CHAPTER 11

10 1 2
                                    

───────────────────────────────

Kian dan Arsen langsung masuk ke ruang istirahat dan menghampiri El. "Kak! Kakak udah gapapa 'kan?" Tanya Arsen setelah sampai di kasur El.

"Aku gapapa. Kalian jangan terlalu berisik, nanti Jovan bangun." Kata El sambil mengarahkan telunjuk di depan bibirnya.

"Huh, tapi kok bisa kejadian gitu, Kak?" Tanya Kian.

El hanya menggeleng. "Disini tidak ada yang menjaga. Jadi rawan untuk dimsuki oleh orang lain." Kata El.

Srrkk..

Pintu terbuka dan Leon berdiri di luar sana. "El, ada yang harua kita bicarakan." Katanya.

El mengangguk dan turun dari kasurnya. "Kalian jaga Jovan dulu, ya." El pun menghampiri Leon dan keduanya pergi entah kemana.

Keduanya langsung berjalan ke arah kasur yang Jovan tempati. Kian menatap kembarannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku harus lindungi Jovan. Jangan sampai dia kena lagi." Katanya sambil menyeka air mata.

Arsen menatap Kian. "Kau bisa apa? Kita ini belum sekuat Kak Leon buat lindungi orang." Ucapnya membuat Kian marah dan langsung menunjuk padanya.

"Ini juga salahmu yang asal nge'iya'in Kak Leon sama Kak El. Udah tau kita gak sekuat itu, sok-sokan nyanggupin. Tch." Kata Kian dengan marah.

Merasa terganggu dengan suara di dekatnya, Jovan akhirnya terbangun. "Umm ada apa ni?" Gumamnya sambil ngulet.

Kian yang menyadari kembarannya terbangun langsung menatapnya. "Ngga apa kok. Kamu bobo lagi aja." Kata Kian.

Arsen mendengus kesal. "Itu karena kita punya potensi, kita punya power yang gak semua orang punya. Lagian Kak Leon sama Kak El bakal latih kita." Kata Arsen.

Kian mendelik tajam. "Tapi liat sendiri, 'kan? Belum apa-apa Jovan udah hampir ninggalin kita. Ini baru awal, lho. Gak tau nanti kedepannya gimana." Kata Kian sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Kan kita gak tau bak-"

"Hei, udah, sekarang 'kan udah mendingan ini. Untuk sementara kalian jangan keluar dari sini dulu, ya." Kata El yang baru saja datang.

Kian dan Arsen langsung menunduk. "Maaf, Kak." Ucap keduanya.

Arsen melirik pada Kian. "Kita ngobrol diluar aja. Takut gangguk Kak El sama Jovan." Ajak Arsen.

"Kurang jelas apa yang diucapkan oleh El tadi?" Kata Leon dengan mata menatap tajam.

"Kalau disini takut ganggu, Kak. Mending diluar, soalnya aku sama Arsen berisik." Setelah berucap itu, Kian langsung menarik tangan Arsen untuk keluar.

Srrk...

Sebelum sempat keluar, pintu itu audah ditutup secara otomatis oleh Leon. "Jangan membantah." Ucapnya marah.

El menghampiri mereka dan menepuk pundak Leon. "Kak, udah gakpapa. Asalkan mereka masih didalam gedung bakal aman kok. Lagian mereka juga perlu udara segar." Kata El mencoba menenangkan Leon.

"Kamu mau hal serupa seperti Jovan terjadi pada mereka?" Tanya Leon.

"Kak-"

Leon menatap lekat pada El. Ia lalu menghela nafas dan keluar dari ruang istirahat. El menggelengkan kepalanya melihat tingkah sepupunya itu.

"Jangan terlalu dipikirkan, ya. Aku akan susul ai tukang marah itu." El pun langsung menyusul Leon.

Jovan yang masih terjaga langsung mendudukan dirinya di kasur. "Uda gapapa, Kak. Aku udah baikan gini. Lagian aku gak mungkin mati cuma karena pukulanmu lah. Pukulanmu kacang lah." Kata Jovan sambil menyentil jarinya.

S P I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang