Part 13

2.4K 250 49
                                    

Lewat tengah malam, ketika Andin tertidur, seseorang masuk ke kamarnya yang tidak pernah dikunci itu. Orang itu berjalan mengendap di dalam kamar Andin yang meremang karena lampunya dimatikan, ia mendekati Andin dan duduk ditepi kasur di samping Andin dan membekap mulut Andin agar Andin tidak berteriak saat terkejut melihatnya. Benar saja ketika mulutnya dibekap Andin langsung membuka mata dan akan berteriak tapi suaranya tertahan karena bekapan itu.

"Sssttt.."
"Diem, jangan berisik. Aku tau kamu juga mau kan?" Ucap Gerry dengan suara pelan dan penuh hasrat masih sambil membekap mulut Andin. Andin hanya diam, tanpa perlawanan dan tanpa gerakan di mulutnya. Setelah memastikan Andin tidak akan berteriak, Gerry melepaskan tangannya dari mulut Andin.

Mereka saling menatap, Andin yang masih berbaring dan Gerry yang masih duduk di sebelahnya sambil memperhatikan Andin dengan tanktopnya yang mengekspos bagian leher dan bagian atas dadanya, selimut Andin hanya menutupi sampai perut.

Gerry mulai meraih kedua tangan Andin dan naik ke atas tempat tidur, menahan tangan Andin yang tidak melakukan perlawanan apapun di samping kiri dan kanan kepalanya, kemudian menenggelamkan wajahnya di leher Andin.

Andin membiarkannya bukan karena ia benar-benar ingin tapi karena ia ingin melampiaskan kekecewaannya dan rasa sakit hatinya pada Aldebaran, ditambah lagi Andin merasa akan lebih mudah melakukan misinya jika ia berhasil mengelabui pria yang ada di atasnya sekarang, Andin juga bisa mendapatkan beberapa informasi dari pria ini jika mereka memiliki hubungan dekat. Ini juga bukan perselingkuhan, karena sejak mengetahui Aldebaran memiliki kekasih baru, Andin sudah menganggap bahwa hubungan mereka telah berakhir.

Selama melakukannya Andin sama sekali tidak menikmatinya, Andin hanya beberapa kali pura-pura mendesah dan keenakan untuk menyenangkan Gerry.

Setelah selesai, Gerry membanting tubuhnya di samping Andin dan kemudian menatap Andin sambil mengatur nafasnya. Sementara Andin sudah menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sambil menatap lurus ke langit-langit kamar. Setelah nafasnya kembali teratur, Gerry duduk dan mengecup bibir Andin sebentar, sebentar bukan sekilas.

"Terima kasih, Ella." Ucap Gerry setelah melepas ciumannya. Andin menjawabnya dengan senyuman yang dipaksakan tapi Gerry tidak akan menyadari kalau senyuman itu terpaksa.

Gerry bangkit untuk kembali menggunakan pakaiannya, kemudian melemparkan senyuman pada Andin sebelum keluar dari kamar Andin.

Sepeninggalan Gerry, Andin masih diam beberapa menit, ntah apa yang dipikirkannya. Sampai akhirnya ia kembali menggunakan pakaiannya, tapi ia sama sekali tidak bisa tidur lagi sampai pagi.

..

"Andin!"

Teriak Aldebaran yang langsung duduk dari tidurnya ketika mengalami mimpi buruk tentang Andin, nafasnya tersenggal-senggal.

Al langsung meraih handphonenya, mencari pesan dari Andin, tadi sepertinya ia ketiduran lebih awal karena kemarin hanya tidur sedikit menunggu pesan dari Andin ditambah lagi ia lelah dengan masalahnya belakangan ini.

Ga ada
Kamu kenapa sih, Ndin
Saya khawatir sekali sama kamu
Semoga kamu baik-baik aja

Hari ini kalau Andin masih ngga hubungin gue, gue harus lakuin sesuatu buat tau keadaannya.

Al meletakan handphonenya dan kembali membaringkan dirinya, tapi ia sama sekali tidak bisa tidur lagi sampai pagi.

..

Pagi ini ketika Al sedang duduk di meja makan untuk sarapan, satpam rumah meneleponnya memberikan informasi bahwa ada seorang perempuan datang ke rumahnya, tapi Al tau yang pasti itu bukan Andin karena jika Andin pasti akan langsung diizinkan masuk oleh satpam. Al berjalan ke gerbang rumah untuk melihat siapa yang datang.

"Katrin?" Al bingung dan sedikit terkejut karena saat ini Katrin menemuinya di rumah.

"Sayaangg, ini aku ga dibukain gerbang sama satpam kamu." Rengek Katrin mengadu.

"Ngapain kamu ke sini pagi-pagi?" Tanya Al pada Katrin yang masih terpisahkan oleh gerbang.

"Bukain dulu kek, ajak masuk pacarnya." Pinta Katrin dengan suara manjanya.

"Pacar?" Gumam satpam Al terkejut, karena setaunya pacar Al adalah Andin. Al langsung menatap satpamnya tajam, seolah mintannya diam.

"Bukakan gerbangnya." Perintah Al dan satpam pun langsung membukakan gerbang.

Katrin langsung masuk dan bergelayut di lengan Al, sementara Al mengerutkan keningnya malas.

"Aku bawain sarapan nih, kamu udah sarapan belum?" Katrin memperlihatkan paperbag yang dibawanya.

"I-iya, terima kasih." Al tiba-tiba gagap karena ia bingung dan tidak tau harus bicara apa.

"Masuk yuk" ajak Katrin menarik Al ke arah rumah. Harusnya Al yang mengajak karena itu rumah Al, tapi memang Katrin rese jadi ya udahlah.

Katrin menyiapkan makanan yang di bawanya di hadapan Aldebaran, kini mereka berdua sedang duduk di meja makan.

"Di makan sayang, ini aku masak sendiri." Katrin seolah membanggakan dirinya.
"Gimana enak kan?" Tanya Katrin ketika Al sudah menyuap makanannya.

"Iya, enak." Makanannya memang enak, tapi Al sangat mengenali rasa makanan ini, makanan favorit Andin di Pandora Cafè. Al yakin Katrin membelinya.

"Diabisin ya." Katrin tersenyum lebar menatap Al makan.

"Kamu kok ke sini?" Tanya Al di sela-sela makannya.

"Ya abis kamu dari kemarin ga respon chat aku sama sekali, jadi ya aku cari ke sini aja." Jelas Katrin berlaga kesal.

"Maaf saya sibuk. Kamu tau rumah saya dari mana?"

"Kak Aiden, siapa lagi."

Al merasa ini waktu yang tepat untuk bertanya-tanya mengenai respon Aiden terhadap hubungan mereka.

"Aiden?"

"He'em. Musuh kamu itu." Ya, Katrin juga tau jika Aldebaran dan kakaknya adalah saingan bisnis. Tapi Katrin benar-benar menyukai pesona Aldebaran jadi ia tidak perduli pada hubungan Al dan Aiden.

"Gimana respon Aiden soal hubungan kita? Dia ga menentangnya kan?" Tanya Al berlaga khawatir.

"Sempat, tapi aku udah yakinin dia. Aku udah lama suka sama kamu, masa pas kamu bales dia seenaknya larang aku. Ga akan terjadi. Kamu tenang aja ya sayang, dia udah dukung kita sekarang." Katrin tersenyum senang, sementara Al tersenyum kecut.

"Bagus, saya gamau ada yang pisahkan kita, Kat." Ucapan Al ini membuat Katrin terbang melayang.

"Kamar mandi di mana ya, Al? Aku mau ke kamar mandi sebentar." Tanya Katrin celingukan.

"Ke arah sana, nanti belok kiri."

"Oke, aku ke kamar mandi dulu ya." Katrin langsung meninggalkan Al di meja makan. Al menghela nafasnya panjang, baru sebentar saja Al sudah merasa lelah berpura-pura, bagaimana dengan Andin di dalam sana, berbulan-bulan dengan identitas palsunya. Pikiran Al kembali terlintas pada Andin.

Ndin, kamu lagi apa
Saya khawatir

Al mengusap wajahnya kasar, rasanya frustasi kehilangan kabar dari Andin.

Beberapa menit berlalu Katrin tak juga kembali ke meja makan, Al memutuskan untuk ke kamarnya sebentar mengambil jas dan kunci mobil.

Sampai di kamar, Al mendengar suara air dari dalam kamar mandinya, Al sempat bingung sebelum Katrin keluar dari sana.

"Katrin? Kok kamu di kamar saya?"

"Aku cari kamar mandi ga ketemu, jadi aku pikir harusnya di setiap kamar ada kamar mandi, aku masuk sini, aku rasa ini kamar kamu, jadi aku masuk aja, kamu ga keberatan kan?" Jelas Katrin tersenyum sambil mendekat ke arah Al yang sedang berdiri di depan lemari untuk mengambil jasnya.

Katrin berjalan sambil meliukan tubuhnya untuk menggoda Aldebaran.












....

MAFIA (Aldebaran & Andin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang