Provokasi Demian

3.7K 503 5
                                    

"terkejut?" Demian tersenyum tipis, senyum itu tak mengandung makna. Tetapi tetap saja, itu senyum yang memesona dan menawan.

Demian mendekat. Bersamaan dengan momen itu, angin berhembus lebih kencang. Membuat suhu disekitar mendadak menjadi lebih dingin di banding sebelumnya.

Lelaki itu mengambil salah satu tangan Rihanna, menggenggamnya cukup lama. Ia tersenyum tipis dan menutup kedua matanya. Seolah menikmati momen itu dan sedang melepas rindu.

"Hannie ... " Gumamnya pelan. Wajah rupawan itu mendongak, menatap Rihanna lekat. Tetapi tak lama kemudian ia melepas tangan itu dan sedikit menjauh menjaga jarak.

Secara tiba-tiba, Demian melempar sebuah benda. Botol kecil kristal yang diberikan padanya beberapa hari lalu. Karena di lempar secara mendadak, Rihanna menangkap botol kecil itu dengan sihirnya sebelum pecah dan jatuh di lantai. Menangkapnya menggunakan tangan kosong tak akan berguna.

"Wah, hebat juga. Kau bisa menggunakan sihir hitam milik Hannie." Ucapnya dengan tatapan meremehkan. Matanya memandang ke arah botol kaca itu. Wanita asing itu bisa mempelajari dan menggunakan sihir hanya dalam beberapa Minggu. Demian menghela nafas, setidaknya ia akan mengakui kehebatannya yang satu ini. Hanya yang satu ini.

"Aku menghabiskan seluruh perhiasan yang kau beri." Lelaki itu mendesah sembari mengacak pinggang, ia melirik ke dalam, "putra sulung marquess?"

Pangeran ketiga balik menatap Rihanna, "Hei, tubuh itu bukan milikmu, jadi jangan macam-macam." Desisnya, lalu memakai kembali tudung jubahnya.

"Terima kasih, pangeran. Saya akan mengingat pesan anda. Tenang saja, saya tak akan melakukan hal yang aneh semasa saya di tubuh ini." Balas Rihanna dengan tenang dan percaya diri. Ini situasi yang di luar dugaan, bahwa pangeran ketiga bertemu Raven malam ini, di kamar Rihanna.

Demian mengacak-acak rambutnya, melirik ke arah Raven lalu Rihanna secara bergantian. Dahinya berkerut kesal, "kalian berdua tak bisa dibiarkan bersama." Setelah mengatakan itu, ia langsung melangkahkan kaki masuk melewati balkon. Dengan seenaknya dia melepas jubah hitamnya dan meletakkannya di punggung kursi.

Rihanna menyusul pangeran ke-tiga, di dalam. Kedua lelaki itu saling beradu mata. Aura yang keluar dari keduanya suram. Dan jika dilihat lagi, mereka sebenarnya saling melempar rasa tak suka masing-masing.

"Wah, ada apa ini? mengapa Putra sulung Marquess ada disini? Anda ingin menjatuhkan martabat Lady Cyllen?" Serang Demian dengan senyum meremehkannya.

Raven Mengerutkan dahi, "lalu anda sendiri, Pangeran? Mengapa anda disini?"

Lelaki ber-manik hijau pistachio yang identik dengan kaisar itu terkekeh pelan, ia memandang ke arah Raven, "saya teman kecilnya. Apa ada masalah? Bahkan saya sering berkunjung seperti ini sedari kecil." ada penekanan di setiap kata yang diucapkan lelaki itu. Ia memberi peringatan.

"Lalu, saya juga ada urusan penting dengannya. Anda bahkan tidak tahu apa itu."  Ucapnya sembari menghela nafas kasar.

Rihanna mencoba tersenyum. Menatap keduanya yang sedang saling memandang seolah sedang bersaing. Mengapa mereka harus datang hari ini secara bersamaan?

"Hei, Rihanna. Ambilkan aku camilan, camilan disini sudah habis." Demian tersenyum, ia bukan tersenyum, itu seringai.

Tapi, mengapa tiba-tiba anak itu mendadak seenaknya? Apa karena ia bukan Rihanna asli? Demian sedang memberi peringatan dan ancaman. Dan ia bukan ada di posisi untuk melawan. Benar-benar merepotkan.

"Baik, Pangeran. Sementara itu, silahkan saling bertukar sapa." Rihanna mengangkat alisnya sembari tersenyum penuh tekanan.

Ia menghela nafas dan keluar dari kamar. Tak akan ada masalah, 'kan? Jika mereka dibiarkan berdua? Mereka tak akan berkelahi atau semacamnya, 'kan? Rihanna menggigit bibir bawahnya. Ia harus cepat-cepat kembali setelah mengambil camilan.

Demian merebahkan punggungnya santai di sofa, ia mengacak-acak rambutnya dan menghela nafas kasar.

"Saya tak akan membiarkan Anda bersikap seenaknya padanya." Raven menatap tajam manik hijau pistachio itu tak suka.

Demian mendelik, "lalu, apa yang akan kau lakukan? Kau akan menyerangku? Membunuhku? Hem?"

Lelaki itu tertawa pelan, "hei. Biarkan aku yang bertanya, apa kau tahu banyak tentangnya? Tidak, bukan?" Demian menyeringai pelan. "Kau bahkan tak tahu bahwa sekarang ada hal yang disembunyikannya, keluarga bahkan tak tahu,"

Demian memasang seringainya. "Tapi, aku mengetahuinya."

"Pangeran." Raven menggertakkan giginya. Berusaha menahan amarah. "Anda sudah kelewatan. Walaupun posisi anda berada di atas saya," ia menggenggam tangannya " ... Saya tak akan membiarkan anda melewati batas seperti ini."

Demian memutar matanya, dan mengangkat kedua bahunya. "Terserah."

"Lagipula, kau tak akan bisa bersamanya." Demian melirik senang, senyumnya menjadi sedikit menyeramkan. "Karena aku akan mengembalikan semuanya seperti semula."

Melihat raut wajah yang dikeluarkan Raven, pangeran ketiga menghela nafas. Ia menatap manik ungu gelap itu dengan kasihan.

"Sebagai sepupumu, akan ku berikan satu fakta untukmu. Anggap saja ini kebaikanku." Demian meletakkan kedua tangannya di dagunya, dan wajahnya mendekat pada Raven yang berada di depannya.

"Terima saja perjodohan itu, lalu hidup bahagia dengan kakak tiri ku. Lupakan Rihanna."

Demian menyipitkan matanya.

"Yah, kau bahkan tak bisa mengenalinya. Bagaimana kalau ... "

"Rihanna yang sekarang bukan Rihanna?"

Demian mengakhiri perkataannya dan menjauhkan dirinya. Ia kembali bersantai di sofa. Suasana ruangan tiba-tiba menjadi hening. Sesekali lelaki itu melirik ke arah Raven. Terlihat jelas sekali kalau Raven sedang berfikir keras dan waspada.

Dengan begini, Raven akan menjauh dari Rihanna. Dan ia akan menyingkirkan satu-satunya pengganggu yang tersisa. Lalu mengembalikan semuanya pada tempatnya.

Rihanna melangkah masuk. Dan sedikit merasa aneh dengan atmosfer di kamarnya, Demian melirik ke arahnya. Wajahnya terlihat senang dan menyambut Rihanna yang membawa camilan. Tetapi sorot matanya yang tiba-tiba menjadi tajam itu mencurigakan.

Demian bangkit dari sofa, mengambil jubahnya lalu memakainya dengan cepat. Ia sejenak menatap ke arah Raven yang sedang termangu menatap ke bawah.

"Wah, kau datang," setelah memakai jubahnya ia mendekat pada Rihanna, mengambil satu cookies coklat dari piring dan langsung melahapnya. Sebelum menutupi wajahnya dengan tudung jubah dan berbalik. Demian mengedipkan satu matanya pada Rihanna dan tersenyum.

Rihanna mengerutkan keningnya, mengapa tiba-tiba?

"Kalau begitu, sampai jumpa. Teman kecilku."

Tepat saat angin berhembus, Demian melompat dari balkon lalu menghilang. Sosoknya pun tak terlihat setelah itu. Benar-benar cepat.

Saat Rihanna berbalik dan menutup pintu balkon, matanya tertuju pada Raven. Kedua manik berbeda itu saling bertemu. Setelah melihat raut wajah itu, Rihanna tau arti dari kedipan mata Demian.

Sudah ia duga, pasti ada alasan mengapa tiba-tiba Demian menyuruhnya mengambil camilan. Rupanya karena ini.

"Rav,"

"Mau kuberi satu fakta?"

Rihanna meletakkan piring camilan itu di atas meja dan mulai mendekat ke arah Raven. "Aku tau, kau pasti bingung, 'kan?"

Raven diam, menatap manik sapphire itu lekat.

"Bukankah aku sudah berjanji? Aku akan memberitahu semuanya padamu."

________________________________________

Emm haii~ hehe.

Maaf bgt telat update lagi ༎ຶ‿༎ຶ

Jangan lupa vote ya!!

Hehe.

Chapter selanjutnya bakal tepat waktu kok! (ಥ‿ಥ)

Chocoyunn.

15/07/2021

I'M NOT A VILLAINESS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang