CHAPTER 18

1 1 0
                                    

Zoya yang melihat Leon menyuapi Kian hanya berdecih. "Halah, lebay banget gitu doang. Bilang aja mau caper sama Kak Leon." Kata Zoya.

Mendengar itu, Arsen menatap geram pada Zoya. "Lo gak tau apa-apa mending diem aja ya bangsat." Geramnya. Ia menunjuk tepat pada wajah Zoya. "Inget, lo yang dari kemarin caper sama Kak Leon, goblok. Bukan Kian."

Merasa itu akan terus berlanjut, El pun melerai mereka. "Sudah, sudah, jangan bertengkar, ya. Zoya, kamu diam dan habiskan makananmu. Arsen, Kian, kalian juga habiskan makanan kalian, ya." Kata El dengan lembut.

Kian menatap Leon yang masih memegang piringnya. "Kak, sini biar aku makan sendiri aja." Kata Kian.

"Sst sudah kamu diam." Kata Leon keukeuh ingin menyuapi Kian.

Zoya yang melihatnya menatap tak suka.

───────────────────────────────

Di tempat istirahat, Jovan baru saja sadar dari tidurnya. Ia melirik kesana kemari untuk mencerna dimana ia sekarang.

"Zac.. Kak Kian.." gumamnya.

Zac yang memiliki pendengaran tajam, menggerakkan telinganya, diikuti hewan yang lain.

Segera Zac berlari masuk ke markas menuju ruang istirahat. Ia masuk dan melompat ke atas tubuh Jovan, menjilati wajah Jovan dengan senang.

Jovan hanya tersenyum kecil. "Zac, Kak Kian.." Lirih Jovan.

Zac langsung turun dan berlari keluar menghampiri Kian yang masih makan.

"Eh? Zac, kenapa?" Tanya Kian kala hoodienya digigit oleh Zac. Merasa Zac meminta ia mengikutinya, Kian pun berjalan masuk ke markas bersama Zac di depannya.

"Lho? Jovan!" Kian langsung berlari masuk ruang istirahat dan memeluk Jovan yang sudah sadar.

"Hiks akhirnya kamu bangun la." Kata Kian sambil menangis.

"Ish lepas dulu la, sakit tangan aku ni njic." Kata Jovan sambil mencoba melepas pelukan Kian.

"Ha biarlah, ku kangen suara kau yang gak sopan sama aku." Kata Kian sambil mengeratkan pelukannya.

"Njic lepas dulu la, ini sakit. Kau mau aku makin sakit kah." Kata Jovan kesal. "Ha, kau abis mam daging, ya? Mana mana bagi aku."

Kian sedikit melonggarkan pelukannya dan menatap Jovan. "Kau ni baru sadar gak kangen aku? Malah nanyain daging." Kata Kian kesal.

Jovan mencubit pipi Kian. "Umumuu cayang aku. Dahlah mana dagingnya? Aku mau mam lah. Tak liat badanku yang kurus macam lidi ni?" Kata Jovan sambil merentangkan tangannya.

Kian menggelengkan kepalanya. "Kau ni baru sadar la. Jangan mam daging, mam bubur je." Kata Kian.

Jovan mem-pout kan bibirnya. "Ish aku ni maunya daging la. Bubur gak enak njic." Gerutu Jovan. Ia mencoba mendudukan dirinya di kasur.

"Halah, kau ku peluk pun masih aduh aduh." Kata Kian sambil mendelik pada Jovan. "Cepat sembuh lah, biar bisa pergi selesaiin misi lagi." Kian pun mendorong bahu Jovan agar kembali terbaring.

Jovan tak terima dan mendorong bahu Kian. "Itu karena kau tekan lukaku lah." Jovan mengusap lengan atasnya yang diberi perban. "Macam mana aku gak aduh aduh." Geramnya.

Kian menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap remeh pada Jovan. "Kata kuat, tapi dipeluk masih aja aduh aduh." Ejeknya sambil menyeringai.

"Kau tekan lukalu njic! Kau tak dengar kah!?" Marah Jovan sambil menatap tajam pada Kian. "Ku belikan kau korekan kuping atau kau mau aku lepas kuping kau hah!?"

S P I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang