Dara dan Reza saat ini tengah berada di makam Rena. Di sampingnya sekarang, Reza tengah tersenyum dan mengusap lembut batu nisan kekasihnya itu.
Ia tersenyum kecut. "Na, kangen."
Tadi pagi, Reza meminta Dara untuk mengantarnya kemari. Katanya, ia rindu Rena. Oleh karena itu, mereka berada di sini sekarang.
Tangan Dara terulur mengusap bahu Reza dengan pelan. Ia menatap Abangnya yang saat ini begitu rapuh. Menunduk menatap tanah, dengan tangan yang menepis air matanya dengan pelan. "Maaf ya gue cengeng."
"Habisnya lo, sih. Udah lama pergi, masih aja bikin kangen."
Reza menghela napasnya. Ia tersenyum ke arah Dara. "Pulang, yuk."
"Beneran?" tanya Dara.
Reza menatap ke arah nisan milik Rena sebentar. Kemudian, ia mengangguk menatap Dara. "Iya."
Reza memilih pamit pulang pada Rena. Setelah itu, Dara dan Reza memilih berjalan ke arah mobil milik Reza dan pergi meninggalkan kawasan pemakaman.
Di perjalanan, Reza diam menatap kosong ke arah jalanan. Cowok itu sedaritadi meremas jari jemarinya sendiri. "Dar, kalau misalkan gue deketin cewek, apa Rena bakalan marah?"
"Za, Rena enggak akan marah." Dara melirik ke arah Reza yang duduk di samping kemudi.
Cowok itu menunduk. "Gue takut Rena marah."
"Lo lagi deket sama cewek?"
"Gue bosen sendiri. Mau nyoba, tapi enggak bisa. Gue keinget Rena." Reza membuang arah pandangnya ke arah jalanan.
Dara menghela napasnya. "Move on, Za. Rena pasti ngerti."
Reza tak merespon ucapan Dara. Sepanjang perjalanan, yang ia lakukan hanya menatap ke arah jalanan.
Dara tidak suka melihat sosok Reza yang begini. Jika sudah berkaitan dengan seorang gadis, dia pasti akan mengeluh perihal Rena.
Sesayang itu Reza pada Rena.
"Lo bahagia banget ya Dar sama Saddam?" tanya Reza.
Dara mengangguk. "Saddam baik."
"Lo enggak ada niatan buat nikah?" tanya Reza tiba-tiba.
Cowok itu menatap ke arah Dara dan tersenyum. "Kalau Saddam udah ada niat baik, jangan ditunda-tunda, Dar. Gak usah mikirin gue. Lagian, kalau nunggu gue dulu yang nikah, Saddam keburu kabur nantinya."
"Ya kalau dia kabur berarti dia enggak serius sama gue."
Reza tertawa pelan. Cowok itu menepuk puncak kepala Adiknya itu dengan lembut. "Enam hari lagi, lo ulang tahun. Mau apa?" tanya Reza.
"Mau lo berhenti sedih. Jangan terus-terusan inget Rena, Za. Lo juga perlu bahagia."
Reza diam. Cowok itu tersenyum tipis setelahnya. "Gue usahain."
•••
Setelah mengantar Reza pulang, kini Dara memilih pergi ke toko bersama Zara.
Setelah sampai, Zara langsung di ambil alih oleh Danu dan juga Tora. Di saat Dara sibuk dengan design sablon, Danu dan Tora justru sibuk melakukan segala cara agar Zara tertawa.
"Dar, coba ini agak di ubah, deh. Soalnya gue rasa ini terlalu rame."
Dara mengikuti apa yang Pandu ucapkan. Setelah satu jam kemudian, Dara kembali menyerahkan hasilnya pada Pandu.
Pandu mengangguk. "Iya gini."
"Kakak! Mimi!"
Dara menoleh. Gadis itu langsung mengambil dot susu milik Zara di tas. Kemudian, ia memberikannya pada Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara : Hello You! [End]
General FictionKamu sempurna jika bersama orang yang tepat. ••• Sequel Langit Dara!