Part 14

2.4K 306 29
                                    

Katrin berjalan sambil meliukan tubuhnya untuk menggoda Aldebaran.

"Al.." panggil Katrin sok mesra sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Aldebaran.

Al menatap Katrin sambil memegang pinggang ramping Katrin dan mengelusnya naik turun.
"Saya ada meeting jam 10." Al melepaskan diri dari Katrin dan beralih mengambil jas di dalam lemarinya. Katrin terlihat cemberut, tapi mana Al peduli.

"Kamu pulang jam berapa nanti?" Tanya Katrin sambil memperhatikan Al memakai jas di depannya.

"Sepertinya malam, saya lembur."

"Aku pasangin dasi kamu ya." Katrin menggeser Al untuk meraih dasi di lemarinya.

"Saya ga biasa pakai dasi, Kat." Ucapan Al menghentikan gerakan Katrin.

"Oh.."

"Ayo, saya antar kamu pulang dulu sebelum ke kantor." Katrin langsung kembali bergelayut di lengan Aldebaran sambil berjalan keluar.

..

Dari pagi Andin sudah menyibukan dirinya dengan banyak kegiatan, mulai dari menggunting rumput dan menyiram bunga di halaman belakang sampai menyiapkan sarapan. Andin benar-benar belum bisa melupakan Aldebaran, ia masih butuh segudang kesibukan untuk mengalihkan pikirannya dari pria itu. Tapi Andin dengan mudah melupakan apa yang Gerry lakukan tadi malam, sangat tidak berkesan.

"Ella, kamu bangun pagi sekali hari ini." Ucap pelayan rumah yang Andin panggil bibi itu.

"Iya, kemarin Ella tidur awal bi." Andin beralasan.

"Oh, itu kamu lagi siapkan untuk masak apa?"

"Ella mau buat Chicken Cordon Bleu, bi."

"Wah, kamu belajar masak di mana? Wawasan kamu soal masakan sangat luas sampai menu-menu internasional." Bibi terlihat takjub dengan bakat memasak Andin.

"Di panti Ella bantu ibu panti buat masak katering sedikit-sedikit, jadi belajar dari internet beberapa menu biar pelanggan ga bosan." Jelas Andin yang sudah pasti berbohong.

"Lain kali ajarkan aku ya dan terima kasih sudah banyak membantu aku di rumah ini."

"Sama-sama bi." Andin tersenyum dan melanjutkan masakannya.

Setelah masakan selesai, Andin menyiapkan semuanya di meja makan. Keluarga itu; Rama, Maria, Gerry dan Andin, sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi ini. Andin bersikap biasa saja seperti biasanya, berbeda dengan Gerry yang duduk di sebelahnya, Gerry beberapa kali mencuri pandang kepada Andin. Tangannya beberapa kali mengusap paha Andin di bawah meja dari luar celana jeans panjangnya. Andin yang mulai merasa risih menahan tangan Gerry.

"Kenapa mas? Mau tambah sausnya?" Tanya Andin agar terdengar semua orang di meja itu, bermaksud agar Gerry menghentikan gangguannya.

"Iya, bisa tolong?" Gerry langsung menjawab spontan menyauti ucapan Andin agar tidak menimbulkan curiga dari kedua orangtuanya.

"Iya, ini." Andin menyendokan saus dan menaruhnya di piring Gerry.
"Mama sama papa mau tambah juga sausnya?" Tanya Andin kemudian kepada kedua orangtua angkatnya. Kedua orang itu hanya menggeleng.

Setelah membantu memberikan Maria obat, Andin masuk ke kamarnya. Baru Andin menutup pintu, Gerry masuk menyusulnya.

"Mas?" Andin terkejut ketika Gerry masuk ke kamarnya. Gerry mendekat pada Andin.

"Kenapa tadi Ella begitu?" Gerry menegur Andin pelan mengenai sikapnya tadi di meja makan.

"Ella takut ketauan, maaf mas." Jawab Andin menunduk dengan suara parau seperti menahan tangis. Gerry yang menyadari itu menarik Andin ke dalam pelukannya.

MAFIA (Aldebaran & Andin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang