Dimas Dan Masalah

796 127 19
                                    

Sebut saja namanya, maka dia akan lenyap saat aku mengetahui namanya.

Dimas Dan Masalah

***

Sepulang dari memancing bersama di rumah pak Elvis, Ari, Garta, Jerry, Jagad dan Darwin memutuskan untuk mampir makan bakso di dekat komplek Garta. Mereka berlima makan dengan hikmat di ujung meja paling pojok dengan Garta dan Ari yang bersebelahan dan menghadap Jerry dan Jagad serta Darwin. Kadang Jerry akan memulai obrolan dan di sambut dengan omongan tidak jelas dan tidak nyambung milik Ari. Jagad hanya ikut nimbrung kalau dia mengerti omongan dua teman seangkatan yang beda kelas dengannya itu, Garta tidak ikut berbicara, dia diam saja sambil menyantap baksonya sedangkan Darwin sendiri memilih ikut Garta yaitu diam.

"Jadi, gue sama Garta bakal ke rumah dia sebentar sekedar mampir. Gue juga mau main di rumahnya Garta" Ujar Ari sambil meneguk habis air minumnya. "Nggak nanya sih"

"Gue cuma bilang, lo dari tadi ngegas mulu deh, Dar" Darwin mendengus.

"Gini loh, gue tuh iri anjir. Lo begitu apa gimana? Jiwa iri gue bergelora" Jelas Darwin sambil menusuk-nusuk baksonya kesal. Ari hanya bergumam kata ejekan pada Darwin.

"Carilah, gue denger dari bang Chandra lo lagi incar senior lo yang udah kuliah ya?" Kata Ari. Darwin hanya menghela nafas. "Masalahnya dia udah ada pacar"

"Lah, terus? Lagian nih ya, mereka belum nikah. Belum buat janji depan Tuhan, ngapain nyerah? Aneh lo" Jerry ikut nimbrung dalam pembahasan perasaan Darwin.

"Ya, kalau itu gue tau. Tapi, ini si kakak sama pacarnya udah saling tau keluarga. Malas gue nanti di kata apaan"

"Gue aja deketin Dek Reza aja santai tuh padahal dia dekat sama senior yang udah lulus tahun lalu terus udah kenalan sama orang tuanya. Udah sih, sebelum dia di pinang lo gebet sampai sukses" Jagad juga ikut memberi petuah.

"Beneran nih? Boleh aja? Takutnya gue di sebut perusak hubungan orang" Garta yang melihat itu merasa sedikit tidak enak hati karena diam saja. "Lo liat aja temen lo yang disebelah gue ini. Dia juga nekat dekatin gue yang dulu juga dekat sama Dimas bahkan mamanya Dimas sering main di rumah tapi tetep aja dia nekat. Udah sih, tiru aja si Ari" Ceplos Garta santai.

"E-eh, Garta jadi maksudmu aku ini keren gitu?" Garta menggeleng membuat Ari cemberut. "Kamu nggak keren, udah cepet makannya habis itu pulang" Ari nurut saja lagian baksonya sudah sisa sedikit.

"Lo berdua emang mau kemana lagi?" Tanya Jerry. "Nggak kemana-mana sih, cuma gue mau main di rumah Garta aja. Kan udah gue bilang tadi"

"Ya, kirain aja dari rumah Garta otw ke tempat lain gitu" Lanjut Jerry.

"Nggak ada, udah habis nih. Ayo pulang" Garta mengangguk. Dia pergi membayar bakso mereka. Tidak, ini bukan traktiran melainkan niat makan bersama dengan bayaran secara patungan. Mana mau Ari mentraktir mereka semua.

"Pulang duluan ya kita berdua, Darwin usaha njing" Ari melambaikan tangan kanannya lalu menggenggam Garta menggunakan tangan kirinya.

Keduanya keluar dari warung makan bakso pinggir jalan itu. Menuju rumah Garta, jalan berduaan dengan Ari yang banyak cerita dan Garta yang hanya mendengarkan.

"Ini kalau pohon-pohon bisa bicara mereka iri sama kita loh, Garta" Garta menoleh ke arah Ari, sedikit mendongkak. "Emang iri kenapa?"

Arimatheo ||sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang