Demian Kayonna De Carrel

5K 678 16
                                    


Rihanna saat itu masih berumur 9 tahun, dimana tubuhnya masih sangat kecil dan pendek, rahang tirusnya masih berupa kumpulan daging yang terbentuk, membuat pipinya menjadi tembam dan terlihat imut, terlebih, bentuk mata sapphire nya yang saat itu sangat besar dan berkilau bagai permata.

Brak!

"Ughh.."

Rihanna menatap seorang lelaki di atasnya yang baru saja jatuh dari atas pohon, dan menimpanya. Padahal ia hanya ingin mencari liontin nya yang hilang, tetapi yang didapat malah tertimpa seorang lelaki yang tampak lebih muda darinya.

Lelaki itu mendongakkan kepalanya, dan mata mereka bertemu, pupil sapphire dan hijau pistachio itu saling beradu satu sama lain.

"Hannie~!" seru anak lelaki itu, ia tersenyum lebar dan terlihat ada semburat merah muncul di pipinya, membuatnya tampak begitu manis.

Rihanna mendorongnya pelan, lalu berdiri dan menepuk-nepuk gaunnya yang kotor terkena tanah, alisnya berkerut begitu noda tanah di gaunnya tak mau hilang.

"Kau membuat gaunku kotor, tuan kesatria." desahnya, lalu menyilangkan tangan menatap lelaki bermata hijau pistachio indah itu.

"Sudah ku bilang! Aku ini pangeran!" Sergahnya, alisnya berkerut tak suka.

Rihanna terkekeh, "pangeran? Mana ada pangeran memakai baju seperti itu, sangat kotor dan tak rapi." gadis kecil itu mengerahkan pandangannya ke arah semak semak, mencari liontinnya yang hilang, ia yakin sekali kalau liontin itu jatuh di sekitar situ.

"Apa yang Hannie cari? liontin?" tanyanya sembari memiringkan kepalanya dan mengikuti Rihanna.

"Bagaimana kau tahu aku mencari liontin?" gadis kecil itu mendelik, dan memandang curiga.

Laki laki berwajah imut itu tersenyum lebar dan menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya, "asal Hannie percaya kalau aku pangeran, akan ku beri liontinnya."

"Bagaimana bisa aku percaya hanya karena liontin itu, mana ada pangeran yang senggang di waktu seperti ini." cibir gadis itu berbalik ingin meninggalkan anak manis itu, tetapi tangannya ditarik dan ditahan.

"Aku punya kelas, tetapi aku bolos di tengah pelajaran, karena ingin bertemu Hannie. Pakaianku seperti ini juga karena menyamar agar tak mencolok, kalau pakaian kotor kan tadi gara gara aku jatuh." jelasnya sembari menahan erat tangan mungil Rihanna. Agar gadis itu tak pergi, karena mereka baru saja bertemu lagi setelah beberapa Minggu.

Gadis bermata sapphire itu berbalik dan menepuk puncak kepalanya, Rihanna tersenyum lebar lalu tertawa terbahak-bahak. "Omong kosong mu hampir terdengar masuk akal." ucapnya sambil menyipitkan matanya.

Tetapi, pertemuan mereka harus berakhir karena pengawal Rihanna mulai mencarinya dan hampir menemukannya, "sampai jumpa, tuan kesatria." Rihanna melambaikan tangannya dan tersenyum tipis begitu anak itu dengan cepat memberinya liontin itu dan dengan panik berlari menuju semak semak besar di belakangnya.

Lelaki itu memasang wajah masamnya, "lihat saja nanti!" serunya lalu meloncati semak semak itu dan menghilang.

Rihanna, 14 tahun.

Rihanna menatap dirinya di pantulan cermin, di hari perayaan berdirinya kekaisaran yang ke 43, merupakan pesta pertama yang akan di hadirinya setelah debut beberapa hari lalu.

Rihanna mengenakan gaun berwarna merah mencolok yang menjuntai ke bawah, sebuah gaun yang di bordir semedikian rupa agar terlihat berkelas, potongan pinggang nya tak begitu ketat tetapi tetap memperlihatkan lekuk tubuhnya, lalu potongan leher yang sedikit rendah, di tambah dengan beberapa renda dan beberapa permata Ruby yang menjadi penghias agar gaunnya semakin terlihat mewah.

I'M NOT A VILLAINESS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang