Selamat Tahun Baru 2021
Tetap sehat, hepi dan berkah selalu
Terima kasih masih setia dengan
Rere: Rezanta Renata
Happy reading
💗💚💗Seorang pemuda di usia peralihan dari remaja menuju dewasa tampak beberapa kali menahan kesal. Wajahnya memandang lurus ke depan. Hujan turun dengan derasnya di siang menjelang sore ini. Padahal saat tadi ke luar rumah, cuaca sangat cerah. Benar-benar tidak dapat diprediksi cuaca saat ini.
Untunglah dia sedang membawa Range Rover milik Papanya sehingga aman dari guyuran curah hujan. Gak salah memang menuruti perkataan ibunda tersayang.
"Jangan pake motor," larang Mama tadi saat Rezanta akan mengeluarkan Ninja Kawasaki-nya. "Entar hujan. Bawa mobil Papa aja."
Rezanta mengetuk-ngetukkan jarinya di atas kemudi. Meski aman dari basahnya hujan, ia tetap tak dapat menyembunyikan rasa kesalnya. Irama lagu yang disetelnya tak otomatis membuatnya tenang menghadapi hujan karena ternyata efek hujan berimbas pada kemacetan yang mengular. Sebenarnya penyebab kemacetan bukan hanya karena tiap kendaraan sengaja melambatkan lajunya untuk meminimalisir kecelakaan, tapi juga karena beberapa angkot berhenti sembarangan saat menaikan dan menurunkan penumpang.
"Shit!" Rezanta mengumpat saat sebuah sepeda motor tiba-tiba menyalip di depan mobilnya. Mendadak dia pun mengerem supaya tidak menabrak motor matic yang dikendarai driver ojek online dengan penumpang wanita di belakangnya. "Kira-kira kalo mo nyalip, woy! Nyawa lo sepuluh, hah?!"
Rezanta menghembuskan nafas panjang. Terjebak hujan memang selalu tak menyenangkan. Terasa banyak waktu yang terbuang sia-sia. Bukankah seharusnya sudah dari tadi dia sampai di rumah, menikmati hangatnya bakso Mang Asep bersama Mama tersayang?!
"Sial!" Rezanta memukul pelan setir di depannya.
Begitulah, beberapa orang tak menyukai hujan, tak sabar, berkeluh kesah dan mengomel. Tidakkah mereka tahu, hujan itu berkah yang diturunkan Sang Kuasa untuk alam semesta beserta isinya?
Bayangkanlah jika hujan tak pernah turun, tentu sudah dari zaman kapan tak ada kehidupan di alam semesta ini. Tak akan ada tanah subur yang akan menumbuhkan dan menyuburkan aneka tanaman sebagai sumber makanan makhluk hidup di dalamnya. Tak akan ada bakso, pizza, burger, rendang, pindang, siomay, batagor, mendoan, dodol dan aneka makanan lainnya. Tak ada hujan maka tak akan ada bahan-bahan dasar pembuatan makanan-makanan enak itu.
Beberapa puluh meter dari tempat Rezanta berkeluh kesah dengan hujan dan kemacetannya, seorang gadis cukup tenang menikmati hujan di sebuah halte. Sesekali tangannya terulur ke depan, menikmati titik-titik air hujan yang menyentuh telapak tangannya. Basah, tentu saja. Bahkan sebagian baju dan celana jeans birunya pun basah terpecik oleh titik-titik air yang turun deras dari langit.
Gadis itu mengingat sekali kata-kata ibunya jika saat turunnya hujan adalah salah satu waktu mustazab doa, yaitu waktu baik terkabulnya doa.
"Hujan itu berkah, rahmat dari Alloh. Berdoalah karena itu lebih baik daripada berkeluh kesah, mengomel atau menggerutu." Dulu, saat masih kecil, Ibu sering mengulang-ulang kalimat tersebut setiap hujan turun dan mendapati anak-anaknya tak nyaman karena aktifitasnya terganggu oleh turunnya hujan. "Insya Allah, doa kalian diijabah. Aamiin."
Renata tersenyum mengingat itu. Pemahaman itu kini membekas di hatinya. Dalam hati dia berdoa supaya cepat mendapatkan kendaraan pulang. Tak lupa dipanjatkannya doa memohon kebaikan, kesehatan dan keberkahan dunia akhirat untuk Ayah, Ibu, kedua adiknya dan dirinya sendiri. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desirable Love ( End )
Literatura FemininaHanya karena beberapa kali didatangi malaikat maut di mimpinya, Rezanta Pramudya mendadak ingin menikah. Dia pun melelang dirinya di hadapan teman-teman sekelasnya. "Hahaha... sebeken apapun lo di luar kelas kita, gak bakalan lo dilirik cewek-c...