01 - Ironi Kehidupan

16.9K 1.2K 82
                                    

Mengingatkan lagi ini cerita dewasa ya meski bukan soal pornografi. Harap bijak dalam memilih bacaan! 💛

...

Kuy gas menuju part satu 🤣

Selamat membaca semua ^^ 💛

___

Akhir-akhir ini Arraz sering berkunjung ke rumah Jackson. Jackson adalah sepupunya, keponakan dari ibunya. Ibunya Jackson yang bernama Mia adalah adiknya Mei, mama dari Arraz. Arraz sering diminta ke sana karena ayahnya Jackson belum lama meninggal dunia akibat serangan jantung. Jadilah Arraz sering membantu Jackson dalam mengurusi perusahaan ayahnya.

Arraz pun tak keberatan, karena Arraz yang sekarang bukanlah Arraz yang dulu. Laki-laki itu lebih menurut pada orang tuanya. Bekerja dengan giat dan lebih mandiri. Arraz tergolong sukses di usia muda. Awal-awal dia lulus SMA memang sudah sering ikut bisnis bersama ayahnya. Dan kini Arraz sudah memimpin anak perusahaan ayahnya yang dia kembangkan menjadi besar. Bahkan sudah hampir sama dengan perusahaan induk yang dipimpin ayahnya. Itulah kenapa Jackson disuruh belajar bisnis pada Arraz oleh ibunya.

"Tante Mia kebangetan deh, masa iya gue disuruh-suruh gotong meja kayak gini." Gerutu Arraz yang baru saja tiba dari sekolah playgroup yang merupakan yayasan milik Mia.

"Lo baru pertama aja ngeluh, lah gue sering kayak gini, Raz." Keluh Jackson yang juga terlihat jengkel.

"Lo wajar lah, kan anaknya. Lah gue tamu." Arraz masih tidak terima. "Kayak gini mah gue ogah sering-sering ke sini." Lanjutnya.

"Alah lo manja amat, Raz!" Ejek Jackson yang kesal karena sepupunya itu terus-menerus menggerutu.

Mereka berdua kini berbaring di sofa besar ruang tengah. Ada seorang asisten rumah tangga yang datang membawakan mereka gelas minuman dingin yang mereka minta. Arraz baru saja tiba di sana semalam, lalu tidur di rumah Jackson. Paginya disuruh mengurus pembelian meja baru untuk salah satu sekolah playgroup yang berada di bawah naungan yayasannya. Belum sampai di situ, Arraz dan Jackson juga harus membawa meja itu ke sekolah playgroup yang dimaksud.

"Lo sering ke tempat kelompok bermain tadi?" Tanya Arraz mengubah topik.

"Beberapa kali sih. Gue kan disuruh gantiin posisi Papa di perusahaan, bukan buat jadi guru playgroup." Jawab Jackson sekenanya.

"Lo tau kedua anak kembar tadi?" Tanya Arraz menanyakan kedua anak yang dia temui di sekolah playgroup tadi. Aurora dan Ariel.

"Kayaknya gue belum pernah liat mereka sih. Kayaknya murid baru, soalnya kalo murid lama gue pasti pernah liat. Penampilan fisik mereka juga sangat mencolok. Kayaknya anak orang kaya deh." Jawab Jackson panjang lebar.

"Mereka berdua sangat cantik dan menggemaskan, Jack!" Arraz tersenyum dan mengingat pertemuannya dengan Aurora dan Ariel tadi.

Arraz merupakan anak tunggal, dia tidak memiliki saudara dan tidak dekat dengan anak kecil. Sepupu Arraz dari mamanya juga hanya Jackson. Dan Jackson juga jarang bertemu sewaktu kecil. Ditambah lagi Jackson banyak menghabiskan waktunya di luar negeri. Baru saat mereka besar ini saja menjadi akrab. Karena selain urusan bisnis, orang tua mereka juga ingin mereka lebih dekat. Saudara yang sekarang bisa dikunjungi. Keluarga Arraz dari ayahnya juga semua tinggal di luar negeri.

"Lo bukan pedofil kan, Raz? Lo gak demen anak-anak, kan?" Tanya Jackson tanpa berpikir. Laki-laki itu asal ceplos saja dengan ucapannya.

"Lo mau gue pukul?" Arraz melempar bantal yang dia gunakan untuk rebahan kepada Jackson. Tepat mengenai wajah Jackson yang sedang tidur terlentang.

Milik Kita (Sequel Bukan Milikku) [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang