Happy reading 🤗🤗
___
"Ada Aunty Lila ke sini." Ucap Aurora dengan ekspresi yang sangat gembira.
"Astaga, bisa bahaya ini." Milly menatap panik pada Arraz yang tidak tahu apa-apa.
"Kenapa? Ada ap-"
Belum sempat Arraz menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba seseorang muncul di belakang kedua putrinya. Nampak raut terkejut dan juga tak percaya di wajah gadis itu. Sheila, melotot ke arah Arraz yang berdiri tak jauh darinya. Membuat rasa ngeri muncul dari dalam dirinya.
"Ya Tuhan." Sheila menutup mulutnya tak percaya.
"Bajingan lo!" Sheila menerobos Aurora dan Ariel kemudian menerjang ke arah Arraz.
Tanpa berpikir panjang Sheila langsung memukuli tubuh Arraz. Bahkan tas jinjing yang dia bawa sudah menghantam wajah Arraz berkali-kali.
"Lo ngapain di sini, hah?" Kembali lagi Sheila memukuli tubuh dan wajah Arraz.
"Bangsat lo! Lo mati aja sana!" Umpat Sheila tak bisa mengontrol diri.
Sheila menunduk kemudian melepas sepatunya. Baru hendak mengayunkan ke arah Arraz begitu teriakan menghentikan aksinya.
"Aunty Lila jangan jahatin Om Adam!" Teriak Aurora histeris.
"Itu Om Adam kami, Aunty!" Ariel tak kalah histeris.
Sheila mengetatkan rahangnya. Memakai kembali sepatunya. Kemudian menginjakkan sepatu hak tinggi itu ke kaki Arraz. Membuat pria itu meringis kesakitan.
"Urusan kita belum selesai." Sheila menunjuk Arraz dengan bengis.
"Shei, udah! Ada anak-anak." Milly menegur pelan.
Sheila bergerak ke sisi tubuh Milly berbisik pelan,"Adam yang dimaksud anak-anak itu si brengsek ini?"
Milly mengangguk sebagai jawaban, belum ingin menjelaskan lebih. Apalagi saat melihat kedua putrinya itu menghambur ke arah Arraz. Memeluk kedua kaki Arraz bersamaan. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Arraz. Membuat Milly tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kedua anaknya itu sudah terlanjur sayang pada ayah biologisnya.
"Om Adam gak apa-apa?" Tanya Aurora lembut.
"Gak apa-apa, Sayang. Aunty Lila hanya bercanda." Ucap Arraz berbohong.
Arraz melirik ke arah Sheila sebentar. Kemudian segera mengalihkan pandangan begitu mendapat tatapan tajam dari Sheila. Sebenarnya Sheila memang lebih menakutkan daripada Milly. Sejak dulu memang Sheila lebih bar-bar dan sedikit menyeramkan aksi nekatnya.
"Mama, bantuin obatin Om Adam." Pinta Aurora dengan suara serak, gadis kecilnya itu hampir menangis.
"Lain kali Aunty Lila becandanya jangan mukul-mukul!" Pinta Ariel juga.
"Gak usah, dia kan udah gede. Bisa ngobatin sendiri." Jawab Sheila cepat.
"Ara ngomong sama Mama, Aunty." Ucap Aurora memelas.
Sheila menghela napas. Mereka berdua belum tahu saja bagaimana brengseknya ayah mereka dulu. Namun Sheila juga tidak bisa menyalahkan mereka. Yang salah jelas Arraz. Kenapa laki-laki itu bisa bertemu mereka. Sheila tidak mau Milly terluka lagi karena laki-laki itu.
"Ajak Om Adam keluar, Sayang. Om Adam bisa obatin sendiri." Milly tersenyum kecil pada kedua buah hatinya.
Aurora dan Ariel terdiam karena penolakan ibunya. Arraz yang tahu situasi pun memilih untuk tidak memperkeruh suasana. Laki-laki itu kemudian mengajak Aurora dan Ariel keluar dari dapur. Mencari kotak obat untuk mengobati luka lecet dan lebam di wajah dan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milik Kita (Sequel Bukan Milikku) [Telah Terbit]
RomanceTelah terbit di Gente Books! Novel Bukan Milikku dan Milik Kita terbit jadi 1 buku ya, Guys. Judulnya jadi Bukan Milikku (Milik Kita). Untuk info pemesanan bisa hubungi Author! 🧡 ___ Perasaan bersalah menghantui Arraz selama lima tahun terakhir. Aw...