Lantas mengapa 'ku masih menaruh hati? Padahal ku tahu kau telah terikat janji
─ Juicy Luicy
Aldo, Luka dan Kebenaran
Ari dan Garta masih betah untuk saling memeluk diri mereka hingga suara panggilan dari luar rumah terdengar. Garta tahu siapa yang datang. Aldo, orang yang jelas-jelas menunjukkan rasa ketertarikan terhadap kekasihnya. Garta menghela nafas, mencoba biasa saja dengan kehadiran Aldo nanti. Ari sendiri paham betul bahwa Garta sedang kesal terhadap Aldo apalagi mereka sempat saling bertemu di klub malam waktu itu. Ari menepuk pundak kekasihnya itu lalu memamerkan senyum manisnya.
"Kalau kamu nggak mau dia datang biar aku bilang dia ya buat kapan-kapan aja datang?" Gelengan tak setuju dari Garta. Dia berdiri lalu berkacak pinggang. "Biar dia datang terus lihat kalau Ari udah ada pacar"
Tawa Ari terdengar sedangkan Garta mendengus pelan lalu melangkahkan kakinya keluar kamar Ari. Dengan cepat menuju pintu depan dan membukakan pintu untuk Aldo. Saat membukakan pintu, Aldo sedikit terkejut dengan kehadiran cowok yang pernah menatapnya dengan tatapan tak suka dulu dan sekarang tatapan itu masih ada. Wajah datar miliknya terlihat namun Aldo tidak terlalu memperdulikan itu, dia hanya mau melihat keadaan Ari.
"Ari dimana?" Pertanyaan yang langsung di ajukan oleh Aldo membuat Garta mengangkat alis kanannya.
"Sopankah begitu? Lo nggak mau bilang selamat siang atau mungkin selamat sore?" Aldo mendengus geli lalu tersenyum tipis.
"Selamat siang oh salah, selamat sore Garta. Ari-nya dimana?" Garta tak menjawab melainkan melangkahkan kakinya ke arah kamar Ari dan di ikuti Aldo.
Saat mereka berdua tiba di kamar Ari, hal pertama yang keduanya lihat adalah Ari yang sedang memainkan game di handphone. Garta mendengus pelan, melangkahkan kaki menuju Ari lalu merampas cepat benda pipih yang layarnya menampilkan game online.
"Enak banget ya main game pas lagi sakit" Ari hanya cengengesan saja. Dia menatap Aldo kemudian melambaikan tangan ke Aldo. "Halo, Al"
"Hai, Ari. Lo kenapa bisa sakit?" Tanya Aldo.
"Kehujanan" Jawab Ari.
"Kok bisa kehujanan? Lo nggak berteduh?" Garta merotasi matanya ketika mendengar nada khawatir dari Aldo.
"Berteduh kok, di kasih pelukan hangat lagi tapi gue tetep sakit hanya aja sekarang udah enggak sakit" Aldo mengernyit heran. "Ini lo lagi kelihatan lesu gini bilangnya gak sakit?"
"Kan sampulnya doang, dalamnya udah sehat soalnya tadi di kasih ciuman sama Garta" Nampak terkejut. Aldo langsung mengembalikan raut wajah awalnya.
"Maksud lo? Kalian ciuman? Maksud gue, kok bisa...?"
"Bisalah, Garta kan pacar gue" Seakan ada yang sakit. Aldo memasang senyum paksa. Dia pikir Ari dan Garta masih seperti dulu, masih menjadi musuh dengan Ari yang nekat mendekati Garta. Ah, Aldo merasa bodoh, seharusnya dia bisa langsung menebak saat Garta membukakan pintu dan saat tadi Garta merampas ponsel milik Ari dengan raut wajah kesal seorang kekasih.
Hahaha, bangsat. Sakit banget
"Cepet sembuh ya, Ri. Ngomong-ngomong lo berdua pacaran sejak kapan?"
"Tiga minggu yang lalu" Ah, Aldo mulai ingat. Seminggu yang lalu saat dia main ke rumah sepupunya dia sempat melihat postingan milik Jerry yang menampilkan Garta, Ari, Jerry, serta Darwin dengan caption 'pasangan baru' Sialan, dia pikir itu untuk Jerry dan Darwin.
"Langgeng ya. Gue seneng dengernya perjuangan lo nggak sia-sia. Oh, iya. Gue nggak bisa lama-lama soalnya mau jemput mama" Pamit Aldo.
"Oalah, cepet banget tapi nggak apa-apa. Makasih ya mau jenguk gue, hehe" Cengir Ari.
"Santai" Aldo terkekeh pelan. Ari dengan cengirannya adalah hal terfavorit untuk Aldo. "Aku anterin Aldo dulu ya" Ucap Garta dan di angguki oleh Ari.
"Hati-hati, Al bawa motornya" Aldo mengangguk.
Kalau gini gimana gue gak berharap ke lo coba, Ri.
Diluar kamar Ari, tiba-tiba Aldo berhenti membuat Garta ikut berhenti di belakangnya. Garta mengernyit bingung ketika melihat raut wajah Aldo yang terlihat tidak semangat seperti awal datang tadi.
"Kenapa?" Tanya Garta Kebingungan.
"Selamat, gue pikir gue masih bisa dapetin posisi lo di hatinya Ari ternyata gak bisa ya? Sorry kalau kesan awal gue ke lo jelek, tapi gue nggak seburuk pemikiran lo. Gue tau batasan menyukai seseorang apalagi orang itu punya kekasih. Gue tau lo mikirnya gue bakal tetep deketin Ari walau gue tau lo sama Ari itu pacaran. Pemikiran lo salah, gue gak kayak gitu. Gue pikir lo sama Ari masih sebatas gebetan doang jadi gue seenak jidat datengin dan tunjuk tau disini. Gue minta maaf sekali lagi. Karena Ari udah ada di tangan yang tepat, gue mohon jaga dia. Dia.. dia terlalu berarti buat gue, sangat. Walau gue tau dia lebih berarti buat lo. Jaga dia ya, gue mungkin bakal muncul di depan lo sama Ari nanti tapi itu sebatas teman, gak lebih walau gue tau perasaan gue ke dia gak mungkin bisa hilang dengan mudah dan secepat itu" Garta tercekat, dia menatap Aldo dengan tatapan tak percaya. Selama ini dia pikir Aldo tahu hubungannya dengan Ari ternyata tidak.
"Gue bakal dukung hubungan kalian. Kalau ada masalah atau ada sesuatu lo bisa berbagi ke gue. Lo bisa jadiin gue temen buat curhat soal apapun itu, haha, kesannya gue sokab ya? Gue cuma mau berteman dengan orang yang buat Ari nggak bisa ngelihat gue lebih dari sekedar teman" Aldo menarik nafas dalam-dalam. "Jangan lepasin dia ya? Dia dapetin lo gak semudah itu, dan dia pernah bilang ke gue kalau dia dapetin lo, dia nggak bakal lepasin lo kalau lo nggak minta. Disini bukan hanya gue yang punya rasa sama Ari yang adalah pacar lo, ada orang lain yang mungkin lebih nekat dari gue buat dapetin salah satu dari kalian dan itu adalah lo. Gue harap lo bisa lebih hati-hati karena sehancur-hancurnya Ari, dia bakal lebih hancur kalau itu karena lo. Gue nggak niat ngancam lo, tapi.. kalau Ari hancur karena lo, gue harap lo paham bahwa waktu buat lo sama Ari udah berakhir" Aldo tersenyum teduh. Mengulurkan tangannya pada Garta.
"Berteman?" Tanya Aldo, senyum cerahnya terlihat sekarang berbeda dengan tadi, wajah datar dengan sorot mata tajam untuk Garta tergantikan dengan senyum manisnya. "Berteman" Jawab Garta sambil menjabat tangan Aldo.
Hari itu Garta paham bahwa penilaiannya untuk Aldo salah besar. Dan dia paham maksud Aldo soal orang lain yang ingin merebutnya adalah Dimas. Garta paham sekarang bahwa Aldo tidak seburuk penampilan dan tatapan tajam serta wajah datarnya. Itu hanya topeng, topeng yang di pakainya. Garta diam-diam berterima kasih pada Aldo karena berbaik hati untuk tidak mengganggu hubungan mereka.
Tapi... Seorang Dimas Wiruna tidak seperti Aldo. Dia nekat dan Garta paham itu dengan betul.
to be continued
Maaf ya baru up lagi, hehe. Soalnya sibuk banget akhir-akhir ini. Udah berapa lama ya aku nggak update soal Ari-Garta ya? Ada yang kangen sama cerita ini atau mungkin kangen authornya? bercanda kok. Ngomong-ngomong ini ngefeel nggak sih? btw jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arimatheo ||sungjake
Fiksi PenggemarAri narsis, Garta insecure-an. Ari ceria, Garta galak. Ari ramah, Garta judes. Ari teaser, Garta tsundere. "gue... sayang sama lo, sampai mau mati rasanya" "Gue emang selalu pantas buat di sayang, hehe"