"Turunkan pistol mu atau kami bertiga yang akan menembus kepala mu?" Ancam Rama.
Andin berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.
..
"Udah aku bilang kan Kat, Aldebaran itu ga serius sama kamu. Dia cuma manfaatin kamu buat melindungi diri dia dari aku." Aiden sedang berdebat dengan Katrin setelah mendapatkan informasi dari anak buahnya mengenai Aldebaran dan Andin, butuh waktu hanya sebentar untuk Aiden mencari tau semuanya.
"Ya kan aku awalnya ga tau, kakak juga ga akan tau kalau aku ga nemuin fotonya si Andin kan."
"Terus sekarang kamu masih mau kejar-kejar Al? Orang yang udah jelas-jelas ga cinta sama kamu, orang yang jelas cuma manfaatin kamu aja."
"Ngga, aku udah gamau lagi sama dia. Aku benci sama Al, bisa-bisanya dia bikin aku sakit hati."
"Bagus, kamu memang adikku."
..
"Aku akan menurunkan pistolku setelah kalian menurunkan pistol kalian." Andin berpikir cepat.
"Tidak, setelah kami menurunkan pistol kami belum tentu kamu akan menurunkan pistolmu." Jawab salah seorang anak buah Rama.
"Mereka akan menurunkan pistol mereka lebih dulu, setelah kamu menurunkan pistol mu, aku baru akan menurunkan pistol ku." Tawar Rama.
"Oke." Jawab Andin cepat.
Rama pikir Andin bodoh, belum ahli dan belum berpengalaman. Tentu saja setelah Andin menurunkan pistolnya, Rama tidak akan menurunkan pistolnya juga, ia akan balik mengancam Andin atau bahkan langsung menembak Andin. Bahkan anak buahnya tentu saja memiliki pistol cadangan di belakang tubuh mereka.
Setelah mendapatkan jawab dari Andin, Rama langsung menganggukan kepalanya mengiyakan agar kedua anak buahnya menurunkan pistol mereka. Pistol sudah diturunkan.
"Taruh di bawah." Perintah Andin, Rama kembali menganggukan kepalanya kepada kedua anak buahnya.
Setelah dua pistol diletakan di bawah, Andin menendang kedua pistol itu agar masuk ke kolong tempat tidur.
"Sekarang turunkan pistol mu." Tagih Rama.
"Tidak akan sebelum peluru ku menembus kepala mu." Andin terlihat sangat santai sambil tersenyum.
Mendengar itu, kedua anak buah Rama mengambil pistol cadangan dari belakang tubuh mereka dan kembali menodongkannya ke arah Andin.
Tangan kanan Andin masih pada posisinya, menodongkan pistol ke arah Rama yang kira-kira berdiri dua meter dari Andin. Tangan kiri Andin kini bergerak untuk mengambil pistol lain dari belakang tubuhnya dan mengacungkannya ke arah dua anak buah Rama.
Anak buah Rama yang merasa terancam segera menekan pelatuk pistol yang dipegangnya.
Takk
Tidak ada peluru yang keluar, hanya suara dari pelatuk yang telah dilepas. Andin terkekeh. Karena mereka sudah mencoba menembak Andin jadi Andin yang tadinya sama sekali tidak berniat membunuh mereka langsung melepaskan dua tembakan ke dua orang itu.
Dorr!
Dorr!Masing-masing satu peluru mengenai dua orang itu, satu di dada dan satu di kepala. Dua orang itu jatuh ke lantai. Satu yang tertembak di kepala langsung sekarat tapi satu yang kena di dada masih berusaha menekan-nekan pelatuknya ke arah Andin.
Dari tadi sungguh Andin ingin tertawa. Andin sekuat tenaga menahan tawanya, melihat orang-orang penuh keyakinan itu mengancam dengan pistol kosong. Harusnya pistol kosong itu jelas terasa lebih ringan, Andin tidak menyangka kalau mereka sangat bodoh sehingga tidak menyadari itu.