercanda, Bocil." Pandu mendorong tangan Selly yang terdapat uang. Meminta Selly agar memasukan uangnya ke dalam dompetnya kembali.

"Ih enggak, serius. Gak papa kok." Selly menyodorkan uangnya lagi.

Pandu menatap Selly dengan mata memicing. Melihat itu, Selly akhirnya cemberut. "Tuh kan, A. Lihat." Selly menujuk wajah Pandu.

"Ini kalian kalau gue lihat-lihat kok cocok, ya? Tapi ... Lo terlalu tua buat adik gue, terus, gue juga enggak mau punya Adik ipar kurang ajar kayak lo. Jadi enggak gue restuin."

Pandu sontak menatap Saddam. Raut wajahnya berubah menjadi badmood. Cowok itu beranjak dan meraih kunci motornya. "Gue mau balik."

"Yaudah sana, enggak akan gue tahan."

"Yaudah, lagian siapa yang mau ditahan sama lo?!" Pandu melotot ke arah Saddam.

Saat hendak melangkah pergi, Pandu memicingkan matanya ke arah leher Dara yang terdapat beberapa bekas merah. "Dar, selamat hari amukan Reza sedunia, ya! Hati-hati kalau balik!"

Dara mengerutkan alisnya. "Reza ngamuk?"

"Kalau ketahuan gue yakin pasti ngamuk." Pandu tertawa keras.

Saddam yang melihat arah pandang Pandu, langsung mendekati Dara dan memeluk gadis itu dari depan. "Hasil karya gue bukan buat umum! Jangan sembarangan lihat lo!"

Dara membelakkan matanya. Oke, dia paham sekarang.

"Yaelah, bikin gitu doang mah gue juga bisa. Emak gue nih kalau kerokan di punggung gue, ada tuh tanda kek gitu. Berarti emak gue lebih pro bikinnya. Dia bisa bikin naga di punggung gue pake koin!"

"A Pandu kok lucu sih?" Selly tertawa mendengar ucapan panjang lebar Pandu.

Wajah Pandu memerah hingga ke telinga. Cowok itu mendengkus kesal dan memilih melangkahkan kakinya dengan tidak sabaran untuk keluar dari unit apartement milik Saddam.

"Dar, tadi muka si Pandu merah, ya?"

"Enggak lihat. Ini hidung gue engap banget, Dam. Bisa lepas gak?" Saddam tertawa melihat wajah Dara yang berada di dadanya.

Dara : Hello You! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang