Pov Rezanta
Dua bulan yang lalu."Mama bilang apa, gak usah pake baby sitter segala. Kacau kan jadinya." Gak ada hujan, gak ada petir, tahu-tahu kepulanganku disambut gelegar suara Renata. Ia langsung menarik tanganku ke kamarku di lantai atas, saat aku baru mengucapkan salam di ambang pintu kamar bayi, sepulang kerja di sore itu. Tak lupa menitipkan ketiga bayi kembarku pada Nenek Dinda.
"Ada apaan sih, Ma?" Kulonggarkan dasi yang menggantung di leherku. Lalu kutatap wajah istriku yang tegang berselimut amarah. "Datang-datang disambut omelan. Mbok ya, disayang-sayang gitu lho. Papa kan kangen."
"Paaaa!!!" Suara Renata naik satu oktaf. "Ini bukan lagi bercanda."
"Oke, oke, ada apa, sayang?"
"Nih!" Renata mengulurkan sebuah ponsel padaku. Entah ponsel milik siapa. Yang jelas bukan ponsel istriku. Aku hapal banget ponsel istriku bukan seperti ini model dan merk-nya.
"HP siapa ini?" Kuterima ponsel itu meskipun aku masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.
"Ponsel Mira, si pelakor," jawab Renata ketus.
"Mira? Pelakor?" Aku mengerutkan kening. Ada apa dengan Mira, si baby sitter baru anakku itu? "Ada apa sih, Ma? Papa jadi tambah bingung."
"Buka dulu HP si pelakor itu."
Meskipun bingungku semakin bertambah, kuikuti permintaan istri kesayanganku ini. Kutekan tombol pinggir kanan atas ponsel itu. Benda segi empat yang tadinya berlayar gelap berubah terang bergambar. Bukan pendaran sinar layar ponsel itu yang membuatku terkejut, tapi foto close up-ku yang menjadi wallpaper ponsel itu. Kok bisa....
"Kaget kan?" Renata menjabarkan keterkejutanku dengan lisannya. "Itu belum seberapa. Buka lagi kolom galeri foto."
Kuturuti kembali permintaan istriku itu. Kugulir layar ponsel itu. Dan aku semakin dibuat terkejut oleh banyaknya jumlah fotoku di galeri ponsel itu. Beberapa aku hapal, karena foto itu pernah kuunggah di IG-ku. Tapi selebihnya banyak yang baru kulihat. Terlihat seperti foto candid. Entah kapan foto ini diam-diam dibidik. Yang jelas aku tak pernah merasa difoto seperti itu.
"Tambah kaget kan?"
Aku mengangguk dalam diam. Speechless, begitu yang kurasakan. Bisa kutebak ini adalah akar muasal ketidaknyamanan itu.
"Jangan belaga pilon deh!" cebik Renata sinis. "Pasti ketebak kan kalo baby sitter kurang ajar itu fans gila Papa. Dia gak niat kerja. Dia jahat. Dia pengen rebut Papa dari Mama."
"Hush, gak boleh suudzon! Gak baik." Aku mencoba menenangkan istriku.
"Suudzon dari Hongkong?!" Suara Renata malah tambah tinggi. Tampak dia tersenyum miring, sinis. "Ini fakta, bukan suudzon."
"Ma...."
"Sekarang buka WhatApp-nya. Klik chatingan pelakor itu sama temennya yang bernama Leni."
Kembali aku menuruti ucapan istriku. Kubuka room chating aplikasi berbagi pesan berwarna hijau. Dan keterkejutanku semakin menjadi-jadi setelah membaca pesan online Mira dengan temannya itu.
"Astagfirullahal adzim." Aku mengelus dada setelah selesai membaca semua pesan Mira dengan temannya itu. Bagaimana tidak, dalam obrolan itu blak-blakan Mira mengatakan bahwa dia sangat tergila-gila padaku. Bahkan dia pun bertekad menggeser posisi Renata sebagai istriku. Jika pun tak bisa, ia rela jadi istri kedua, bahkan jadi simpananku pun tak masalah. Gila!
"Gimana, masih berpikir aku suudzon?" Renata melipat dua tangan di dada dengan tatapan tajam ke arahku. Wajahnya merah padam. Aku jadi mengerti kenapa istriku bisa semarah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desirable Love ( End )
ChickLitHanya karena beberapa kali didatangi malaikat maut di mimpinya, Rezanta Pramudya mendadak ingin menikah. Dia pun melelang dirinya di hadapan teman-teman sekelasnya. "Hahaha... sebeken apapun lo di luar kelas kita, gak bakalan lo dilirik cewek-c...