Pak Himawan dan Ibu Dinda, kedua orang tua Reza, benar-benar mewujudkan silaturahminya ke rumah keluarga Renata hari sabtu siang itu, selepas dzuhur. Keluarga berada itu tak pernah menampakan sisi borjuis-nya di hadapan keluarga Renata yang sederhana. Bukan hanya sebagai wujud tenggang rasa kepada keluarga calon besannya, tapi me himang begitulah adanya mereka. Mereka humble, rendah hati, tenggang rasa, dan baik hati. Jauh dari kata pamer dan sombong.
Namun demikian, dalam beberapa keadaan, mereka akan tampil berkelas, elegan dan mewah, misalnya saat menghadiri acara pertemuan pengusaha, jamuan atau pesta sejenisnya. Bukan agar terlihat menonjol, tapi begitulah aturan tak tertulis tentang tata cara bersikap dan berpenampilan di moment tersebut. Anggaplah sebagai wujud apresiasi, pengertian dan penghargaan pada si empunya acara. Tak bisa dipungkiri, banyak orang menilai kita dari penampilan. Apa yang kita kenakan. Baru selanjutnya apa yang kita katakan.
"Ayo, silakan Bapak, Ibu, Reza, dicicipi makanannya." Ayah mempersilakan tamunya dengan suara hangat dan ramah. Di meja tamu ada rangginang, kue ali, ulen, bala-bala, combro, pisang goreng dan kue bugis. Semua makanan tradisional yang sebagian dibuat sendiri oleh Ibu, sebagian lagi di beli di pasar kue. "Maaf, hanya ada makanan sederhana. Makanan kampung."
"Wah, banyak sekali makanannya. Ini semua kesukaan saya, Pak, Bu." Dengan mata berbinar, Bu Dinda, mamanya Reza, memandang aneka makanan di meja tamu. Tanpa malu-malu beliau mengambil kue ali. "Saya langsung makan, ya, Pak, Bu. Bismillahirohmanirohim." lanjutnya tanpa ragu mengunyah. Terlihat menikmati sekali.
"Istri saya bisa kalap kalau disuguhi makanan seperti ini, Pak," tambah Pak Himawan, Papanya Reza, diiringi tawa kecil. "Bisa-bisa habis semuanya."
"Oh, iya, silakan, silakan." Ibu Farida, ibunya Renata, semakin mempersilakan. Hatinya suka cita jika suguhannya sesuai selera tamunya. "Saya malah senang sekali jika makanan ini habis. Ayo, silakan, silakan, Pak, Nak Reza."
Tanpa sungkan Reza sekeluarga menikmati hidangan itu dengan nikmat dan lahap. Melihat itu, Ayah dan Ibu bahagia. Jujur saja, Ibu dan Ayah sempat bingung mau menyuguhkan makanan apa. Takutnya lidah orang kaya tak cocok dengan lidah sederhana mereka. Untunglah kekhawatiran itu tak terjadi. Mereka benar-benar humble, supel dan membumi, sehingga suasana tidak kaku. Seperti bukan pertemuan pertama saja. Seperti pertemuan dua keluarga yang telah lama saling kenal, saking akrabnya.
"Ya Alloh, Ibu....saya benar-benar dimanjakan di sini. Nikmat sekali. Terima kasih banyak." ucap Bu Dinda setelah makan bersama. "Lihat, perut saya sampai begah."
Benar, Pak Himawan, Bu Dinda dan Reza makan lahap sekali. Malah, beberapa kali tambah. Ibu memasak nasi liwet, ikan asin sepat, tumis kangkung, tahu tempe goreng, lele goreng dan ayam goreng serundeng. Ada juga mentimun, salada dan terong bulat sebagai lalapan mentah. Tak ketinggalan sambal goang yang cukup pedas.
Kami makan lesehan, di atas karpet motif abstrak yang digelar di samping kursi tamu. Ruangan yang cukup sempit, sehingga Mareta dan Shelomita memilih tak makan bareng. Dua remaja abegeh itu memilih masuk ke kamar. Malu katanya.
"Iya, Ma... Lihat perut Papa juga sampai tambah buncit." tambah Pak Himawan menepuk-nepuk perutnya, disambut gelak tawa akrab kedua keluarga. "Masakan Ibu enak sekali. Katampi pisan. Hatur nuhun. Jazakallahu khairan katsiran."
(arti bahasa Sunda: Keterima banget ini. Terima kasih)
(Arti bahasa arab:Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan yang banyak)Di hari berikutnya, mereka diundang untuk bertandang ke kediaman orang tua Reza. Dan seperti Renata di awal berkunjung, kemegahan dan kemewahan rumah orang tua Reza membuat mereka terkejut sekaligus takjub. Terlebih Mareta. Si bungsu itu tak dapat menyembunyikan kekagumannya saat pertama kali turun dari Range Rover yang menjemput mereka. Padahal baru sampai halaman rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desirable Love ( End )
Literatura FemininaHanya karena beberapa kali didatangi malaikat maut di mimpinya, Rezanta Pramudya mendadak ingin menikah. Dia pun melelang dirinya di hadapan teman-teman sekelasnya. "Hahaha... sebeken apapun lo di luar kelas kita, gak bakalan lo dilirik cewek-c...