"Melly cantik ya, Dar, pake hijab gitu." Saddam menatap ke arah sosok Melly yang tengah menyiapkan pemanggang jagung bersama Tora di sana.
Dara yang tengah berjalan di samping Saddam langsung menoleh. Tiba-tiba saja dirinya mendadak sensitif. Pikirannya melayang pada kejadian Mamanya menolak Saddam. Dan sekarang, Saddam malah memuji gadis lain di depan Dara. Entah kenapa Dara tidak suka akan itu.
"Kenapa?" tanya Saddam ketika Dara menatapnya tanpa berbicara apa-apa.
Gadis itu membuang arah pandangnya dan memilih mempercepat langkah agar tidak bersebelahan dengan Saddam.
"Dar," panggil Saddam seraya mengikuti langkah Dara di belakangnya.
Dara memilih duduk di samping Pandu. Gadis itu memilih mengolesi mentega pada jagung.
Saddam duduk di sebelahnya. Kepalanya miring menatap Dara yang tengah menunduk menatap fokus pada jagung. "Dara?" panggil Saddam lagi.
"Apa, sih? Berisik banget lo." Dara beranjak. Gadis itu memilih berpindah tempat di dekat Danu.
Saddam menghela napasnya. Tak lama kemudian, Melly datang dan duduk di sebelah Saddam. Dara berdecak pelan, di beranjak kemudian duduk di antara Melly dan Saddam. Tempatnya sangat sempit, sehingga Melly sampai bergeser tempat.
"Astaghfirullah, Dar." Saddam mengusap dadanya pelan merasa kaget dengan tingkah Dara yang tidak biasanya begini.
"Nih." Dara memberikan jagung pada Saddam yang sudah diolesi mentega.
Saddam memilih mengambilnya. Cowok itu kemudian menatap ke arah Melly. "Udah beres pemanggangnya, Mel?"
"Udah, Dam."
Dara berdecak pelan.
Danu yang posisinya duduk di depan Dara, mengerutkan alis heran. Kemudian, ia menatap ke arah Saddam yang terlihat bingung dengan tingkah Dara. Kemudian, sebuah ide tiba-tiba muncul.
"Dam, Melly cakep ya?" ujar Danu.
Melly mendongak menatap Danu. Gadis itu terlihat terpaku dengan apa yang diucapkan oleh sahabat sekaligus mantan kekasihnya semasa SMA itu.
"Iya, tadi juga gue bilang gitu ke Dara. Iya kan, Dar? Melly cantik pakai hijab?" tanya Saddam.
"Iya, cantik," jawab Dara terdengar begitu ketus.
"Kok ngamuk?" Saddam hendak mencubit pipi Dara. Namun, Dara menepisnya.
Saddam menatap tangannya yang ditepis oleh Dara. "Yang?" Saddam beralih menatap Dara dengan pandangan kaget.
"Apa, sih?!"
"Kok mirip Singa, sih? Galak banget."
"Iya, gue jelek kayak singa! Gak usah lo jelasin juga gue sadar diri." Dara beranjak. Gadis itu melempar jagung yang ia pegang ke dalam wadah.
Kemudian, ia memilih berlari masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan kesal.
Saddam menghela napas pelan. "Terusin aja, ya. Gue mau nyusul Bini gue dulu." Saddam beranjak dan memilih berlari mengejar Dara ke dalam rumah.
Saddam melihat Dara yang tengah menaiki anak tangga. Lantas, ia memilih mengikuti langkah gadis itu dan terus menyerukan namanya. "Dara, kenapa, sih? Hei, berhenti dulu, dong."
Dara hendak menutup pintu kamarnya. Namun, Saddam berhasil menahannya dan ikut masuk ke dalam sana.
"Ngapain ngikutin gue?" Dara memilih berjalan ke arah kasur dan duduk di tepinya.
Saddam mengikuti Dara dan duduk di sebelahnya. "Lo kenapa marah-marah terus?"
"Melly cantik ya, Dam. Semua mantan lo juga cantik-cantik, semua cewek yang ada di sekitar lo juga cantik semua. Gue doang yang enggak, kadang gue tuh mikir, Dam. Kenapa bisa lo bertahan sama gue? Gue juga mikir, yang cantik aja bisa putus sama lo. Apalagi gue. Dulu, sama Anara juga lo selesai gara-gara orang tua Anara enggak setuju. Sekarang Mama gue ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara : Hello You! [End]
General FictionKamu sempurna jika bersama orang yang tepat. ••• Sequel Langit Dara!