32. AKAD

1K 109 3
                                    

      Renata menatap duplikat dirinya pada cermin besar di hadapannya. Menatap dengan seksama, seakan tak percaya bahwa bayangan dirinyalah yang ada di balik cermin itu. Terlihat berbeda, cantik dan bikin pangling. Wajarlah jika ia sempat tak mengenali dirinya sendiri.

      Seorang wanita cantik memakai riasan pengantin Sunda tampak anggun dalam cermin tersebut. Kebaya brukat warna putih tulang yang bertabur kristal swarovski berkilau indah membalut tubuhnya, dipadu kain batik tulis khas Sunda sebagai bawahannya. Kebaya ini dipesan langsung oleh Bu Dinda pada desainer terkenal negeri ini, Annissa Aprianti. Sangat elegan dan mewah. Belum lagi balutan hijab dan aksesoris mahkota pengantin Sunda bernama siger. Untaian buka melati pun menjuntai cantik sampai dada. Sempurna.

    "Teteh cantik banget." Entah untuk keberapa kalinya Shelomita mengucapkan kalimat ini. Matanya berbinar bahagia, tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada sang kakak sulungnya.

     "Kamu ini." Renata mencubit pelan dagu adiknya dengan gemas. "Kamu juga nanti akan seperti ini, Shel."

    "Masih lama keles, Teh." Shelomita tertawa kecil.

     Renata ikut tersenyum. Sejak tadi, Shelomita sangat terkagum-kagum dengan riasan pengantinnya. Ia meminta izin untuk menemaninya di ruang rias. Ingin melihat proses merias sang pengantin wanita.

     Dari awal dirias, Shelomita memperhatikan cara penata rias me-make over wajahnya. Jenis-jenis make up dan alat-alat rias yang digunakan pun tak luput dari perhatiannya. Terlihat sekali sangat tertarik dan kagum pada keahlian pelukis wajah ini. Untunglah sang penata rias sangat baik. Ia tak terganggu atau keberatan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adiknya itu. Malah menjawabnya dengan ramah, di sela-sela kesibukannya mendadaninya.

    'Keren ya jadi MUA." Demikian kata Shelomita tadi. "Kayaknya aku tertarik jadi MUA deh."

      Renata tersenyum saja menanggapi hal itu. Minat dan cita-cita adiknya itu masih labil, sering berubah-ubah. Biasanaya pas masa akhir SMA akan menemukan cita-cita yang pasti. Persis seperti dirinya dulu. Tapi tentu saja menikah muda tak pernah terbersit dalam cita-citanya.

      Tapi takdir kan siapa yang tahu. Semua datang begitu saja, membuatnya mendadak siap dan bahagia untuk segera dihalalkan seorang lelaki tampan dan mapan bernama Rezanta Pramudya.

                       ******

    "Aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anakku Renata Handari Putri binti Gumelar Hasan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 100 gram dibayar tunai."

    "Saya terima nikah dan kawinnya Renata Handari Putri binti Gumelar Hasan dengan mas kawin seperti tersebut dibayar tunai."

      Dalam satu tarikan nafas, Rezanta Pramudya mengucapkan ijal kabul di hadapan penghulu, wali dan para saksi. Wajah tampannya terlihat tegang. Tangan kanannya masih menjabat erat tangan Pak Gumelar, ayah sekaligus wali nikah perempuan yang sangat dicintainya, Renata.

    "Bagaimana saksi, Sah?"

    "SAH."

    "SAH."

    "SAH."

      Beberapa suara yang kompak menyebut satu kata sakti 'SAH' menggema memenuhi ruangan.

    "Alhamdulillahirobbil 'aalamiin."

    "Barokallah...."

       Semua hadirin mengucap syukur, mengucap hamdalah. Sebait doa pun dirapalkan penghulu, menyempurnakan tugasnya sebagai kepanjangan tangan Sang Khalik untuk menghalalkan sepasang makhluk-Nya yang hendak menyempurnakan separuh agamanya.

Desirable Love ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang