Saddam duduk di teras rumah Dara. Gadis itu sudah pergi ke toko. Ketika Saddam ingin mengantarnya, Dara mengancam dirinya tidak mau lagi bertemu dengan Saddam jika Saddam masih ngeyel mengikutinya.
Bahkan, helm yang tadi Dara banting tidak jadi Dara kenakan. Ia meninggalkannya di tempat tadi.
Akhirnya Saddam menetap. Dia akan menunggu Dara sampai gadis itu kembali lagi ke rumah.
Saddam menunduk. Ini memang salahnya. Seharusnya dia bisa tegas pada teman-temannya bahwa dirinya ada urusan yang sangat penting. Dia juga seharusnya tidak nekat mengantar Anara ke lokasi.
Saddam tidak tahu jika akhirnya kesalahpahaman ini malah menjadi pertengkaran antara dirinya dan Dara.
Hubungan mereka tidak pernah begini. Saddam merasa akhir-akhir ini mereka tengah diuji.
"Saddam? Kok di luar?"
Saddam sontak saja langsung berdiri kala mendengar suara Ayu. Zara yang tengah berada di gendongan Ayu langsung melompat turun dan berjalan ke arah Saddam seraya merentangkan kedua tangannya. "Babang!"
"Zara, Hallo!" sapa Saddam seraya membawa gadis kecil itu ke gendongannya.
"Saddam ... Lagi nunggu Dara, Ma."
Ayu mengerutkan alisnya heran. "Dara baru aja berangkat ke toko. Kenapa enggak kamu susulin aja ke sana, Dam?"
"Em ... I-iya, Ma. Saddam ke sana sekarang. Kalau gitu ... Saddam pamit, ya. Zara, Abang pergi dulu, ya!"
Zara cemberut. Dia melingkarkan lengannya pada leher Saddam dengan sangat erat. "Zara kalau udah ketemu kamu ya pasti susah lepas, Dam." Ayu tertawa pelan.
Saddam hendak mengusap puncak kepala Zara. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering.
Saddam memilih meraihnya di saku celana. Alisnya berkerut mendapati nama Dara di layar ponselnya. Dia ... Sudah tidak marah? Pikirnya.
"Hallo?" ujar Saddam ketika sudah mengangkat teleponnya.
"Hallo, Mas. Ini ... Mbak yang punya HP, motornya kesenggol sama mobil besar. Mbaknya pingsan, Mas. Sekarang udah dibawa ke rumah sakit. Ini saya hubungin Mas karena Masnya yang terakhir kali dihubungi."
Napas Saddam tercekat. Tubuhnya menegang, matanya memanas mendengar kabar itu. "T-terus pacar saya gimana, Mas?"
"Masih di UGD, Mas. Kepalanya terbentur aspal. Mbaknya juga enggak pakai helm tadi. Darahnya banyak banget, Mas."
"Saya ke sana sekarang. Tolong share lokasi ya, Mas!"
Saddam memutuskan sambungan dengan tangan gemetar. Saddam memejamkan matanya kuat. "Ma ... Dara kecelakaan. Dia di rumah sakit sekarang."
•••
Saddam sampai di rumah sakit. Dia berterimakasih pada orang yang sudah membawa Dara kemari. Tak lupa, dia juga memberi ongkos untuk mereka pulang sebagai ucapan terimakasih.
Kini, Saddam duduk di kursi koridor rumah sakit bersama Ayu dan juga Zara.
Ayu sudah menghubungi Reza dan juga Ragil. Saddam juga sudah memberitahu Pandu, Danu, Tora, Langit, dan juga Melly perihal Dara.
Saddam mendongak ketika mendapati Reza yang baru saja sampai. Matanya menyorot tajam ke arah Saddam.
"Dara gimana, Ma?" tanya Reza masih dengan mata yang menatap tajam pada Saddam.
"Dara masih di dalem, Za."
"Gue perlu ngomong sama lo."
Saddam mendongak. Ia lantas menatap ke arah Ayu sebentar. Setelahnya, dia mengangguk. "Ma, Saddam keluar bentar, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara : Hello You! [End]
General FictionKamu sempurna jika bersama orang yang tepat. ••• Sequel Langit Dara!