A Hug

4.3K 524 15
                                    

Hari ini, sudah hari kelima semenjak Rihanna menemui pangeran ketiga. Dan belum ada balasan apapun darinya, membuat wanita itu cemas, mondar-mandir di sekitar jendela dengan pikiran yang menjalar ke sana ke mari sudah dilakukannya selama 5 hari ini.

Seperti tak terasa, matahari mulai terbenam. Padahal ia rasa, baru saja ia sarapan dan makan camilan sembari bermalas-malas di sofanya. Tapi sekarang ia perlu bersiap diri lagi untuk makan malam.

Clek!

Kamar mewah yang sepi itu menyambutnya, Rihanna menghela nafas, selain urusan pangeran ke tiga, ia juga perlu berfikir serius tentang perjodohan Raven, lalu Lumia yang pasti akan terus mengganggunya.

Sofa menjadi tempat pilihannya untuk menunggu, ia hanya perlu menunggu hingga tengah malam. jika sampai tengah malam pun tak ada tanda-tanda, ia akan beranjak pergi berbaring di kasur, lalu tidur dan akan menunggu di keesokan harinya. 

sembari menunggu, ia meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku yang ia rasa penting. kadang di tengah kegiatan itu ia merindukan laptop dan handphonenya. walau tak begitu berpengaruh tetapi ia sedikit merindukan kedua benda itu.

Rihanna menatap lambang keluarga Marquess poetry di halaman yang ia buka. Lambang pedang dan perisai lalu sekelilingnya di lingkup oleh sebuah sayap putih raksasa. Ia membaca penjelasan dan seluk-beluk tentang keluarga itu, tetapi pikirannya mengarah ke arah lain.

"Sejak kapan?" Lirih Rihanna sembari menyentuh lambang keluarga itu.

"Sejak kapan aku merindukan wajah itu?"

Plak!

Satu tamparan di arahkan pada pipinya. "Tak boleh." Rasa sakit dari tamparan itu membuat Rihanna sadar.

Sesuai yang dikatakannya pada pangeran ketiga, ia tak tahu kapan ini akan berakhir, dan kapan Rihanna asli akan kembali ke tubuh ini. Selain itu, yang ia tahu, bisa jadi ia tak akan kembali tubuh lamanya. Tetapi menuju dunia yang harusnya dituju dari awal semenjak ia melompat dari gedung.

"Benar, aku tak boleh... "

Semuanya benar-benar rumit. Mengapa sedari awal ia tak kabur saja? Pergi ke luar negeri dengan alasan berwisata? dan ia akan menggunakan uang keluarga duke dengan sukacita, ia tak akan bertemu Lumia, Raven, maupun yang lainnya. Tapi sudah terlambat, ia sudah terikat dan jatuh terlalu dalam. ia tak akan bisa kabur.

tok tok!

Suara ketukan membuyarkan lamunan Rihanna, dia melirik ke arah pintu, tetapi tak ada tanda seseorang disana.

Apa mungkin, pangeran ketiga?!

Rihanna cepat-cepat bangkit dari kursinya, merapikan buku-buku itu sebisanya dan memasukkannya ke dalam rak buku. Ia juga menyempatkan diri untuk mengambil mantel dan merapikan rambutnya. Setelah semua ia rasa sudah siap, ia buru-buru ke balkon dan membuka pintu.

Hembusan angin menerpanya. Dan malam itu juga rembulan terlihat lebih besar dan terang dari biasanya, cahayanya membuat malam itu terasa lebih hangat dan cerah.

Tetapi bukan sosok pangeran berambut perak dan bermata sayu yang mendatanginya.

"Rihanna... "

Sepasang tangan itu tiba tiba merangkulnya, menariknya ke dalam dekapan hangat. Dekapan itu membuat Rihanna merasa hangat, walau cerah sekalipun. Angin malam yang dingin masih tetap berhembus dan menusuk kulitnya.

"Raven?" 

Sungguh kejutan, bukannya pangeran ketiga. Malah Raven yang mendatanginya.

"Panggil aku dengan sebutanmu." Kedua tangannya makin erat mendekap Rihanna ke dalam pelukannya.

I'M NOT A VILLAINESS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang