Part 3

4.1K 507 22
                                    

Pukul 11 malam, Aldebaran pulang ke rumah Andin. Seperti biasa ia langsung masuk ke kamar Andin. Tapi kali ini, Andin tidak ada di kamarnya. Al sudah mencari ke kamar mandi dan walking closet tapi Andin tetap tidak ada. Al memutuskan untuk mencari Andin di luar kamarnya.

Ketika baru saja menutup pintu kamar, Al mendengar suara gebrakan dari salah satu ruangan yang berada di lantai 3 rumah Andin. FYI kamar Andin di lantai 2. Al langsung menaiki tangga untuk menuju ke ruangan itu.

Al berhenti di depan pintu untuk memastikan sesuatu, Al bahkan tidak bisa gegabah juga untuk bertindak di sini.

"Bagaimana bisa calon client besar kita lepas? Kenapa bisa kalah? Kalian ini kerjanya bagaimana?"

Al mendengar suara Andin sedang marah-marah di dalam sana, bisa dipastikan suara gebrakan tadi juga dihasilkan oleh Andin yang ntah memukul apa. Setelah memastikan bahwa Andin ada di dalam, Al langsung membuka pintu dan masuk.

Ketika masuk ia langsung disambut pistol yang ditodongkan ke arahnya oleh beberapa anak buah Andin yang ada di dalam. Mereka reflek melakukan itu karena bisa saja yang masuk adalah musuh.

Andin langsung menengok ke arah pintu ketika mendengar ada yang membukanya. Ia melihat kekasihnya berdiri tegap tanpa rasa takut sedikitpun dengan semua pistol yang mengarah kepadanya.

"Turunkan!" Andin memerintah anak buahnya untuk menurunkan pistol mereka.

Setelah itu Al melangkah ke arah Andin.

"Sayang, baru pulang?" Andin yang tadi marah sampai menggebrak meja kini langsung berubah drastis, melunak dihadapan Aldebaran.

"Kamu lagi sibuk?" Tanya Al memperhatikan orang-orang yang ada di ruangan itu.

"Ngga, aku ga sibuk." Andin merangkul pinggang Al yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Kalian bisa keluar sekarang, tetap waspada dan hati-hati, jangan biarkan satu orang pun selain kalian tau tentang aku."

"Baik, nona. Kami permisi."

Setelah semua orang kepercayaan Andin keluar dari ruangan itu, tinggalan Andin dan Al berdua.

"Kenapa sih marah-marah terus? Hm?" Al menyingkirkan anak rambut Andin yang menutupi wajahnya.

"Harus galak, kamu paham kan. Segitu ga akan ada apa-apanya buat mereka yang udah biasa berdarah-darah."

"Bukan khawatir sama mereka, saya takut kamu darah tinggi."

"Haha kamu apa sih. Udah yuk ke kamar."

"Kok kamu tau sih aku ada di ruangan itu?" Tanya Andin menggandeng Aldebaran sambil menuruni tangga.

"Tadi saya udah ke kamar, cari kamu ga ada di sana. Terus pas mau cari kamu di luar saya denger suara gebrakan dari situ. Itu kamu gebrak apa?"

"Meja hehe."

"Kenceng banget, ga sakit tangannya?"

"Aku ga selembek itu ya, sayang. Kamu berlebihan deh."

"Gimana saya ga.." ucapan Al langsung dipotong oleh Andin, Andin tau apa yang akan dikatakan oleh kekasihnya itu.

"Iya, iyaa. Aku tau, ya udah sana mandi."

Setelah menyiapkan pakaian tidur untuk Aldebaran, kali ini Andin langsung merebahkan diri dan masuk ke dalam selimutnya.

"Kamu sakit?" Tanya Al setelah keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri Andin. Karena tumben sekali Andin sudah mau tidur jam segini.

"Ngga, aku ngantuk. Kemarin kan tidur lumayan pagi, terus tadi ikut ke kantor kamu jadi ga tidur siang. Sana pake baju dulu." Andin mendorong Al yang masih menggunakan bathrobe nya.

MAFIA (Aldebaran & Andin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang