Part 12

2.3K 279 27
                                    

Andin duduk di samping Maria dan ikut menatap ke layar televisi di depan mereka.

DEG

Andin sangat mengenal sosok itu, pengusaha muda yang kata Maria untuk pertama kalinya masuk infotaiment.

Mas Al

Katrin? Pacarnya?

Apa-apaan

Batin Andin terus bersuara. Andin menyimak apa yang diberitakan oleh infotaiment itu tentang Aldebaran dan Katrin, ia mencari tau dan memastikan.

Gila!

Tahan Andin tahan, jangan nangis, ga pantes nangisin orang yang udah menyakiti.

Hhhh huhhhh

Inhale-exhale

"Ella ke kamar ya, ma." Andin yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya berpamitan kepada Maria untuk kembali ke kamarnya.

"Oh, iya." Jawab Maria mengiyakan.

Di kamarnya Andin berdiri di balik jendela yang mengarah ke bagian belakang rumah.

Hati aku sakit banget, mas
Kenapa kamu ga bilang kalau kamu udah ada orang lain
Kenapa harus aku tau sendiri
Harusnya aku bunuh kamu karena udah nyakitin aku seperih ini tapi aku ga bisa, aku cinta sama kamu
Aku bahkan ga ada rasa marah sama sekali, tapi aku kecewa, aku sedih, hati aku sakit
Aku mengerti, bukan salah kamu, karena kamu mungkin butuh seseorang di sisi kamu
Seseorang yang lemah lembut dan bisa nurut sama kamu
Katrin cantik, ga salah kalau dia tipe kamu
Aku akan melepaskan kamu

tes

Air mata yang ditahan sedari tadi akhirnya menetes, Andin segera menghapusnya. Tidak seharusnya ia menangisi seseorang yang sudah menyakiti hatinya, masih bagus Andin tidak membunuh orang itu.

Sekarang tidak ada lagi yang perlu Andin khawatirkan kalaupun ia harus mati di rumah ini, tidak ada lagi janji yang harus ia penuhi, dan tidak ada lagi yang menunggunya. Setelah ia berhasil membunuh semua yang diincarnya, Andin pasrah jika ia harus mati juga menyusul kedua orang tuanya atau ditahan oleh intel negara.

Terima kasih, mas.

Lirih Andin terakhir kali untuk seorang Aldebaran, ia akan berusaha melupakan Al setelah ini.

..

Untuk melupakan sakit hatinya, Andin tidak berhenti beraktifitas. Ia menyapu, mengepel, bahkan mencuci baju dengan tangannya sendiri padahal ada mesin cuci di sana.

Sampai malam hari tiba, Andin masuk ke kamarnya untuk tidur. Tapi sebelum tidur, seperti biasa Andin akan mengaktifkan handphonenya. Pertama kali Andin mencari kontak 'Ibu Astri Panti' yang adalah Aldebaran, baru akan mulai mengetik Andin mengingat sesuatu yang dilihatnya di televisi tadi. Andin diam, memfreeze gerakannya.

Kali ini ia tidak bisa menahan lagi emosinya, Andin menangis. Bagaimanapun, Andin sangat mencintai Al, satu-satunya yang ia miliki.

Mas, aku ga pernah menyangka kalau kita ternyata ga ditakdirkan sampai akhir.

Aku harap, kamu lebih bahagia dan ga dipenuhi ketakutan lagi bersama dia.

Andin masih terus menangis sampai akhirnya ketiduran.

..

Sementara Al, di kamarnya sedang menunggu pesan dari Andin. Ini sudah lewat dari jam biasa Andin menghubunginya. Tapi Al tidak berani menghubungi Andin lebih dulu, takut situasi di rumah Rama memang sedang tidak aman untuk Andin. Ini sesuai permintaan Andin juga, untuk tidak menghubunginya lebih dulu.

MAFIA (Aldebaran & Andin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang