"Di mana?" tanya Maria ketika sudah berada di kamar Andin, kepalanya mendongak mencari titik yang dimaksud oleh Andin.
"Itu ma sama itu." Andin menunjuk dua kamera yang ada di dua sudut berbeda.
Maria diam, itu benar-benar kamera tersembunyi, tapi Maria tidak enak jika harus berkata sejujurnya pada Andin karena khawatir Andin akan merasa privasinya selama ini dilanggar. Kemudian Maria masuk ke dalam kamar mandi, memeriksa apakah di kamar mandi ada juga atau tidak. Setelah memastikan tidak ada lagi, Maria kembali keluar kamar mandi dan menemui Andin yang menunggunya di dalam kamar.
"Ma, itu apa?" tanya Andin penasaran.
"Mama gatau soal itu, nanti mama bicarakan sama papa ya untuk lepas semua itu kalau kamu terganggu." Maria menjawab sekenanya dengan jawaban yang ia anggap aman.
"Ella ga merasa terganggu ma kalau itu bukan sesuatu yang berbahaya dan kalau memang itu seharusnya di situ."
"Iya, nanti mama tanya ke papa dulu itu untuk apa."
Andin mengangguk menanggapi Maria, sejujurnya ia merasa pegal berpura-pura bodoh dan polos tapi ini sudah setengah jalan. Semua demi kelancaran misinya.
"Ya udah, mama mau mandi dulu ya. Kamu juga mandi, nanti sarapan bersama. Pakai baju di kamar mandi ya Ella."
Maria langsung meninggalkan Andin, tapi bukan untuk mandi seperti yang dikatakannya. Tapi ia menuju ke ruangan kerja suaminya, menemui Rama dan akan membahas mengenai kamera di kamar Andin. Kebetulan sedang ada Gerry juga di sana, menanyakan beberapa masalah pekerjaan kepada ayahnya. Gerry memiliki sebuah perusahaan di bidang yang sama jadi ia sering bertanya tentang beberapa strategi kepada ayahnya.
"Apa kalian sedang sibuk?" tanya Maria kepada suami dan putranya yang sedang duduk berhadapan di meja kerja suaminya.
"Ada apa Maria?" Rama memutar kursinya yang semula menghadap Gerry menjadi ke arah pintu di mana Maria sedang berjalan mendekat.
"Kamu pasang kamera tersembunyi di kamar Ella? Kamu keterlaluan Rama, itu privasinya." Maria langsung memarahi suaminya, sementara suaminya kebingungan dan Gerry yang memasang wajah panik.
"Kamera? tidak, aku tidak pernah pasang kamera di kamarnya, aku juga paham privasinya securiga apapun aku padanya." Rama bertanya dan memasang wajah tidak mengerti.
"Jangan bohong, Rama! Ella bilang ia baru sadar tadi malam kalau ada dua titik berwarna merah kecil di atap kamarnya, ketika aku lihat barusan itu adalah dua kamera tersembunyi. Siapa lagi kalau bukan kamu?" Maria masih kekeuh menuduh Rama.
Sementara Rama yang tidak melakukannya sepertinya tau siapa tersangka pemasangan kamera tersembunyi itu. Ia melirik tajam pada putranya, Gerry membuang pandangannya berpura-pura tidak mengerti.
"Mengakulah, jangan biarkan mama mu terus menyalahkan aku." Perintah Rama kepada Gerry.
"Gerry? Kamu?" tanya Maria tidak percaya.
"Tanya putra mu itu, jangan selalu menyalahkan aku." Kali ini Rama balik memarahi Maria.
"Gerry, jawab!" Maria menghentak.
"Iya, ma." Akhirnya Gerry menjawab dengan suara pelan sambil sedikit menunduk.
"Astaga Gerry, buat apa?"
Gerry gelagapan, tidak mungkin ia berkata jujur di depan kedua orang tuanya.
"Jawab Gerry!" Kali ini Rama yang menghentaknya.
"Aku-aku-aku hanya mau memastikan kalau dia bukan penyusup dan tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan." Gerry akhirnya memberikan alasan yang menurutnya aman.