Tidak ada yang tahu akhirnya bagaimana.
Soal Cerita Lain
***
Hari itu adalah hari terakhir tryout, selama masa tryout Ari, Garta, Jagad dan Jerry sering belajar bersama. Alasannya agar di Ujian Nasional nanti mereka setidaknya bisa menjawab soal dengan baik agar bisa lulus walau dapat nilai rata-rata. Garta tidak peduli dengan itu, yang penting ketiga anak itu paham betul apa yang akan mereka pelajari. Aslinya disini, Garta seperti guru les yang sedang mengajari tiga anak TK yang nakal dan suka rewel. Di tambah Ari yang mudah terhasut oleh kedua temannya, sebenarnya hanya Jerry saja. Jagad bisa di bilang makhluk yang tenang ketika sedang belajar.
Seperti sore ini, ketiga pemuda dominan itu memilih belajar di rumahnya Garta, sengaja karena katanya kalau belajar di rumah yang lain mereka lebih fokus untuk main PS di banding belajar.
"Kalian pada ngerti?" Tanyanya dengan wajah lesu, sungguh dia tidak bisa mengatasi tiga monyet lepas kandang itu.
"Belum." Jawab Jerry dengan kekehan.
"Udah." Suara Jagad terdengar, Garta merasa senang mendengar itu. Karena tidak mendengar jawaban dari kekasihnya, Garta menoleh ke arah Ari.
Bocah itu malah menatapnya dengan senyum tipis, satu tangannya menangkup wajahnya dan satu tangan yang lainnya mengetuk-ngetuk pensil di atas meja.
"Kamu ngerti?" Tanya si manis.
"Ngerti, kok. Aku paham." Ari terlihat kalem, kedua temannya menatap lelaki itu dengan ngeri. Takut Ari kesambet setan.
"Lo makan apaan? Kalem banget." Sewot Jerry.
"Nggak makan apa-apa. Lanjut belajar aja lo, dari tadi nggak ngerti mulu. Nggak kasihan sama Garta cintaku manisku harus jelasin ulang-ulang." Sinis Ari, anak itu lanjut ke kegiatan awalnya yaitu memandangi keindahan Garta. Jujur saja, sedari tadi ia tidak fokus belajar karena Garta yang semakin tambah menarik ketika mengajari mereka.
"Ari, kamu juga belajar bukan lihatin aku." Ari terkekeh lalu memberi tanda hormat padanya. "Siap, Komandan!"
Mereka berempat kembali fokus, hingga sore tiba. Jerry dan Jagad memilih langsung pulang karena mamanya Jagad sudah menelepon dirinya, menyuruh kedua anak itu pulang. Tertinggal lah si Ari.
"Yang, beli batagor yuk." Ajak Ari, anak itu melihat Garta yang sedang merapikan kertas-kertas cakaran yang tadi mereka gunakan.
Ari sendiri sudah mengatur kembali buku-buku cetak ke rak buku milik Garta.
"Nggak, bunda tadi buat kue kering. Kamu harus rasa, jeda dulu makan batagornya." Ari tertunduk lesu tapi semenit kemudian anak itu terlihat bersemangat.
"Coklat kan?" Angggukan di berikan Garta. "Ayo!" Ari berdiri, anak itu lantas mengangkat Garta untuk berdiri lalu membawa si pemilik rumah untuk menunjukkan keberadaan kue kering itu.
Keduanya menuju dapur, lalu duduk di kursi meja makan. Garta mengeluarkan kue kering yang sengaja ia simpan khusus untuk sang pacar. Ia menghidangkannya pada Ari. Tanpa aba-aba, pemuda tinggi itu lantas memakannya.
"Enak! Bilangin Tante buat lagi ya." Garta terkekeh lalu menyuruh Ari memakan kuenya dengan pelan-pelan.
"Pelan-pelan, jelek. Belepotan." Ia membersihkan sisa-sisa kue kering yang berada di pinggir mulut kekasihnya. Ari sendiri membeku. Jantungnya berdetak kencang.
"Ari? Ari? Ari! Kamu nggak papa?" Ari kelihatan canggung, anak itu tersenyum lalu bilang ia tidak apa-apa. Garta mendengus, merasa aneh dengan sikap sang kekasih.
"Kamu kenapa?" Tanyanya.
"Nggak apa-apa." Jawab Ari tapi gelagat anak itu tidak terlihat baik-baik saja.
Garta terdiam, lalu tersenyum tipis. "Besok minggu kan? Sepulang ke gereja jenguk bang Kaesang, mau?" Dan seketika Ari tertunduk. Garta yang melihat itu memilih berdiri dan memilih untuk duduk di kursi sebelah Ari.
"Kamu kangen banget sama abang ya?" Ari hanya mengangguk. Dia tahu bahwa Ari akan seperti ini jika rasa rindu akan abangnya memuncak. Tak ada Ari yang kocak jika sudah menyangkut tentang si Abang.
Garta memeluk Ari, menyalurkan kehangatan disana. Ada perasaan sedih ketika melihat Ari kembali terpuruk. Walau pada kenyataannya dia tahu bahwa Ari memang sedang terpuruk, ia bersembunyi di balik topengnya. Namun dia harap ketika Ari bersamanya laki-laki itu merasa nyaman yang sebenar-benarnya dan menjadi dirinya yang asli.
"Garta cintaku manisku, besok-besok jangan nikah sama siapapun ya, nikah sama aku aja. Biar aku tenang terus, biar aku bahagiain kamu terus." Garta tertawa lalu mengacak gemas rambut si dominan, ia menatap Ari penuh selidik.
"Kamu ini ngawur!" Lalu ia tersenyum setelah mengatakan itu.
"Aku nggak ngawur, nggak pernah ngawur kalau soal kamu." Ari memeluk pacarnya yang mungil itu, menghirup dalam-dalam wangi alami tubuh Garta, kecanduan ia di buatnya. Ari lantas mengecup seluruh permukaan wajah Garta dengan gemas.
Cup!
Cup!
Cup!
Cup!
Cup!
"Cantik banget pacarku!" Ia menggesek hidungnya pada rambut Garta.
"Ganteng, Ariiiii!" Tapi tawa si tampan yang terdengar.
"Iyaaaa, gantenggggg!" Garta membalas pelukan Ari. Kedua terlalu nyaman untuk melepas pelukan itu.
Di hangatnya pelukan itu, Ari merasa nyamannya. Merasa rumah yang ia cari setelah rumah lamanya hilang dan memilih hancur. Ari merasa lengkap ketika Garta ada di sampingnya seperti ketika Abang di sampingnya namun perasaan itu lebih besar ketika Garta-nya berada di sisinya.
Maka Ari berdoa kepada Tuhan, agar Garta-nya tidak di ambil orang lain, agar Garta-nya ada di sisinya terus, Agar Garta menjadi miliknya saja. Karena dengan Garta, semuanya terasa lengkap dan penuh, semuanya terasa seperti rumah lamanya yang lebih nyaman dari rumah yang dulu.
to be continued..
Halooo!! Bagian ini singkat duluuuu. Btw, beberapa part lagi bakal tamat Ari dan Garta. Gimana? Ngefeel? Aku harap iya tapi ga menutup kemungkinan bahwa ceritaku flat. Jgn lupa vote, komen, dan baca terus ceritaku dan update jg cerita terbaruku nanti!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arimatheo ||sungjake
FanfictionAri narsis, Garta insecure-an. Ari ceria, Garta galak. Ari ramah, Garta judes. Ari teaser, Garta tsundere. "gue... sayang sama lo, sampai mau mati rasanya" "Gue emang selalu pantas buat di sayang, hehe"