33 - Calon Istri

8K 671 42
                                    

Selamat membaca 💛

___

Milly selesai dengan acara pelatihannya. Wanita itu berpamitan terlebih dahulu pada pemilik rumah dan pesertanya. Milly sangat senang karena banyak yang minat. Ada sebelas remaja yang ikut pelatihan tersebut. Milly melakukannya secara gratis, murni untuk membantu mereka. Milly merasa harus berbagi ilmu untuk mereka yang membutuhkan. Milly pernah merasakan hidup sengsara.

"Baiklah temen-temen semua, Kakak pamit dulu ya. Sampai jumpa lain waktu." Ujar Milly seraya tersenyum lembut.

"Baiklah Kak, terima kasih banyak atas ilmunya. Sampai jumpa lagi." Balas mereka dengan sopan.

"Saya pamit dulu ya, Bu. Saya harus menjemput anak-anak saya juga." Milly pamit pada ibu-ibu pemilik rumah.

"Iya, Nak Mill. Terima kasih banyak atas kesediaannya mengajari mereka." Ujar ibu itu dengan ramah.

"Saya permisi."

"Hati-hati di jalan."

Milly mengangguk dan berjalan ke arah motornya. Milly membunyikan klakson motor dan melenggang pergi dari halaman rumah warga tersebut.

Siang ini Milly akan menjemput Aurora dan Ariel di rumah Jackson. Arraz tentu saja belum pulang dari kantor. Sebab itu Milly akan ke sana terlebih dahulu. Arraz juga menyuruhnya untuk ke rumah Jackson. Nanti Arraz akan menjemput anak-anak di sana. Meski Milly nanti akan pulang ke rumahnya sendiri.

Milly harus mengurus Aurora dan Ariel dulu. Milly tidak ingin merepotkan Tante Mia lebih banyak lagi. Arraz juga pasti lelah sehabis pulang kerja. Selain itu, Arraz masih terhitung payah dalam mengurus anak-anaknya. Jadi Milly harus memastikan semuanya beres setelah Arraz pulang nanti.

Sampai di rumah Tante Mia, Milly segera membuka pintu gerbang. Lalu menuntun motornya masuk ke dalam. Setelah itu mengendarainya menuju depan rumah. Milly turun dari motor, tiba-tiba teringat kalung pemberian Arraz. Milly menyentuh benda melingkar yang ada di lehernya itu. Masih aman, Milly hanya memastikan benda itu tidak hilang.

Milly mengetuk pintu dan Mia menyahut dari dalam. Menyuruh Milly langsung masuk saja. Milly masuk dan berjalan ke arah sofa besar yang digunakan untuk bersantai. Mia dan kedua buah hatinya ada di sana. Mereka bermain masak-masakan. Sepertinya Mia membelikan mereka mainan baru.

"Mama!" Seru Ariel yang pertama kali melihat sosok Milly.

"Mama datang!" Sahut Aurora senang.

Milly tersenyum senang disambut oleh anak-anaknya. Mia juga menepuk sofa di sebelahnya untuk Milly duduk. Milly mengangguk dan duduk di sebelah Mia. Aurora dan Ariel kembali bermain di karpet yang ada di depan sofa.

"Gimana pelatihannya, Mill?" Tanya Mia perhatian.

Mia sama seperti Mei yang tak memiliki anak perempuan. Bahkan anak Mia juga hanya satu, Jackson saja. Mia merasa senang dengan kehadiran Milly di sana. Mia bahkan berpikir jika Milly bukanlah ibu dari anak-anak Arraz. Mia akan menjodohkan Milly dengan Jackson. Wanita itu baik dan lemah lembut. Mia menyukai sifat Milly. Tapi Mia senang setidaknya keponakannya itu tidak salah memilih wanita lagi. Kembali memperjuangkan Milly yang pernah disia-siakannya.

"Lancar, Tante. Banyak yang ikut." Milly tersenyum senang.

"Bagus kalau gitu, semoga kamu sukses terus." Mia ikut senang.

"Apa anak-anak ngerepotin, Tante?" Tanya Milly khawatir.

"Enggak kok, Mill. Mereka berdua anteng-anteng aja. Tadi Tante ajak ke market, Tante beliin mainan. Mereka sopan banget, bilang makasih terus sama Tante." Mia menceritakan tentang Aurora dan Ariel.

Milik Kita (Sequel Bukan Milikku) [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang