"Semua barang sudah sampai di pelabuhan, cepat kalian pick up, hati-hati jangan sampai terlihat mencurigakan."
Andin memutuskan telepon dengan salah satu anak buahnya setelah memberikan perintah.
Andin Putri Winata, anak tunggal dari Surya Winata. Surya adalah mafia terbesar di negaranya, seperti pada umumnya kehidupan seorang mafia pasti sangat berbahaya. Pesaing, penghianat, dan intelijen adalah musuhnya.
Surya telah mati ditangan Nicholas Armando, seorang pria yang ia anggap kepercayaan di dalam kelompoknya, yang ternyata adalah seorang penghianat. Nicho bersedia membunuh Surya karena di iming-imingi bayaran yang lebih besar daripada yang Surya berikan untuknya, oleh Rama Bimantara, pesaing bisnis Surya.
Kini, Andin yang menjadi penerusnya. Surya tidak pernah meminta, bahkan Surya menjauhkan Andin dari semua aktifitas bisnisnya, karena ini sangat berbahaya, kematian seperti di depan mata. Surya bahkan tidak membiarkan siapapun tau tentang Andin, ia melakukan segala cara untuk itu. Tapi Andin tidak membiarkan semua yang dibangun oleh Surya, bahkan sampai nyawanya melayang, hancur begitu saja. Andin bertekad akan melanjutkan semuanya, sebagai bakti kepada ayahnya. Dan satu lagi tekad kuat Andin, ia akan melenyapkan semua orang yang terlibat dengan kematian ayah dan ibunya. Ayah yang sangat ia cintai, sejak bayi sampai usianya 24 tahun saat ini ia hanya mengenal ayah. Ibunya, Sarah Winata, telah lebih dulu diracun oleh Rama ketika hamil Andin. Itu yang menyebabkan Andin harus dikeluarkan secara prematur lewat operasi sebelum ibunya benar-benar meninggal. Rama tidak tau jika Andin selamat, yang ia tau Sarah mati bersama dengan bayi di kandungannya.
Setelah kematian Surya, Andin yang disembunyikannya di rumah yang berbeda, datang ke rumah ayahnya, tentunya dengan menyamar dan didampingi beberapa pengawal agar kedatangan Andin tidak diketahui oleh siapapun termasuk mata-mata para pesaing Surya. Andin masuk ke ruangan Surya dan mengambil beberapa berkas milik Surya untuk mempelajarinya, dibantu beberapa orang kepercayaan Surya.
Ceklek
Andin menengok ke arah pintu kamarnya ketika mendengar suara pintu dibuka. Andin tau siapa yang datang, sudah pasti kekasihnya. Hanya kekasihnya yang berani masuk begitu saja ke kamarnya.
"Sayang, kamu kesini?" Tanya Andin langsung berdiri dan menyambut kekasinya dengan sebuah pelukan. Andin yang sangat tegas kepada semua orang, melembut di depan kekasihnya.
"Kenapa? Saya ganggu ya? Kamu lagi sibuk?"
"Ngga, cuma kan aku kaget kamu gak bilang dulu." Andin melepaskan pelukannya dan kembali duduk di kursi kerjanya di dalam kamar itu.
Aldebaran mengikutinya dan melihat foto seorang pria penuh dengan darah di meja kerjanya.
"Ini apa lagi?" Tanya Aldebaran pada kekasihnya, kekasih yang setiap hari selalu ia khawatirkan.
"Anak buahnya Lesmana, pesaing papa juga, dia dibunuh sama kelompoknya Rama, bajingan itu, otak pembunuhan papa aku, dia sangat berbahaya. Aku lagi pikirin strategi supaya semua anggota aku aman."
"Ndin.." Al memutar kursi Andin jadi menghadap padanya yang masih berdiri. Kemudian membungkuk dan menumpukan kedua tangannya pada sisi kiri dan kanan kursi, wajahnya tepat berada di depan wajah Andin, dan matanya tepat menatap mata Andin.
"Saya sangat khawatir sama kamu, setiap hari. Kamu tau mereka, orang-orang itu sangat berbahaya, saya takut." Andin bisa melihat jelas ketakutan dan ke khawatiran di mata kekasihnya itu.
Andin mengangkat kedua tangannya, menangkup kedua pipi kekasihnya yang tampan itu dan mengusapnya lembut.
"Aku akan baik-baik aja, aku ga akan kenapa-kenapa, kamu ga usah khawatir ya sayang."