Tak ada lagi rahasia

3.5K 521 17
                                    

"Bukankah aku sudah berjanji? Aku akan memberitahukan semuanya padamu."

_________________________________________

Rihanna tersenyum simpul, lagi pula ia tak bisa terus menyembunyikan kenyataan ini pada Raven.

"Rav, duduklah."

Raven terdiam, tak beranjak satu langkah pun dari tempatnya berdiri. Wajahnya memang tak menunjukkan amarah, tetapi sorot matanya terasa lebih dingin. Rasanya tatapan itu seperti tatapan saat ia pertama kali bertemu Raven. Tatapan curiga dan waspada.

"Kau pasti sudah mendengarnya dari pangeran ketiga, bukan?" Tanya Rihanna sembari menatap gaunnya yang kusut, ia menghela nafas, seharusnya tadi ia berganti gaun.

Ini juga merupakan respon wajar dari Raven padanya. Rihanna berdiri, dan perlahan berjalan ke arah Raven sembari tersenyum, seolah sedang memberi ketenangan padanya.

Lelaki itu menoleh, menatap wajah cantik itu dan mengamati gestur tubuhnya.

"Mengapa? Aku tak bisa membedakannya?" Gumamnya pelan. Alisnya berkerut kecewa.

"Seharusnya, jika kalian berbeda. Aku pasti bisa langsung mengetahuinya." Raven benar-benar merasa aneh. Seharusnya bahkan jika mereka berbeda jiwa, ia bisa langsung tahu dari tatapan maupun gerak yang dilakukan Rihanna.

Rihanna tersenyum. Tentu saja, Raven pasti merasa bingung. Karena lelaki itu sebenarnya memiliki kepekaan yang tinggi, dan itu menjadi salah satu ciri khasnya dari novel. Tetapi di saat seperti, kepekaannya tak bisa membedakan Rihanna yang ia anggap berbeda jiwa.

"Hei,"

Wajahnya mendongak, kedua tangannya terangkat dan menyentuh pipi milik Raven, dia tersentak pelan, akibat tindakan mendadak yang dilakukan Rihanna. Tetapi Sungguh di luar dugaan, Raven sama sekali tak menolak sentuhan darinya.

"Tentu saja, kau tak akan bisa membedakannya. Karena dari awal, akulah yang menyelamatkanmu. "

Mata ungu Amethyts itu membelalak. Tetapi masih memasang raut waspada.

"Ini bukan omong kosong, bukan?"

Rihanna menggeleng.

"Bukankah kau bisa langsung tahu kalau aku berbohong?"

"Rav, kau percaya padaku?"

Raven melirik ke arah lain. Ia diam tak bersuara.

"Aku satu-satunya wanita, yang kau ucapkan sumpah. Percayalah." Bujuk wanita itu.

Perlahan, Raven kembali melirik. Menatap ke arah Rihanna dengan tatapan lirih. Ia mengamati wajah yang sedang tersenyum dengan percaya diri itu lekat.

"Percayalah pada institusi mu, dan padaku."  Ucap Rihanna lirih, setelah ini. Ia hanya perlu percaya pada lelaki itu sepenuhnya.

Raven menutup matanya.

Ia memutar seluruh ingatan yang diingatnya, tentang pertemuannya dengan Rihanna. Sedari awal hingga sekarang. Seluruhnya.

Saat wanita itu berlari mendatanginya saat ia baru sadar, saat wanita itu menyuruhnya untuk pergi dari kediaman Duke, saat ia menolong wanita itu dari Putra Mahkota, saat wanita itu menyuruhnya menunggu. Semuanya.

"Syukurlah." ucapnya.

Sorotnya menjadi sedikit lebih lembut. Alisnya naik ke atas, Raven merasa bersyukur dan lega. Karena wanita yang ia temui sedari awal adalah sosok di depannya. Ia sangat bersyukur.

Seperti kata Rihanna. Ia hanya perlu percaya pada institusinya. Iya yakin, ia tak akan salah.

Raven menarik nafas dalam-dalam. Merasakan sentuhan dari Rihanna membuat telinganya yang putih pucat berubah menjadi merah muda.

I'M NOT A VILLAINESS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang