Kencan Pertama

977 138 16
                                    

Kencan dengan dia itu berbeda, rasanya aneh tapi ternyata menyenangkan dan aku paham bahwa si bodoh itu adalah versi terbaik dari diriku.

Kencan Pertama

***

Sepulang sekolah Ari dan Garta langsung menuju ke tempat janji subuh tadi. Ini semua desakan Jerry dan rayuan Jagad yang membuat Garta akhirnya mau padahal subuh tadi anak itu setuju saja tanpa berat hati, dasar tsundere. Dan karena ulah Garta yang menunda-nunda waktu Ari terpaksa ikut jalan pintas saja. Ini niat Garta dari awal, dia malas jalan di jalan besar lebih baik ikut jalan tikus.

"Garta cintaku, manisku kenapa sih nggak mau langsung naik motor aja, malah drama dengan duo keong lagi" Omel Ari. "Lagian semalam di telpon kamu mau-mau aja tuh, dahlah males ngomong sama kamu"

"Ini lagi ngomong sama aku, udah deh kamu bawa motornya yang bener" Jawab Garta santai. Ari mendengus di depan sana.

Mereka berdua saling diam, hingga tiba di tempat yang ingin di tuju Garta sedari turun dari motor terus saja menggumamkan tiga kata seperti 'WOW', 'KEREN', dan 'LUAR BIASA!' karena mendengar itu Ari tersenyum penuh percaya diri. Mereka berada di tempat Ari dan bang Kaesang dulu, rumah pohon yang terlihat rapi dan penuh bunga, sebenarnya itu bunga mama yang mereka curi dari rumah, dasar anak muda!

"Ayo, naik Garta cintaku, manisku" Ajak Ari, dia membiarkan Garta naik duluan baru di susul dia. Garta masuk ke dalam rumah pohon lalu di susul Ari. Keduanya duduk bersebelahan.

"Kamu nggak pernah cerita punya rumah pohon, Ri" Ungkap Garta dengan mata yang memandangi seisi rumah dari kayu itu. "Hehe, sebenarnya sengaja. Waktu pacaran sama kamu baru aku kasih tau"

"Apa sih! alay" Bilangnya begitu tapi telinga dan wajahnya memerah. "Kamu malu?"

"Apa? malu? apa itu malu?" Pertanyaan di jawab pertanyaan tapi bukan membuat Ari kesal melainkan gemas. Dia memeluk Garta dari samping lalu ketawa. "Manis banget dong Garta cintaku, manisku"

"Ari" Panggil Garta sambil menoleh ke arah Ari. "Iya, Garta cintaku, manisku"

"Kamu kok manja sih!" Ceplos Garta dengan raut wajah kesal tapi bukan membuat Ari akan sakit hati melainkan makin menjadi-jadi.

Dia mencium pipi Garta lalu tertawa dengan keadaan masih memeluk Garta dari samping. Garta yang di begitukan hanya mendengus, sudah terlampau biasa pipi mulusnya di cium oleh Ari si menyebalkan yang sayangnya adalah kekasihnya.

"Garta cintaku, manisku" Garta hanya menoleh lalu mengernyit pelan. "Kenapa?"

"Aku sayang kamu" Ucap Ari enteng dengan mata yang menatap tepat pada mata kelam milik Garta, senyum lembut lalu sebuah pelukan penuh cinta di berikan Ari untuk Garta.

"Garta cintaku, manisku. Sama aku aja terus sampai kita nikah terus bikin anak" Awal yang manis berakhir karena mulut frontal Ari. Pukulan masuk tepat di pundak Ari diberikan Garta.

Walau begitu pelukan Ari masih betah berada di sana. Garta memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam wangi tubuh Ari. Mereka sepasang kekasih yang baru jadian jelas mereka akan terus menabur kemesraan walaupun sudah berlalu begitu saja tapi seperti Ari tidak akan mengubah apapun itu terlebih perasaannya untuk Garta.

"Garta cintaku, manisku. Mau kemana sehabis ini?" Tanya Ari, dia melepaskan pelukannya. "Di sini aja, keren tau!"

"Ya udah, sampai sore. Biasanya disini kita bisa lihat senja loh" Garta mengangguk. Keduanya duduk sambil cerita, lebih mendominasi Ari dibanding Garta. Garta hanya memandang wajah Ari yang terus memanggil namanya dengan tidak lupa panggilan tetap yang entah sejak kapan sudah menjadi kebiasaan untuknya 'Garta cintaku, manisku' terasa begitu manis dan nyaman di dengar Garta.

"Bapak bilang kalau mau nikah harus sukses dulu tapi kalau buat anak nggak perlu tunggu sukses eh tiba-tiba sendok kena kepala bapak, kamu tau siapa yang lempar? Bapaknya bang Badrol" Tawa Ari terdengar. Garta hanya mengulas senyum. "Terus?"

"Ya, bapak ngadu kesakitan tapi malah di hujat sama om. Untung aja sih ada mama sama tante" Ari memandang ke langit-langit atap. "Garta cintaku, manisku. Seneng nggak sama aku ke sini?"

"Seneng" Jawab Garta, dia masih betah memandangi Ari. "Kapan-kapan ke sini lagi, ya, Ri" Ajak Garta.

"Iya, pasti" Keduanya kembali diam. Hingga waktu menunjukkan pukul 15.40 sore, Garta memilih menaruh kepalanya di bahu Ari sedangkan Ari diam saja, otaknya sedang memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah hari ini untuk Garta.

"Ari" Tiba-tiba Garta memanggil Ari, wajahnya sedikit menoleh ke atas untuk menatap Ari.

"Iya, Garta cintaku, manisku?" Jawab Ari.

"Lagi mikir apa?" Sebenarnya Ari agak sedikit kaget dengan perubahan Garta tapi mengingat ucapan Jagad di kantin tadi membuat Ari tidak mampu untuk tidak menahan senyum. Ari ingat betul ucapan Jagad tadi.

"Ri, Garta itu kagak emosi sama lo hanya aja kadang dia kesal lo suka gombalin anak cewek lain tapi di sisi lain suka banget caper ke dia, taulah modelan Garta gimana. Syukur sih lo sama dia udah jadian jadi nggak perlu repot-repot gue buat jelasin ke lo" Ucap Jagad saat itu, walau agak kesal dengan kata 'caper' yang di artikan padanya tapi Ari setuju kalau dia memang genit.

"ARII!" Teriakan Garta membuatnya kembali kepada kenyataan. Dengan wajah bingung dia menatap Garta.

"Kenapa?" Tanya Ari bingung. "Aku nanya loh, kamu mikir apa?"

"Oh, mikir soal kamu, hehe" Cengiran polos milik Ari terlihat membuat Garta mau tidak mau tidak bisa menahan senyumnya.

"Oh, ya? Mikir apa?"

"Mikir kenapa bisa kamu manis banget" Berakhir dengan tawa Ari dan pelukan gemas untuk Garta.

Mereka memiliki kesamaan seperti mereka suka menceritakan hal menarik bagi mereka, kencan mereka tidak seperti kencan biasanya. Hanya di rumah pohon dengan cerita sambil menunggu senja tapi Garta suka itu.

Hingga senja tiba, keduanya berdiri di luar rumah pohon dengan tangan Garta yang menggandeng lengan Ari. Garta terus saja menatap lurus ke arah senja dengan binar mata yang begitu kentara sekali sedangkan Ari malah memandangi Garta dari samping.

Hidung mancung, pipi bulat, rahang tegas, serta bibir yang berisi, bulu mata yang lumayan lentik serta sorot mata polos milik Garta cintaku, manisku begitu indah.

"Cantik banget ini senjanya, Ri" Ucap Garta yang langsung menoleh ke arah Ari.

"Iya, kamu cantik banget" Senyum Ari lalu mengusak rambut Garta pelan tidak lupa kecupan lembut di pipi Garta.

Setelah sehari bersama di rumah pohon, tepat jam tujuh Ari mengantar Garta pulang rumah. Garta turun dan lalu berdiri di sebelah Ari yang berada di atas motor, Yang lebih dominan tersenyum lalu merapikan rambut Garta.

"Masuk gih, kirim salam buat tante ya. Nanti kapan-kapan aku main ke rumah" Garta mengangguk.

"Ari" Ari mengernyit. "Iya, Garta cintaku, manisku?"

"Lepasin helmnya dulu" Tanpa pikir panjang Ari melepaskan helmnya lalu semenit kemudian kecupan penuh sayang di berikan Garta tepat di pipinya.

"Pulang sana! aku usir" Berakhir tawa Garta yang membuat Ari sadar. "Aku sayang Garta cintaku, manisku, hehe"

Setelah itu Ari menarik gas menuju rumah. Meninggalkan Garta yang menatapnya dengan kedua telinga serta pipi yang memerah, lucu sekali.

To be continued

Gimana? ngefeel? bayangin aja rumah pohonnya. Aku belum bisa up fotonya, wattpad gangguan lagi.
KOMEN dong! suka baca komenan kalian. Aku pengen buat cerita SUNGJAKE lagi tapi belum namatin dua cerita yg lagi aku tulis jadi menurut kalian gimana? kalau kalian setuju aku bakal up tapi bakal jarang up karena lebih fokus buat dua cerita awal ini, cerita Ari-Garta lalu Latitude Java. Ngomong-ngomong, mau yang mana dulu yang di tamatin?

Arimatheo ||sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang