Ketika hujan turun maka sakit melanda. Ketika kamu pergi dariku maka lumpuh dalam perasaan melandaku.
Demam Dan Pelukan Hangat
Setelah aksi gula-gula dan panggilan 'baby' yang membuat Garta merutuki mulut frontal seorang Ari. Bukan apa ya? Tapi Garta malu, bahkan Ari tahu hanya saja dia dan sikap bodohnya itu malah membiarkan kekasihnya yang manis semanis madu itu malu. Mereka pulang bersama, langit sudah menggelap dan tak nampak sekalipun bintang-bintang serta bulan, malam itu terlihat suram sekali langitnya. Sepertinya hujan mulai menguasai langit malam itu. Di atas motor Garta memeluk Ari dengan jaket Ari yang di pakainya sedangkan Ari sendiri hanya memakai baju seragamnya dengan helm.
Belum sampai di rumah tapi hujan sudah beruntun menyerang bumi. Membasahi dua insan yang sedang berada di atas motor itu.
"Aduh! Ari, kita berteduh aja ya?" Sedikit berteriak agar di dengar sang kekasih.
Ari menyetujui saran dari Garta. Mereka berteduh di warung pinggir jalan. Turun dari motor, Ari langsung mengebas-ngebas bajunya serta menggosok tangannya lalu menangkup wajah Garta, sengaja biar memberi kehangatan pada yang di dominasi.
"Maaf ya, seharusnya tadi aku agak cepat waktu make sepatu" Sesal Ari, dia menatap penuh rasa menyesal pada Garta. "Nggak usah minta maaf, aku nggak apa-apa kok. Harusnya aku yang nanya sama kamu, kamu nggak apa-apa? Ini bajunya basah gini" Garta memegangi baju Ari yang sudah basah sekali untung saja dia memakai baju kaos di dalamnya.
"Nggak kok, hehe. Kalau ada Garta di samping aku, aku aman" Dengusan Garta terdengar, dia gemas dengan Cengiran sang kekasih.
"Hujannya kapan berhenti ya? Kalau masih lama nanti kamu bisa flu, bisa demam"
"Mungkin dikit lagi bisa reda, hujannya pengertian kok tenang aja"
"Mana ada hujan pengertian, Ariiiii? Ada-ada aja sih kamu" Garta mengacak-acak rambut Ari gemas.
"Beneran loh, dulu yang aku telat masuk terus kita di suruh kumpul di kelasnya Jagad kan hujan tuh? Aku sempat kompromi sama dia biar berhenti pas jam delapan eh beneran dong, Garta cintaku, manisku"
"Hebat dong ya kalau gitu. Ya udah, hujan aku mau kompromi sama kamu! Biarin aku sama Ari pulang yaaa? Nanti dia sakit kalau masih kejebak disini" Tawa Ari terdengar, dia memeluk Garta dengan gemas. "Kenapa imut banget sih? Gemes aku lihatnya"
"Aku emang imut, Ariii. Kamu aja yang nggak sadar"
"Iya deh iya. Oh, aku baru sadar kalau hanya kita di sini. Warungnya juga udah tutup" Sahut Ari kembali, dia memandang ke arah langit malam.
"Iya, kita berdua aja. Dingin banget lagi. Aku yang pakai jaket aja masih rasa dingin apalagi kamu"
"Nggak kok, nggak apa-apa" Garta menggeleng heboh dengan wajah di tekuk.
Dia berjongkok lalu menyuruh Ari ikut melakukan kegiatannya. Yang lebih kecil menggosok tangannya sampai hangat lalu menangkup wajah Ari seperti yang di lakukan Ari tadi padanya. Dia menatap Ari yang juga menatapnya dengan senyum manisnya, tatapan Ari seakan memuja keindahan di depannya.
Bener-bener deh, Tuhan kayaknya mau pamer karena bisa nyiptain makhluk indah kayak Garta.
"Garta cantik ya, aku suka" Ujar Ari tiba-tiba. Dia mengusak lembut rambut Garta. "Aku suka sama Garta, seriusan sampai sukanya jadi cinta"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arimatheo ||sungjake
FanfictionAri narsis, Garta insecure-an. Ari ceria, Garta galak. Ari ramah, Garta judes. Ari teaser, Garta tsundere. "gue... sayang sama lo, sampai mau mati rasanya" "Gue emang selalu pantas buat di sayang, hehe"