Part 5

3.5K 352 30
                                    

Ck.. Andin

Al langsung menghubungi salah satu pengawal yang ia perintahkan untuk selalu mengikuti Andin di tengah misinya ini, tapi Andin tidak mengetahui itu. Al mengingkari permintaan Andin untuk tidak melakukan apapun tanpa Andin tau.

"Di mana Andin?"

"Nona Andin saat ini ada di depan sebuah gereja, tuan."

"Untuk apa?"

"Saya belum tau, tuan. Karena saat ini nona masih duduk diam di kursi yang ada di sana."

"Apa ada pengawalnya di sana?"

"Sudah berpencar dan bersembunyi, saya bahkan tidak bisa melihat satu pun dari mereka. Tapi tadi ketika berangkat dari rumah, ada beberapa yang mengawal."

"Baik, terus awasi. Pastikan dia baik-baik saja."

"Siap, tuan."

Al duduk di pinggir tempat tidur di kamar Andin, hari sudah lumayan siang tapi ia sama sekali tidak ada semangat untuk ke kantor. Pikirannya selalu tertuju pada Andin. Ia takut Andin berada dalam bahaya. Nekat sekali gadis itu.

Dering handphone Al menyadarkannya dari pikirannya yang penuh dengan kekhawatiran.

Rendy

"Iya, hallo Ren. Ada apa?"
"Iya saya ingat soal meeting itu."
"Kamu sudah persiapkan semuanya sematang mungkin? Pastikan kita yang memenangkan investasi itu, bukan Aiden."
"Apa yang sudah tim berhasil sadap dari mereka?"
"Baik, kirim pengawal terbaik ke tempat itu dan di jam itu. Pastikan saya selamat dari penyerangan yang Aiden rencanakan."
"Terima kasih, Ren."

Rendy menghubungi untuk mengingatkan bahwa perusahaan mereka memiliki jadwal meeting bersama investor dan perusahaan Aiden besok, untuk memperebutkan investasi. Tim intelijen Aldebaran sempat menyadap pembicaraan anak buah Aiden, mereka berencana akan menyerang Aldebaran sehingga Al tidak bisa hadir di meeting nanti.

Andin, Andin, kenapa kamu gabisa dengerin saya sekali aja sih. Di saat kayak gini harusnya kamu ada di sini bikin saya tenang karena kamu baik-baik aja, bukannya malah di sana bikin ke khawatiran saya menjadi dua kali lipat. Ada Rama dan Aiden yang bisa serang kamu kapan pun.

..

Ketika melihat Maria keluar dari pintu gereja yang ada di belakangnya, Andin langsung mengeluarkan sebuah pisau lipat dari kantung belakang celananya, kemudian merobek tangan kirinya sendiri. Andin berjalan gontai melewat depan gereja dengan darah yang mengucur dari tangannya. Kepalanya pusing sungguhan, tubuhnya lemas seperti akan kehabisan darah.

Maria yang melihat itu hendak membantu Andin tapi pengawalnya melarang, menahan langkah Maria. Sampai Andin pingsan, Maria menerobos para pengawalnya, ia berlari ke arah Andin. Maria melihat Andin dengan perasaan iba. Ia meminta para pengawal membawa Andin ke rumah mereka untuk diberikan pertolongan. Pengawal sempat menolak, tapi Maria memaksa. Sebelum sampai rumah, Maria sudah memberikan pertolongan pertama pada Andin di dalam mobil, menggunakan alat P3K seadanya.

Sampai di kediaman Rama dan keluarganya, Andin dibopong oleh salah satu pengawal ke dalam rumah. Rama yang melihat itu terkejut, bagaimana bisa istrinya membawa masuk sembarangan orang ke dalam rumah mereka.

"Siapa ini? Kenapa kamu bawa orang asing Maria?"

"Aku menemukannya berdarah-darah di depan gereja, kemudian dia pingsan, aku tidak mungkin meninggalkannya, Rama."
"Bawa dia ke kamar sana." Tunjuk Maria ke sebuah kamar di lantai tiga pada pengawal yang membopong Andin.

"Tapi kamu tidak bisa sembarangan, kamu tau kan maksud ku."

"Iya, aku tau. Kita bicarakan nanti, aku harus urus dia dulu."

MAFIA (Aldebaran & Andin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang