CHAPTER 8

4 1 0
                                    

───────────────────────────────

Waktu berjalan dengan cepat. Ini sudah malam hari dan semuanya telah tidur, kecuali Leon yang sedang berada di ruang kemudi.

Jovan terbangun dari tidurnya karena ia ingin buang air kecil. Karena tidak berani sendiri, dia membangunkan kembarannya.

"Kak , bangun." Jovan menggoyangkan badan Kian.

"Uuh apa sih, ganggu tidur aja." Gerutu Kian sambil memeluk erat selimutnya.

"Ish temenin ke kamar mandi. Mau pipis." Kata Jovan sambil terus menggoyangkan badan Kian.

"Tch iya iya. Kejap." Kian langsung bangun dengan melilitkan selimut ke badannya.

Mereka berdua langsung berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Jovan selesai buang air, mata Kian tertuju pada pintu di ujung koridor, pintu ruang kemudi. Dengan rasa penasarannya, dia langsung saja berjalan kesana tanpa melepas selimutnya.

Ssrkk

Pintu itu terbuka otomatis dan terlihat Leon yang tengah duduk di kursi kemudinya. Kian pun berjalan menuju kursi sebelahnya yang merupakan tempat El.

Leon masih saja diam, antara tidak menyadari Kian masuk atau membiarkan Kian duduk di sebelahnya. Kian pun memperhatikan Leon.

"Ada apa? Kenapa memperhatikan saya?" Tanya Leon tiba-tiba.

Kian tersentak kaget dan langaung menggeleng. "Siapa juga yang liatin kamu. Aku liatin cara kerja mesinnya lah." Elak Kian sambil menatap tombol-tombol yang entah apa itu.

Leon menggelengkan kepalanya dan kembali memperhatikan angkasa luar.

Keduanya pun hanya diam dalam hening.

"Lebih baik kamu kembali ke kamar. Atau mau menggantikan saya?" Kata Leon sambil menggerakkan tangannya seolah menyerahkan kemudi pada Kian.

Sontak Kian menggeleng ribut. "Gak mau. Nanti bukannya sampai ke tempat tujuan, malah sampai ke akhirat." Kata Kian.

Leon terkekeh dan mengusap rambut Kian. "Makanya kembali ke kamar sana. Tidur lagi, ya Cantik? Kalau sudah waktunya bangun, akan saya bangunkan kamu." Kata Leon sambil tersenyum tipis.

Blusshh . .

Asap imajiner keluar dari kepala Kian. Wajahnya sudah memerah menahan malu. Kian langsung menggeleng dan menatap Leon. "Nda mau. Mau temenin Kakak aja." Kata Kian sambil menunjukkan gummy smile nya.

Leon yang melihat hanya mengangguk dan kembali fokus pada kemudi. "Baiklah terserahmu saja." Ucapnya.

Keadaan kembali hening. Leon melirik sedikit pada Kian yang sudah tertidur lelap di kursi sebelah dengan selimut yang sedikit melorot.

Dengan perlahan, Leon membenarkan posisi tidur Kian agar lebih nyaman, tak lupa dengan selimut yang menghangatkannya.

"Mimpi indah."

───────────────────────────────

Pagi hari telah tiba, El yang sudah rapi dengan seragamnya langsung berjalan menuju ruang kemudi. Saat masuk, dapat ia lihat Leon yang masih mengemudi dan seseorang yang tidur di sebelahnya.

"Masih pagi lho ini. Udah di gas aja ni, Kak." Kata El menggoda Leon.

Leon hanya menatap tajam pada El dan berdiri dari kursinya. "Dua hari ini giliran kamu. Saya mau tidur. Jangan melakukan kesalahan apapun karena itu akan berakibat fatal. Mengerti?" Kata Leon.

S P I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang