Panggilan Tak Terjawab

649 104 12
                                    

Pada akhirnya semua yang tak inginkan terjadi.
–– Garta

Panggilan Tak Terjawab

Sore itu sehabis bermain PS dengan Darwin di rental PS. Ari memilih untuk langsung berangkat ke rumah Garta. Sebenarnya Darwin meminta satu kali lagi tapi Ari menolaknya dengan alasan mau menemani bapak pergi memancing, kalau Ari bilang karena ingin belajar bersama sang kekasih yang ada Darwin akan misuh-misuh sehari full hanya karena hal itu, katanya tidak setia kawan! Sudah ada pacar malah lupa teman! Terserah Darwin sajalah, Ari cinta mati sama Garta, di suruh ninggalin Darwin di hutan Amazon demi Garta pun Ari sanggupi. Tapi hari ini langit tampak mendung, mungkin akan hujan, pikir Ari. Jadi, anak itu memutuskan untuk membeli wedang jahe dan martabak untuk Garta cintaku manisku.

Sembari menunggu Martabak pesanannya jadi, Ari memilih memainkan handphonenya. Wedang jahe yang sudah di belinya di biarkan sementara di motor. Tiba-tiba panggilan masuk dari Garta cintaku manisku, membuat Ari melebarkan senyumnya.

"Halo, Garta cintaku manisku"

"Halo, jelek. Dimana nih?"

"Lagi nunggu martabak, yang"

"Kamu beli, martabak?"

"Iya, cinta"

"Tumben, kamu bajak om ya?"

"Dih, yakali. Aku nggak minta bapak buat kasih uang, ini sisa uang jajan yang di kasih tadi pagi, sayangggg makanya aku beliin kamu martabak, mau nggak?"

"Maulah, gitu dong. Kan enak jadinya, bisa belajar sambil makan"

"Iyalah, Ari gitu loh"

"Ari, habis beli martabak langsung ke rumah ya, ini mendung langitnya takut hujan, nanti kamu sakit lagi. Kalau kejebak hujan, neduh dulu ya, jangan main terobos, nggak boleh!"

"Iya, Garta cintaku manisku. Tenang, pacarmu ini nggak bakal terobos kalau nanti kejebak hujan. Aku nggak mau sakit ah, nanti Dimas ambil kesempatan lagi"

"Lagian kalau di ajak Dimas juga aku nggak bakalan mau"

"Ya iyalah, aku ini lebih ganteng di banding Dimas, jelas kamu bakal lebih mau sama aku lagian kamu cinta mati sama aku"

"Serah kamu aja deh"

Ari terkekeh mendengar dengusan dari Garta, hatinya sedikit terasa tenang mendengar suara pemuda imut di seberang sana.

"Mas, ini martabaknya" Bapak si penjual martabak itu memberi pesanan Ari, yang muda lantas memberi uang pas lalu berpamitan untuk pergi.

"Jalan dulu, pak" Sahut Ari, teleponnya masih tersambung pada panggilan dengan Garta, yang di sana mendengar suara Ari.

"Halo, Garta" Panggil Ari.

"Iya, aku disini, nggak ninggalin hape kok"

"Hehehehe, yaudah aku matiin ya. Mau jalan nih"

"Hati-hati! Nggak boleh ngebut, kalau hujan neduh"

"Siap, sayang"

Arimatheo ||sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang