Semacam kasih sayang yang 'ku berikan kepadamu
Meski tidak sehebat matahari untuk duniaAku Ingin
Now Playing — SOAL KITA - Suara Kayu
Langit terlihat terang, terik sekali dan Ari berdiri di depan pintu kelas sembari membawa sebuah buku bersampul biru yang ia pegang di tangan kanannya dengan sebungkus coklat yang terselip di dalam buku. Ari menaruh di meja milik Garta, disaat sang pemilik sedang fokus pada handphonenya, mengakibatkan Garta menghentikan aktivitasnya untuk sekadar melihat Ari. Lelaki itu hanya mengulas senyum, tidak seperti Ari yang dulu. Oh, Garta lupa. Mereka sudah asing.
"Ini." Lalu Garta menatap coklat itu dengan tatapan kebingungan.
"Hah?" Bingung Garta.
"Dikasih Dewi, karena manis. Jadi buat kamu." Setelah Ari berbalik, di dalam kelas tidak terlalu ramai, karena sebagian anak yang lain memilih untuk ke perpustakaan dan ada yang ke kantin. Kelas mereka tak ada guru, jadi berkeliaranlah anak muda-mudi itu.
Garta hanya menatap Ari dari jauh, mungkin benar kata orang bahwa melupakan sesulit itu. Garta masih merasa debaran-debaran yang dulu hinggap di dirinya, kini masih terasa semakin kencang. Lalu ia menatap sebungkus coklat yang terlihat luar biasa walau sebenarnya tak ada istimewanya.
Ari sendiri sudah keluar dari kelas, ia terkekeh pelan. Bukan, bukan karena bahagia atau merasa gemas dengan Garta, namun ia merasa dirinya sangat menyedihkan. Untuk berbicara dengan sang pujaan hati saja sesulit itu, ia ingin memperbaiki sesuatu yang rusak akibat di terpa angin kemarin lalu. Ari ingin menyusun kembali bangunan yang roboh itu agar tak usang selamanya tapi ia masih ragu, tak seberani dulu.
"Cemen lo, Ri." Ejeknya pada diri sendiri. Ia berjalan menuju kantin, ada yang rusak di dirinya ketika bang Kaesang pergi lalu tiba-tiba kembali baik setelah Garta mengisi harinya tapi tiba-tiba runtuh lagi. Ia bingung, apa masih bisa sembuh? Namun ketika melihat Garta, dia tahu bahwa dia bisa baik-baik saja karena lelaki mungil tersebut.
Setelah kepergian Ari, Garta memasukkan coklat itu ke dalam tas. Tak ingin ia apa-apakan coklat itu. Lalu ia kembali memainkan handphonenya walau isi kepalanya sedang di jajah oleh pikiran-pikiran semu, ia bertanya-tanya apa ada sedikit kemungkinan untuk kembali? Apa masih bisa ia sebut Ari miliknya? Atau sudah tak bisa? Ia ingin, ingin menarik kembali benang kusut yang disebabkan dirinya namun ia takut, takut bahwa benang itu ternyata sudah putus bukan kusut lagi.
Jerry bilang bahwa Ari masih berada disana, masih menunggu Garta. Maka ia ingin berlari pada Ari, mengejarnya seperti dahulu lelaki itu lakukan untuknya. Garta pikir, mungkin kali ini dirinya yang harus berusaha, bukan Ari lagi.
Maka ia berlari keluar kelas, menyusul lelaki itu kemana saja untuk mengatakan bahwa ia benci mereka seperti ini, bahwa dia ingin mereka kembali seperti dahulu disaat ia bisa memeluk Ari tanpa rasa canggung dan tak perlu berharap seperti sekarang, dia ingin ribut dengan Ari karena hal-hal kecil bukan seperti ini, seperti orang asing.
Ketika ia sampai di kantin, yang ia dapati adalah Jerry dan Jagad yang berdiri dengan Ari yang sibuk menelepon.
"Emang kapan?" Suara Ari bertanya, Garta hanya mendengar saja.
"Yaudah, nanti gue sama yang lain datang. Lagian kenapa juga undang gue ke acara ulang tahun adek lo? Kayak bocil aja gue." Omel Ari, tiba-tiba rasa was-was muncul pada Garta.
"Kenapa, Ri?" Tanya Jerry.
"Aldo undang gue ke ulang tahun adiknya, mana nyuruh gue bareng lo pada lagi." Seperti di sambar petir, ingatan Ari kembali pada saat ia dan Aldo mengobrol ketika Ari sakit.
Ia membeku, apa Aldo akan mengambil garis yang ingin Garta lalui?
"Dih, ulang tahun bocil." Sahut Jagad.
"Mau ngegebet Lo lagi kali? Kan dia tahu lo sama Garta udah putus." Mendengar itu Garta melihat Ari terdiam, karena tak ingin mendengar jawaban yang bisa saja tak di harapkan keluar dari mulut Ari, ia memilih pergi. Kembali ke kelas.
Mungkin belum pupus namun sudah abu-abu. Garta takut dan ketakutan mungkin akan menjadi nyata.
"Hanya putus bukan hilang. Gue sama Garta bakalan balik, balik kayak dulu." Ari tersenyum tipis, tadi ia dan Dewi berpapasan lalu mengobrol sedikit.
Ari ingat saat Dewi bilang kalau ia sempat melihat Garta menatap foto mereka berdua, dia juga kedapatan melihat wallpaper handphone Garta masih foto mereka berdua.
Ari tahu mereka belum pupus.
"Gitu dong! Ini baru Ari, kemarin lo pasti lagi kemasukan setan. Masa lo mau Garta sama Dimasu sih!" Jerry merangkul temannya itu.
"Yoi, masa lo mau sama Aldo? Yang ada lo sama dia udah nggak perjaka duluan." Sambung Jagad yang membuat ketiganya tertawa.
Ari ingin kembali maka dia akan kembali dan dia tahu bahwa Garta masih di posisinya, posisi sebagai bagian dari hal terpenting milik Ari.
Ia akan kejar, kejar sampai dapat.
to be continued...
Gimana??
KAMU SEDANG MEMBACA
Arimatheo ||sungjake
FanfictionAri narsis, Garta insecure-an. Ari ceria, Garta galak. Ari ramah, Garta judes. Ari teaser, Garta tsundere. "gue... sayang sama lo, sampai mau mati rasanya" "Gue emang selalu pantas buat di sayang, hehe"