Andin memang sudah berhasil masuk ke rumah itu, tapi ia tidak bisa langsung eksekusi. Ia harus benar-benar mendapatkan kepercayaan dari keluarga itu agar tidak tertuduh jika ada sesuatu yang ia lakukan nantinya.
Selesai makan malam, Andin kini berada di kamar Maria untuk membantunya menyuntikan obat dan minum obat. Rama dan Gerry mengikutinya, memastikan Andin melakukannya dengan benar. Maria sudah menceritakan tentang penyakitnya pada Andin yang sebenarnya sudah tau sejak awal.
"Benar begini kan, ma?" Tanya Andin ketika akan menusukan jarum suntik di lengan Maria.
"Iya benar, di situ Ella, habis itu kamu tekan pelan-pelan ya."
"Selesai. Apa ada yang salah?" Tanya Andin setelah mencabut kembali jarum suntik dari lengan Maria.
"Benar, Ella. Terima kasih." Hal itu membuat Maria, Rama, dan Gerry percaya bahwa Andin memang bisa merawat Maria dengan baik.
Rama dan Gerry sudah kembali dengan kesibukannya masing-masing malam ini, meninggalkan Maria berdua bersama Andin.
"Ma, Ella boleh pinjam handphone untuk hubungi ibu panti? Mau kasih tau kalau Ella baik-baik aja di sini."
"Ohiya, besok mama belikan kamu handphone ya. Mama minta maaf tidak bisa pinjamkan handphone mama." Bukannya Maria tidak percaya pada Andin tapi ia takut jika nomor handphonenya diketahui oleh orang yang tidak dikenalnya, termasuk ibu panti Andin.
"Kenapa, ma?" Andin pura-pura bertanya bingung.
"Mama gabisa cerita, maaf ya."
"Ohiya, terus kenapa di rumah ini banyak orang seperti pengawal, ma? Badannya besar-besar, Ella takut."
"Kamu ga usah takut, mereka ga akan mencelakai kamu. Malah mereka akan melindungi kamu mulai sekarang."
Andin hanya mengangguk paham, keluarga ini benar-benar tidak menceritakan sedikitpun pada Andin bahwa mereka adalah mafia.
"Kamu bisa istirahat di kamar kamu ya, kalau butuh sesuatu kamu bisa minta pelayan di sini atau ke mama."
"Iya, ma."
Andin keluar dari kamar itu tapi bukan ke kamarnya, ia menuju dapur. Membantu pelayan yang ada di sana, mencari perhatian agar semakin dipercaya bahwa dia orang baik, sekaligus memahami semua seluk-beluk rumah ini, untuk mempermudahnya nanti.
Sampai larut malam, ketika pelayan rumah itu sudah masuk ke kamar mereka masing-masing barulah Andin masuk ke kamarnya. Ternyata dari tadi Rama memperhatikannya, ia memastikan bahwa Andin tidak berbahaya. Dan Andin sadar akan hal itu.
..
Andin tau ia akan dicurigai di awal oleh semua orang yang ada di rumah itu, jadi ia sangat berhati-hati dalam bertindak dan secerdas mungkin meyakinkan mereka. Andin meneliti kamarnya tapi tentu saja dengan gerakan yang tidak mencurigakan. Benar saja, ada dua kamera tersembunyi terpasang di sana, dengan mudah Andin bisa mengenalinya. Tapi ia akan berpura-pura tidak tahu dulu, karena akan terlihat mencurigakan jika ia langsung tahu tentang itu, karena mereka taunya Andin adalah gadis tidak berpendidikan dan polos.
..
Pagi sekali Andin sudah berada di dapur membantu pelayan menyiapkan makanan untuk sarapan, kali ini bakat memasaknya akan sangat berguna. Rama masih saja memperhatikannya secara diam-diam dan Rama juga meminta pelayan dan pengawal di rumah itu selalu mengawasi Andin.
"Ella, berarti kamu ga kenal sama orang tua kamu dong?"
Andin tersenyum sedih dan menggeleng
"Ngga, dari bayi aku udah di panti, ibu panti pun gatau siapa yang buang aku ke sana."