Puji Tuhan, Sudah Sehat

714 114 9
                                    

Nyatanya yang bahagia belum tentu tak merasa sedih.

Puji Tuhan, Sudah Sehat

***

Sejak kejadian Aldo yang jujur dengan perasaannya. Garta dan Ari semakin tak terlepaskan. Sebenarnya itu karena memang Ari sudah bucin kuadrat pada Garta. Seminggu berlalu dan hari ini adalah ujian mereka, Ari memutuskan untuk belajar bersama Garta. Ya, sekalian modus sebenarnya. Pagi itu, Ari duduk di teras depan rumah Garta, menunggu pemuda manis yang sekarang adalah kekasihnya sembari bersiul pelan menikmati angin dingin di pagi hari. Kebiasaannya yang suka bersiul terkadang menyebalkan bagi beberapa orang karena siulan Ari seperti siulan hantu ketika kita menonton film di bioskop.

"Ariiii, ayo!" Garta muncul dari balik pintu. Dia tersenyum lebar lalu menarik tubuh Ari untuk segera berdiri membuat si empunya terkekeh pelan.

"Iyaaa, iyaaa.. ini langsung ke sekolah apa keliling dulu ya?" Candanya pada Garta. Dia menggenggam tangan si manis lalu membawa tautan tangan itu kedalam saku jaketnya. "Keliling matamu, kita nggak boleh keliling. Hari ini ujian kalau kamu lupa"

Ari tertawa, lalu mengangguk saja. Dia melangkah menuju motor di susul Garta. Kemudian dia menaiki motornya begitupula Garta. Hari itu keduanya mengawali pagi dengan membuat adegan mesra yang di tonton oleh bang Leo dari dalam rumah tanpa sepengetahuan mereka.

"Hhhhh, Dim... Dim. Gimana mau ngedeketin adek gue kalau lo sebelum mulai udah kalah duluan" Gumamnya pelan sambil menatap kepergian Ari dan Garta.

•••

Pagi itu kelas tampak sunyi, hanya terdengar dentingan jam dinding bersama dengan bunyi pena dan pensil yang di goreskan pada kertas. Garta mengerjakan LJK dengan fokus sedangkan Ari hanya diam saja sambil sesekali menatap punggung Garta.

Dia tersenyum pelan, mengingat kejadian kemarin-kemarin saat dia sakit. Lucu jika dia mengingat lagi. Dimana Garta tiba-tiba saja meneleponnya sambil menangis. Katanya Ari pergi dari hidupnya.

"Ari..." Saat itu suara Garta terdengar serak. Ari yang saat itu belum sembuh sepenuhnya di buat kaget oleh panggil dari Garta.

"Ta, kenapa? Kamu nangis?" Tanya Ari kebingungan.

"Ari... Jangan pergi ya" Dan setelah itu kekehan di berikan Ari.

"Nggaklah, ngapain. Aku nggak kemana-mana" Dia bisa mendengar helaan nafas disana. Ari harap Garta tidak menangis lagi.

"Garta cintaku manisku, aku nggak kemana-mana. Ini cuma sakit biasa. Kalau aku pergi, wah aku brengsek banget nggak nepatin janji aku. Mimpi buruk ya soal aku? Udah, jangan di pikirin. Itukan cuma bunga tidur, aku masih disini loh, Ta. Takut kehilangan itu artinya cinta" Di akhiri tawa Ari.

"Ri..."

"Garta, aku nggak apa-apa. Kamu tidur ya? Ini jam satu loh. Aku juga mau tidur, kepalaku sakit. Tapi tenang aja! Aku nggak apa-apa. Tidur ya, Ta. Jangan mikir yang aneh-aneh. Awas aja aku liat kamu masih online"

"Iya, aku matiin" Setelah itu panggilan berakhir.

Ari ingat itu. Terkadang tanpa Garta sadari. Dia sering menunjukkan rasa sayangnya walau terkadang sulit di pahami oleh Ari. Garta itu unik. Terlalu indah untuk Ari tinggalkan.

Setelah sejam lebih mengerjakan LJK. Akhirnya waktu istirahat tiba. Ari, Garta, Jerry, dan Jagad pergi ke kantin. Di sana mereka duduk bersama-sama dengan gebetannya Jagad. Ya, sekalian di kenalin secara resmi kepada teman-teman Jagad.

"Jadi gue tadi ngerjainnya asal cap cip cup doang" Sahut Jerry di akhiri tawa. "Lo cap cip cup. Gue dong itungin kancing" Sambung Ari.

"Terlalu biasa. Kayak gue dong jawabnya percaya diri, ya... Walau belum tentu bener" Lanjut Jagad dengan kekehan.

"Kalian emang nggak waras, belajar lagi!!" Omel Garta. Ari hanya mengulum bibir menahan senyumnya. "Iyaaaa" Jawab ketiganya.

Asik cerita, tiba-tiba notifikasi masuk pada handphone Garta yang memang kebetulan -tidak bisa di bilang kebetulan juga- ada di dekat Ari jadi anak itu bisa melihat siapa yang mengirim chat.

Kak Dimas

Selamat pagi, Garta.
Gue mau ajakin lo nonton di bioskop bareng. Bolehkan?
Ngomong-ngomong gue denger pacar lo sakit, berarti bisakan gue sama lo jalan buat nonton doang?
09.44

Lantas Ari pun mengambil handphonenya Garta, lalu membuka password yang memang Ari ketahui kemudian membalas chat dari Dimas.

Selamat pagi, kak Dimas.
Garta-nya nggak mau dan nggak bisa jalan sama kak Dimas. Dan soal Ari, dianya Puji Tuhan, sudah sehat kak. Ngomong-ngomong yang jawab ini pacarnya Garta, namanya Ari.
😊🤭😚😔🙀🥰😵
09.45

Lalu dia mengirim pesan suara pada Dimas. Nekat sekali. Garta yang duduk di sebelahnya hanya diam saja. Walau sedang menahan senyum saat membaca jawaban dari Ari.

⏸️🔘——————————
(pacarnya Ari lagi makan kak, jangan di ganggu. Niatnya, Garta mau jalan sama gue nanti nih. Jadi bisalah buat lo nggak ganggu soalnya lo bukan bagian yang penting untuk Garta. Gue harap aja lo cepet sadar. Masa mau ngehaluin pacar gue terus, bang? Nggak malu lo? aduh gue ngomong panjang-panjang yang ada lo denger telinga kanan keluar telinga kanan.)
09.46

⏸️🔘——————————
(tobat, bang. Mau lo usaha sampai ke dukun juga. Yang punya gue tetep punya gue.)
09.47

Tidak ada balasan dari Dimas walau anak itu sudah melihat pesannya. Ari tersenyum miring. Sedangkan teman-temannya malah tertawa terbahak-bahak karena kenekatan Ari menegur Dimas yang keras kepala. Garta sendiri terdiam saja walau hatinya sedang berantakan karena ucapan Ari.

ARI BRENGSEK!

Makinya dalam hati. Ari yang memang peka hanya menahan senyum. Lalu dengan cepat dia mengecup pipi Garta kemudian berlari meninggalkan kantin bersama teriakan teman-temannya dan Garta dengan matanya yang melebar kaget.

"ARI WOY! KAMPRET. DASAR MESUM!" Teriak Jerry keras.

Di sambut gelak tawa Jagad dan si adik kelas. "Ini mukanya si Garta udah merah. Ariii!! Cowok lo malu nih!" Imbuh Jagad.

Garta lantas melempar botol teh pucuk yang kosong ke arah Jagad. Dia akan memberi perhitungan pada Ari nanti, awas saja anak itu.

to be continued

Udah lama ya nggak sapa kalian. Halooo, aku up lagi nih. Ada yang nungguin nggak ceritaku ini?? Ngefeel nggak? Semoga suka ya!!  







Arimatheo ||sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang