Bagian 27

12.6K 2.3K 649
                                    

Esok harinya, Saddam dan Selly sudah siap untuk berangkat ke Kiaracondong. Sebelum itu, mereka ke rumah sakit terlebih dahulu untuk berpamitan pada Dara.

Tangan Saddam mengusap lembut puncak kepala gadisnya itu. "Gue ke Bandung dulu, ya. Nanti soal lamaran kapan gue kabarin lewat telepon, ya. Cepet sembuh, jangan makan pedes dulu."

"Iya, hati-hati." Dara mengusap pelan punggung tangan Saddam.

"Sel, pamit dulu sama Teteh kamu." Saddam menarik Selly.

Selly langsung memasang raut sedih. Gadis itu memeluk Dara dengan erat. "Teteh cepet sembuh, ya. Sebenernya Selly masih mau di sini sama Teteh. Tapi besok Selly harus ke sekolah."

"Iya, makasih, ya. Nanti kan ke sini lagi, emang enggak mau anter Aa kamu lamar Teteh?" tanya Dara seraya tertawa.

Selly mengerutkan alisnya. Gadis itu mengangguk. "Iya juga, ya. Yaudah deh, gak jadi sedih."

Selly memilih melepas pelukannya dan berdiri di samping Saddam. Ia menoleh dan mendapati sosok Pandu yang tengah berdiri di depan brankar. "A Pandu, kapan-kapan main dong ke Bandung. Tapi naik motor, Selly mau belajar lagi. Di sana ada lapangan yang luas banget, lho! Tapi banyak anjingnya."

Pandu berdecak. "Gak ada, gue sibuk!" jawab Pandu.

"Sombong banget sih, A."

"Bodoamat. Kenapa lo yang repot?!" Pandu menatap Selly dengan tatapan tajam.

Selly memicingkan matanya kesal. "Pantesan Aa jomblo terus, galak banget sama cewek. Tuh, lihat Teh Dara sama Aa Selly udah mau nikah. A Pandu kapan? Kapan-kapan kali, ya."

"Gue jomblo tuh karena gue tahu pacaran sama anak orang yang belum tentu jodoh gue cuman buang-buang duit! Nyari duit susah, daripada duitnya gue kasih ke anak orang ... Mendingan gue kasih ke Emak gue!"

"Bener juga, sih." Selly mengangguk-anggukan kepalanya.

Namun setelahnya, Selly tersenyum. "Tapi tetep, A Pandu jomblo."

"Si Pandu emang gitu, Sel. Dari zaman SMA, di deketin sama cewek bukannya seneng malah ngejauh. Mana ceweknya dia galakin lagi," sahut Danu.

Selly mengangguk setuju. "Iya, untung Selly enggak ngedeketin A Pandu."

"Terus tiga hari ini lo nempel-nempel ke gue namanya apaan, Bujang?!" tanya Pandu kesal.

"Selly enggak bujang. Selly gadis."

"Terserah, deh. Dam, sana minggat! Pusing gue lihat Adik lo!"

Saddam mengacak puncak kepala Selly. Ia lantas menatap ke arah Pandu, "Sekarang mah ngusir. Awas aja lo kalau nanti naksir adik gue. Gak gue kasih lo!"

"Yaudah semuanya, gue pamit dulu ya. Nitip Dara!" Saddam menatap ke arah teman-temannya Dara.

"Eh, Bang Eja. Bang pamit, ya. Doain lancar." Saddam tertawa melihat Reza yang tengah berdiri seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Reza menepis tangan Saddam yang hendak bersalaman dengannya. "Abang-abang, jijik tahu gak. Lo sama gue lebih tua lo, ya!"

"Yaelah, menghargai sebagai Abang ipar gue."

"Gak ada! Panggil gue Reza. Eja, eja, udah kek Zara aja lo manggil gue kayak gitu." Reza mendengkus sebal.

"Gue juga nanti siang mau balik ke Bandung. Gue udah diteror sama pacar-pacar gue, nih. Katanya kangen, haduh ... Gini banget ya jadi orang ganteng." Tora mengusap rambutnya ke belakang.

"Idih, kena karma lo bentaran lagi, Tor." Saddam melirik Tora.

"Aamiin!" sahut seisi ruangan terkecuali Selly karena dia tidak mengerti.

Dara : Hello You! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang