Ada yang nunggu cerita ini gak ya? Hahaha, ngarep dot com ya. Maklumlah, sampe di ujung cerita aja masih sepi vote apalagi komentar.
Emang musti banyak belajar lagi bikin cerita yang menarik kali ya.
So, terima kasih yang sudah mampir menemui Rere: Rezanta Renata, apalagi yang suka nunggu setiap kelanjutannya. Juga untuk bintang dan komentarnya yang walaupun secuil tapi sangat berarti lho. Big thanks.
Happy reading.
Jangan lupa bahagiaTiinnnn....tiinnnn...tiiinnn,
Reza membunyikan klakson beberapa kali, tapi pintu pagar rumah orang tuanya tak kunjung terbuka. Ia pun turun dari mobil, membuka sendiri pintu pagar yang tak dikunci dan memasukan Lexus-nya ke carport."Pak Gito kemana, Pa?" Setelah turun dari mobil, Renata menanyakan keberadaan satpam rumah mertuanya yang biasanya setia berjaga di pos depan rumah. Heran juga melihat tak ada satu pun lampu yang nyala di halaman, teras dan rumah. "Gelap-gelapan begini. Mati lampu gitu?"
"Tau tuh." Reza mengangkat bahu. "Sepi banget lagi. Pada ke mana, ya?"
"Coba telepon, Pa."
Reza mengambil ponsel di saku celananya. Menghubungi beberapa kontak tapi tak ada satu pun yang mengangkat panggilannya.
"Gak ada yang ngangkat."
"Terus kita gimana? Nunggu aja gitu? Gak bawa kunci rumah kan?" Renata sedikit panik. Teringat dengan ketiga buah hatinya. "Anak-anak kita gimana?"
"Tunggu." Reza berjalan menuju satu guci dekat air mancur taman. Mengambil kunci cadangan yang memang sengaja diletakan di sana untuk jaga-jaga jika terjadi kejadian seperti ini. Hanya keluarga inti yang tahu kunci itu tersimpan di sana.
"Ya Allah, gelap banget." Renata mengikuti langkah Reza yang membuka pintu rumah. Kemudian ia masuk duluan karena sangat cemas dan ingin segera bertemu dengan ketiga anaknya.
"SUPRISEEEE...!!!!!!"
Tiba-tiba beberapa orang bersorak kompak meneriakan kalimat kejutan itu. Langkah Renata yang baru melewati ruang tamu langsung terhenti. Terkejut? Tentu saja.
Lampu langsung menyala. Matanya pun langsung mengerjap, menyesuaikan diri dari kondisi gelap ke terang. Terompet berbunyi nyaring. Semburan potongan kertas kecil dari alat mirip senapan terlontar ke udara. Belum lagi suara tepukan tangan. Lengkap sudah keterkejutan Renata. Beda dengan Reza yang senyum-senyum saja di sebelahnya.
"Happy first anniversary, sayang." Mama Dinda maju memegang piring berisi kue dengan lilin angka satu di atasnya. Di sebelahnya, Ibu Farida mendampingi.
Renata masih mematung di tempat. Seketika matanya menggenang. Tanpa sadar satu persatu air mata menetes. Walaupun mulutnya belum mengucapkan kata 'terima kasih', tapi hatinya sudah mengatakan itu terlebih dahulu.
"Ayo, tiup lilin dulu, sayang." pinta Mama Dinda. Renata mengangguk. Berjalan selangkah ke depan tanpa berkata-kata sedikit pun. Entahlah, lidahnya mendadak kelu. "Ayo, suami, suami... maju juga dong! Kalian tiup lilin bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desirable Love ( End )
ChickLitHanya karena beberapa kali didatangi malaikat maut di mimpinya, Rezanta Pramudya mendadak ingin menikah. Dia pun melelang dirinya di hadapan teman-teman sekelasnya. "Hahaha... sebeken apapun lo di luar kelas kita, gak bakalan lo dilirik cewek-c...