Last part nih, bissmillah, yuk!
Selamat membaca🤍
••••
Dara menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala melihat Saddam yang terbaring di atas brankar. Wajah Saddam juga kini terdapat banyak luka. Tangannya juga.
Wanita itu duduk di samping brankar, tangannya meraih tangan Saddam dan ia genggam.
'Gue enggak akan pernah pergi. Satu-satunya yang bakal bawa gue pergi cuman Tuhan.'
Ucapan yang sering Saddam ucapkan tiba-tiba saja terngiang di kepalanya. Dara menggeleng kuat, dia tak mampu mengatakan apapun selain menatap Saddam.
"Dar ...." Reza mengusap bahu Adiknya itu dengan lembut.
Dara terisak. Melihat Saddam begini, dan berada di sini tidak pernah terlintas dipikirannya sama sekali.
Saddam yang biasanya ceria, banyak tingkah, dan banyak berbicara kini terbaring lemah di atas brankar.
"Padahal tadi pagi ... Kita baru aja dapat kabar bahagia, Za. Saddam seneng banget tahu anaknya ada di perut gue."
Jam sudah menunjukan pukul 1 malam. Tapi Dara masih belum mau memejamkan matanya.
Ia lantas melirik ke arah Pandu, Selly dan juga Euis yang sudah tertidur di sofa. Sedangkan Bella dan Dika sudah pulang kembali, mengingat ... Bella baru saja melahirkan.
"Dar, gue cariin makan, ya? Lo belum makan." Reza bingung harus bahagia atau sedih.
Di satu sisi, ia bahagia mendengar kabar bahwa Dara tengah mengandung. Tapi di sisi lain, dia sedih melihat kondisi Saddam.
"Lo mau apa? Nasi goreng? Sate?" tanya Reza lagi.
"Mau Saddam bangun." Dara mengigit bibir bawahnya kuat.
Reza diam. Dia lantas menatap ke arah Saddam. Dia pernah berada di posisi Dara. Dan dia juga paham apa yang Dara rasakan sekarang.
Reza akhirnya memilih pamit keluar untuk membeli makanan yang bisa dimakan oleh Dara.
"D-Dar ...."
Dara mendongak, ia mengusap air matanya ketika melihat Saddam membuka matanya. Kondisinya terlihat begitu lemah. "Dam? Aku panggil Dokter, ya?"
"Ja-ngan ...." Saddam mengatakannya dengan susah payah.
Dara melihat Saddam menepuk brankar di sebelahnya. "Ma-u ... Pe-luk ... Ba-by ...."
Dara kembali meneteskan air matanya melihat Saddam yang kesulitan berbicara.
Dengan sangat hati-hati, Dara naik ke atas brankar dan merebahkan tubuhnya di samping Saddam. Dara berusaha sepelan mungkin agar tidak menyakiti Saddam.
Tangan Dara meraih lengan Saddam dengan lembut kemudian membawanya ke atas perut Dara.
"Ti-dur." Saddam memejamkan matanya merasakan sakit dibagian tubuhnya.
Dara memejamkan matanya kuat merasakan usapan lemah di atas perutnya.
"Dam, udah, ya? Aku takut selangnya kesenggol." Dara hendak turun. Namun, Saddam melarangnya.
Akhirnya, Dara memilih diam. Lama kelamaan, dia tertidur karena usapan di perutnya.
•••
Saddam mengatur napasnya, mengeratkan giginya merasakan perih di sekujur tubuhnya.
Reza kembali, dia lantas terlihat kaget melihat Saddam yang kini memeluk Dara namun terdengar ringisan yang berasal dari Saddam.
"Dar, bangu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara : Hello You! [End]
Fiction généraleKamu sempurna jika bersama orang yang tepat. ••• Sequel Langit Dara!