CHAPTER 15

5 1 0
                                    

───────────────────────────────

Merasa sesuatu melewatinya, naga itu menoleh dan menatap kian yang berlari bersama spike. "Disini, naga jelek! Coba sembur aku kalau bisa!" Kata Kian sambil berlari di sekitar naga itu. Suna terbang mengikuti naga itu untuk mencari informasi tambahan.

Disisi lain Jovan dan Zac kini berhadapan dengan si kanibal itu. Jovan yang sudah kehilangan kesabarannya, menghujani si kanibal dengan pukulan yang tidak terkendali begitu juga dengan zac yang ikut meyerang sampai membuat si kanibal itu pingsan tak berdaya. Arsen segera menghampiri Jovan untuk memberitahukan rencana B

"Jo, kayanya orang ini ga bakal mati sebelum naga itu mati. Ayo buruan susulin Kian" Kata Arsen sambil menarik tangan Jovan

"Bentar, Kau liat yang dikepala naga itu? kayanya itu batu yang sama kaya yang kita cari. aku ambil ini dulu. Mungkin bisa buat ngehancurin benda itu" Timpal Jovan sembari mematahkan es runcing yang ada di langit langit gua dan membawanya pergi menyusul Kian diikuti dengan Arsen dibelakangnya.

Setelah sampai ke tempat dimana Kian berada, Arsen dan Jovan segera menjalankan rencana mereka. Disaat Suna mengangkat Jovan untuk menuju ke kepala naga, tiba tiba naga itu menjauh dan pergi menuju gua dimana si kanibal itu sudah berdiri dimulut gua dalam keadaan sehat. Suna menurunkan Jovan kembali ke tempat Kian dan Arsen.

"Dasar bocah bau bawang. Kalian pikir aku selemah itu sampai akan mati hanya dengan pukulanmu? hahahaha" Katanya sembari menaiki kepala naga itu dan melesat mendekati Kian dan yang lainnya.

"Sekarang apa?!" Tanya Kian panik karena naga itu mendekati mereka.

"Jo, lempar aku ke tempat si kanibal itu. Biar aku urus dia. Kamu fokus ke batu naga itu aja. Suna kamu siap?" Tegas Arsen sembari menatap Jovan dan Suna bergantian yang direspon dengan anggukan mereka berdua. Jovan Menggunakan powernya untuk melempar Arsen dan benar saja, Arsen mendarat tepat menabrak si kanibal itu sampai membuat mereka berdua jatuh. Suna dengan sigap membawa Jovan menuju ke kepala naga itu dan segera menangkap Arsen sebelum ia menyentuh salju. Spike langsung memperbesar ukuran tubuhnya dan menghampiri si kanibal itu. Dengan perbandingan ukuran yang sangat besar, si kanibal itu hanya bisa diam dibawah kaki depan spike. Disisi lain, Jovan berhasil menancapkan es yang runcing itu tepat di batu milik naga itu dan menghancurkannya. Sebelum melebur naga itu sempat menghempaskan spike sejauh mungkin sampai membuatnya pingsan terbentur tebing es. Naga itu pun berubah menjadi debu dan menghilang bersamaan dengan si kanibal. Salju diplanet itupun seketika mencair diganti dengan pohon dan rerumputan yang kembali tumbuh dalam sekejap bagaikan sihir. benar benar kutukan yang mengerikan!

"SPIKEEEEE!!" Teriak Kian sembari berlari secepat mungkin menghampiri spike yang terbaring tak berdaya. Tangisan Kian pun pecah saat itu juga. Sambil menangis, ia terus menerus meneriakan nama spike berharap spike segera sadar namun itu semua tidak ada gunanya.

"JO CEPET BAWA PESAWAT KESINI TERUS SAMBUNGIN KOMUNIKASI KE KAK EL. GIMANA CARA BANGUNIN SPIKE!!!" Timpal Kian yang merasakan kehadiran 4 temannya itu.

"Njinc kau gila?! pesawatnya jauh!"

"AKU GA PEDULI. AKU CUMA MAU SPIKE BANGUN!"

"Ok"

Tanpa basa basi lagi, Jovan segera naik ke punggung Zac yang sudah merubah ukurannya menjadi lebih besar. Zac berlari secepat yang ia bisa menuju ke pesawat mereka. Beberapa jam kemudian, terlihat pesawat dengan logo Super Spy terbang menghampiri Kian dan yang lainnya. Pesawat itu mendarat dengan mulus di dekat mereka.

Arsen segera membantu Kian membawa Spike masuk kedalam pesawat. Jovan masih sibuk menghubungan komunikasi monitor mereka dengan markas. Tak butuh waktu lama terlihat El dan Leon dibalik layar itu.

"Kak, cara bangunin spike gimana? tadi dia kelempar sampe kebentur tebing es keras banget." Kata Arsen sambil menatap sedih ke arah Kian dan Spike. El dan Leon ikut menatap Kian yang dari tadi menangis sejadi jadinya sembari memeluk spike ikut iba. Leon dan el berpikir sebentar karena mereka sendiri belum pernah menghadapi keadaan seperti ini.

"Kalian sudah menemukan lokasi dimana batu crystal itu berada? Segera ambil batu itu dan pasangkan dengan hewan kalian masing masing. Berdoa lah semoga dengan cara ini Spike bisa selamat. Sebaiknya kalian segera menyelesaikan ini karena jika terlambat sedikit mungkin spike tidak akan bisa diselamatkan" Ucap Leon dengan tatapan yakin bahwa anak didiknya akan berhasil menyelesaikan misi pertama sekaligus menyelamatkan Spike.

"Semangat kalian. Jangan jauh jauh dari pesawat ya. biar kita bisa mantau kalian dari sini" Timpal El ikut menatap iba ke arah Spike dan Kian.

Arsen segera menerbangkan pesawat mereka menuju tempat yang ia yakini dimana batu itu berada. Setelah pesawat mereka sudah benar benar mendarat semuanya keluar tak terkecuali Kian yang ikut keluar sembari menyeret spike yang masih dalam ukuran saat terakhir kali ia sadar. Suna mengubah ukurannya menjadi besar dan membawa Spike dengan cengkramannya menuju beberapa batu untuk mencocokannya dengan Spike. Disaat mereka sudah masuk ke goa cukup dalam, mereka melihat cahaya berwarna merah menyala dan bersamaan dengan telinga spike yang sedikit bergerak.

"Spike!!" Ucap Kian langsung menghampiri Spike setelah melihat telinga Spike yang bergerak. "Kak Arsen, Jo, kayanya batu itu cocok sama Spike." Sambungnya lalu mengambil batu itu dan mendekatkannya kepada Spike. Batu itu menyala semakin terang saat semakin dekat dengan Spike dan setelah ditempelkan ke kepala Spike, batu itu segera menghilang dan membuat kepala spike muncul simbol bulan sabit berwarna merah. Spike seketika berubah menjadi baby wolf dan jatuh ketanah. Kian segera menggendong spike dan memeluknya erat. Tangisan haru pun pecah didalam goa. Kini ia hanya berharap agar Spike cepat sadar dan menemaninya lagi. Yang benar saja ini baru misi pertama tapi spike hampir saja direnggut oleh maut!

.....

Kini Kian dan Spike berada dipesawat. Sebenarnya Arsen menyuruh Kian beristirahat tapi Kian sendiri tidak bisa istirahat dengan tenang sebelum bisa memastikan bahwa Spike baik baik saja. Selang beberapa lama kemudian terdengar suara pintu pesawat terbuka. Nampak Jovan dan Arsen beserta Zac dan Suna yang memiliki tanda masing masing di kepala mereka. Zac dengan bulan purnama berwarna putih yang menyatu dengan bulu hitamnya, serta Suna dengan petir berwarna hitam yang kontras dengan warna bulunya.

"Kau ni disuruh istirahat ngeyel banget" Protes Jovan yang melihat kembarannya masih menatap kosong ke arah Spike kecil yang terbaring.

"Udah udah. Ayo pulang biar Spike bisa diobati sama kak El" Ucap Arsen guna mencegah perdebatan sikembar itu.

Arsen menuju ruang kemudi untuk menghubungi El dan Leon lewat monitor yang biasa mereka gunakan.

"Gimana dek? kalian udah nemuin batu yang cocok kan?" Terdengar suara El yang sangat antusias dari sebrang sana. Arsen hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Baguslah. Sekarang cepatlah kembali. Saya ingin melihat keadaan Spike." Pinta Leon yang baru tiba di ruangan kontrol markas Super Spy.

"Mau aku bukain teleport nya? biar kalian bisa cepet sampe sini. Aku juga penasaran gimana keadaan spike" Ucap El menawari bantuannya kepada anak didiknya. Lagi lagi Arsen hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda setuju.

Elenio langsung berlari menuju tempat terparkirnya beberapa pesawat dan membuka teleport antar planet. Disisi lain Arsen sudah bersiap untuk melewati teleportasi itu. Tak butuh waktu lama, Mereka sampai di Parkiran pesawat pribadi di markas utama Super Spy. Setibanya di markas, mereka langsung disambut dengan kedua pembimbing mereka yaitu El dan Leon. Arsen dan yang lainnya segera keluar dari pesawat dengan wajah bangga karena berhasil menjalankan misi. Kecuali Kian. Ia dengan muka datarnya menatap keluar sambil menggendong Spike kecil berjalan keluar pesawat.

───────────────────────────────
TBC,
thx buat yang uda baca. anw aku up tiap weekend ya, tapi belum tentu seminggu sekali aku up nya.
stay safe semua. thx <3

S P I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang