Bagian 23

12.2K 2.4K 1.2K
                                    

Esok paginya, di rumah Dara. Gadis itu saat ini tengah menyuapi Zara yang duduk di pangkuannya.

Rambutnya diikat asal dengan baju piyama yang masih melekat di tubuhnya.

"Eja!" pekik Zara ketika melihat Reza baru saja memasuki gerbang. Dia mengenakan kaos putih polos dengan celana training.

Reza baru saja pulang lari pagi. Tangannya membawa kresek putih yang berisikan gorengan.

"Zaraaa!" Reza mengikuti suara Zara dan langsung berlutut di tempat duduk Dara dan Zara agar bisa mencium adik bungsunya itu.

"Zara lagi makan, hm?" tanya Reza.

"Yah!" jawabnya.

Reza memilih meletakkan gorengannya di atas meja. Ketika ia mendongak menatap Dara, matanya memicing melihat leher Dara. "Digigit binatang apaan, lo?"

"Siapa yang digigit sih? Gak jelas lo." Dara berdecak pelan. Gadis itu memilih melanjutkan aktivitasnya menyuapi Dara.

"Dara, gue serius, ya! Lo kok udah berani macem-macem gini, sih? Udah ngapain aja lo sama si Saddam?!" suara Reza meninggi.

Dara membelakkan matanya. Tangannya sontak menyentuh lehernya sendiri. Dia baru sadar apa yang Reza maksud. "Za, gue sama Saddam—"

"Telepon cowok lo, suruh dia ke sini. Gue tunggu. Kalau sampai dia enggak dateng dan temuin gue, bukan cuman Mama lo yang enggak setuju lo nikah sama dia. Gue juga!" Reza langsung beranjak dan memilih masuk ke dalam rumah Pandu.

Zara yang duduk di pangkuan Dara seakan paham jika Abangnya tengah marah. Dia mendadak diam menatap Kakaknya. "Lala?" panggil Zara pada Dara.

"Iya, sayang? Masih laper?"

Zara langsung memeluk leher Dara seakan menguatkannya. Padahal, Zara tidak tahu saja di sini Dara yang salah.

Dara memilih meraih ponselnya membiarkan Zara. Mencari kontak Saddam, kemudian memencet tombol panggilan.

"Hallo, Dam?" ucap Dara ketika panggilan sudah tersambung.

"Iya, Dar? Kenapa? Udah sarapan? Mau sarapan bareng?"

"Bisa ke rumah sekarang?" tanya Dara mengabaikan pertanyaan Saddam.

"Oh, sarapannya mau di bawa ke rumah? Oke, nanti gue beli."

Dara berdecak kesal. "Bukan sarapan. Lo bisa ke rumah sekarang, enggak? Reza marah. Kalau lo enggak ke sini, bukan cuman Mama yang enggak restuin kita. Tapi Reza juga."

"Lho? Kok bisa? Gue ada salah, ya?"

"Yaudah sih ke sini aja. Banyak tanya banget! Gue tunggu, bye!" Dara memilih memutus sambungannya.

Ia menghela napas pelan. Benar kata Pandu, hari amukan Reza sedunia akan segera tiba.

•••

Saddam saat ini sudah berada di mobilnya. Selly masih tidur, jadi tidak ia ajak. Ia bingung dengan ucapan Dara soal Reza.

Mengapa dia tiba-tiba mengancam tidak akan merestui Saddam jika Saddam tidak datang? Reza kangen Saddam atau bagaimana?

Ketika ia melewati jalan yang nampak sepi, Saddam memicingkan matanya melihat mobil berwarna hitam berhenti dan ada seorang pria berseragam supir berdiri di depannya.

"Pak Budi?" gumam Saddam.

Cowok itu memilih menepikan mobilnya di depan mobil itu.

Kemudian, dia memilih turun. "Pak, mobilnya kenapa?" tanya Saddam.

Dara : Hello You! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang